Strategi marketing yang dipilih oleh produsen es krim Aice menurut saya cukup menarik. Mereka memilih jalan yang berbeda dengan strategi marketing yang dilakukan oleh para pemain lama di bisnis ini. Wall's dan Campina sebagai dua pemain besar bisnis es krim di Indonesia harus mulai waspada dengan kehadiran Aice. Kalau salah mengantisipasi, bukan tidak mungkin pasar yang mereka kuasai selama ini akan mulai tergerus oleh kehadiran es krim Aice.
Sejak pertama hadir di Indonesia pada 2015, Aice memperoleh peningkatan penjualan sampai 260 persen dari tahun 2016 hingga 2017.
Angka penjualan tersebut diprediksikan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin gencarnya marketing perusahaan ini bekerja.
Untuk mendukung pertumbuhan, di tahun 2018 pihak Aice membangun pabrik baru yang berlokasi di Jawa Timur. Pabrik baru ini merupakan pabrik yang kedua setelah pabrik pertama yang dibangun di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat.
Lalu apa saja saja strategi marketing yang dilakukan oleh Aice hingga berpotensi menggoyang pasar para pemain lama?
Selain memasang iklan konvensional lewat media cetak dan elektronik, Aice cukup rajin menjadi sponsor berbagai kegiatan.
Yang terbaru, mereka menjadi salah satu sponsor perhelatan Asian Games 2018 yang akan berlangsung di Jakarta dan Palembang.
Mereka juga biasa menggunakan jasa para para selebriti untuk menjadi buzzer dan mengendorse produk-produk Aice di medsos.
Jaringan distribusi mereka juga sangat kuat dan mampu menjangkau daerah-daerah yang selama ini tidak pernah dilirik oleh pemain lama. Saat ini Aice memiliki lebih kurang 80.000 outlet di seluruh Indonesia.
Aice tidak menggandeng supermarket atau mini market yang ada di kota sebagai prioritas mitra penjualan.
Mereka justru menggandeng toko-toko kelontong dan warung-warung kecil yang lokasinya strategis berada di tengah pemukiman padat penduduk atau dekat dengan sekolah. Dengan demikian konsumen bisa lebih dekat untuk mendapatkan produknya.