Setelah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun supaya mohon petunjuk kepada-Nya. Agar dapat mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan. Baik kepada dirinya maupun orang tuanya. Juga memohon supaya dapat berbuat baik di jalan yang diridai Allah. Dan bermohon supaya diberikan kebaikan hingga anak cucunya.Â
Seorang ibu memahami senda gurau bayi dalam kandungannya. Ketika bayi bergerak-gerak menendang dinding rahimnya, ibulah yang memahami maksudnya. Ketika si bayi ingin tahu keadaan dunia, ibulah yang bertaruh nyawa menolongnya. Ibu begitu ikhlas, taruhan nyawanya cukup dibalas dengan tangis kencang bayinya saat lahir.
Saat semua orang bingung menerjemahkan tangisan. Hanya ibu yang paham makna dibalik tangisan bayinya. Tangisan manja ingin digendong. Tangisan karena kedinginan dan kepanasan. Tangisan lapar ingin minum dan makan. Tangisan risi karena buang hajat. Tangisan minta dimandikan. Tangisan ingin tidur karena sudah mengantuk. Bahkan tangisan karena 'godaan' si Ummu Sibyan.
Ibulah yang paling memahami maksud dibalik satu dua suku kata yang keluar dari mulut balitanya. Ibulah yang menambahkan agar suku kata terus berubah menjadi kata. Kata berubah menjadi satu kalimat. Bertambah lagi menjadi dua kalimat, tiga kalimat dan seterusnya. Jadilah si kecil bisa bicara melalui sekolah di 'Madrasah Sang Bunda' Dengan bahasa yang diajarkan ibunya.
 Bahasa yang diajarkan ibunya pertama kali, menjadi cikal bakal berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungannya. Pondasi untuk mempelajari dan memahami bahasa lain yang ada di dunia. Bahkan awal mula dia mampu merengkuh kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga ada manfaatnya. Happy Mother Language Day. Selamat Hari Bahasa Ibu, 21 Februari 2019. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H