Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Sang "Interpreter" Sejati

23 Februari 2019   07:00 Diperbarui: 23 Februari 2019   07:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun supaya mohon petunjuk kepada-Nya. Agar dapat mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan. Baik kepada dirinya maupun orang tuanya. Juga memohon supaya dapat berbuat baik di jalan yang diridai Allah. Dan bermohon supaya diberikan kebaikan hingga anak cucunya. 

Seorang ibu memahami senda gurau bayi dalam kandungannya. Ketika bayi bergerak-gerak menendang dinding rahimnya, ibulah yang memahami maksudnya. Ketika si bayi ingin tahu keadaan dunia, ibulah yang bertaruh nyawa menolongnya. Ibu begitu ikhlas, taruhan nyawanya cukup dibalas dengan tangis kencang bayinya saat lahir.

Saat semua orang bingung menerjemahkan tangisan. Hanya ibu yang paham makna dibalik tangisan bayinya. Tangisan manja ingin digendong. Tangisan karena kedinginan dan kepanasan. Tangisan lapar ingin minum dan makan. Tangisan risi karena buang hajat. Tangisan minta dimandikan. Tangisan ingin tidur karena sudah mengantuk. Bahkan tangisan karena 'godaan' si Ummu Sibyan.

Ibulah yang paling memahami maksud dibalik satu dua suku kata yang keluar dari mulut balitanya. Ibulah yang menambahkan agar suku kata terus berubah menjadi kata. Kata berubah menjadi satu kalimat. Bertambah lagi menjadi dua kalimat, tiga kalimat dan seterusnya. Jadilah si kecil bisa bicara melalui sekolah di 'Madrasah Sang Bunda' Dengan bahasa yang diajarkan ibunya.

 Bahasa yang diajarkan ibunya pertama kali, menjadi cikal bakal berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungannya. Pondasi untuk mempelajari dan memahami bahasa lain yang ada di dunia. Bahkan awal mula dia mampu merengkuh kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga ada manfaatnya. Happy Mother Language Day. Selamat Hari Bahasa Ibu, 21 Februari 2019. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun