Penyanyi, penulis lagu, dan komposer musik bernama Abbey Smith ini punya kisah unik tentang takdirnya di dunia musik.
Lahir dari seorang pengkhotbah dan dibesarkan sebagai penyanyi Gospel, Abbey mengidolakan The Clark Sisters, Aretha Franklin, dan Whitney Houston. Cita-citanya sederhana, menjadi backing vocal Aretha atau D'Angelo. Tapi takdir akan membawanya sebagai penyanyi ternama.
Pada liburan kuliah di musim panas tahun 2015, Abbey pulang ke rumahnya di Mempis, Arkansas. Suatu hari, saat sedang jogging dan memikirkan masa depannya, dia bergumam dalam hati, "Father, if you really want me to be a singer, then I need you to remove these fears one by one." Tiba-tiba dia mendengar Tuhan menjawab doanya: "I do want you to be a singer".
Abbey seketika jatuh berlutut dan mulai menangis karena menyadari apa yang baru saja terjadi, "because I knew I was going to be a singer", ungkapnya. Dia rebah di tanah.
Sejak kejadian itu Abbey mulai rajin mengupload klip-klip pendek ke instagram. Tidak menunggu waktu lama, teleponnya mulai berdering berisi berbagai tawaran.
Abbey Smith pertama kali muncul di Youtube tahun 2015 ketika Clark Beckham mengajaknya mencover lagu John Mayer yang berjudul "Gravity". Di sini warna Gospel dan kekuatan vokalnya benar-benar terlihat.
Setelah itu beberapa artis terkenal mulai antri untuk mengajaknya berkolaborasi. Abbey membawakan lagu "Melatonin" (2015) dalam sebuah album dari grup musik A Tribe Called Quest.Â
Lalu, setelah mencuri perhatian sebagai backing vocal Chance the Rapper pada 2016, Abbey dikontrak Ed Sheeran pada 2017 untuk berduet di albumnya dengan lagu balad "Best Part of Me".
Ed Sheeran turut membantu Abbey meluncurkan lagu pertamanya yang berjudul "My Mind", yang pementasannya di panggung Sofar NYC mencuri perhatian banyak orang. Her song made me cry, kata Ed Sheeran. Di saat inilah Abbey berganti nama panggung menjadi Yebba.
Sam Smith kemudian mengajaknya berduet dalam album The Thrill of It All (2017), PJ Morton dalam album Gumbo Unplugged (2018), dan James Francies dalam album Flight (2018). Kolaborasinya dengan PJ Morton dalam membawakan lagu "How Deep Is Your Love" mengantarkannya menyabet Grammy pada 2019 sebagai the Best Traditional R&B Performance.
Tidak lama berselang, Mark Ronson mengundang Yebba terlibat dalam album Late Night Feelings untuk menyanyikan beberapa lagu, termasuk berkolaborasi dalam menulis lagu "Don't Leave Me Lonely" (2019). Ronson pulalah yang kemudian menjadi produser Yebba menelurkan album pertamanya, Dawn.Mark Ronson, yang tidak lain produser yang melejitkan Adele dengan album 19, dan Amy Winehouse dengan album Back to Black, memberi komentar panjang di Instagram tentang lagu "October Sky" dan Yebba sebagai penyanyi dan penulis lagu: "This is one of the most gorgeous, heartbreaking, perfect vocals I've ever recorded. And the song itself is a 10/10."
Yebba dikenal sebagai a live wire: rarely giving the same performance twice. Dia jarang membawakan lagu dengan aransemen yang sama setiap kali pentas. Kekuatan utamanya, selain teknik vokal yang tinggi, adalah harmoni antara vokal dan musik. Suaranya laksana musik dan menyatu dengannya. "You are never going to get a sound or a color or a tone past Yebba that she doesn't like," kata Mark Ronson.
Dawn dirilis pada 10 September 2021, lima tahun setelah singel pertamanya. Sebagian besar lagu-lagu di album ini terkait ibunya, Dawn, yang meninggal bunuh diri beberapa minggu setelah Yebba merilis "My Mind". Empat lagu dari album tersebut dapat kita nikmati dalam konser NPR Music di Youtube, yang mendapat sambutan hangat dari pecinta musik.
Tuhan telah mengambil semua ketakutannya untuk bernyanyi dan memberinya kekuatan untuk menulis ketika ibunya pergi. Dawn adalah kisah kematian dan kelahiran kembali: kematian seorang Abbey dan kelahiran seorang Yebba---nama kecil dari ibunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H