Sebagian besar pemuda desa yang merantau yang sedang menempuh sekolah tinggi maupun yang sedang bekerja beranggapan bahwa Kota menyajikan banyak hal. Memperkaya diri, bekerja di perusahaan-perusahaan besar, PNS, dan lain sebagainya kesempatan-kesempatan emas yang berusaha dikejar oleh pemuda desa di kota-kota besar. Sedikit dari mereka yang Akan berpikir, untuk pulang menerapkan ilmu di kampung halaman terutama pedesaan yang menjadi tempat mereka tumbuh besar. Memang layak untuk dimaklumi karena kota-kota besar bagai suara sales marketing handal yang Akan membuatmu tergiur untuk mengadu nasib diperlukannya. Itu pun tidak salah, karena setiap orang, berhak berusaha Akan hidup yang dijalaninya. Bertahan di Kota atau kembali ke desa dengan resiko yang lebih tinggi.
    Desa-desa di Indonesia rata-rata memiliki masalah yang Sama, yaitu semakin jarang remaja hingga pemuda-pemuda yang antusias dalam membangun desanya sendiri. Remaja desa menganggap hidup di desa dan meneruskan orang tua mereka yang bekerja sebagai petani adalah hidup tanpa kepastian. Desa bagi mereka hanya tempat kelahiran, tumbuh ditempat sebagai remaja hingga lalu pergi mencari pekerjaan di kota atau di luar negeri. Banyak remaja-remaja desa yang dari lulus SMP maupun SMA/SMK memilih merantau ke Kota dengan alasan mencari pekerjaan yang lebih baik daripada di desa. Mereka menganggap masa depan di desa adalah suatu kemunduran dan masa depan di Kota adalah kemajuan. Ketika musim liburan tiba, remaja hingga pemuda yang telah bekerja kembali ke desa dengan membawa cerita bahkan mereka telah mendapatkan gaji yang lebih besar dari pada mereka yang di desa. Lalu saat liburan berakhir ramai-ramai kembali ke Kota bahkan ada yang mengajak kawan-kawan di desanya masing-masing ke Kota.
    Bagi saya pribadi ada semacam kekhawatiran, jika ini terus berlanjut ketimpangan pembangunan selalu terjadi antara desa dengan Kota. Selama ini daerah perkotaan lebih banyak porsi membangun dibanding desa sehingga perkembangan di wilayah pedesaan sangat kecil. Kebijakan yang bisa dilakukan Kota inilah salah satu yang memicu anak-anak muda desa lebih tertarik hidup dan bekerja di Kota dibanding di desanya. Disamping itu memang sudah tertanam di pikiran-pikiran pemuda yang ingin dipandang modern dan ingin dipandang Gaul serta tahu segalanya jika hidup di Kota.
       Sekarang ini kondisi desa sudah tertolong karena adanya program Dana Desa  di seluruh Indonesia Dana desa mengusung banyak perubahan bagi desa karena memberikan wewenang sepenuhnya pada desa untuk membangun.
Kesejahteraan ekonomi dengan berbasis pada potensi dan aset yang dimilikinya. Diharapkan dengan program ini Akan banyak pemuda-pemudi potensial desa yang memilih pulang dan stay di kampung halamannya sendiri. Namun seberapa pun besar Dana desa, Akan sangat terealisasi dengan baik jika sumber daya manusia desa tidak banyak yang terlatih. Maka dari itu pemuda-pemudi desa harus mengambil sikap membalikkan keadaan, untuk perubahan yang berkelanjutan. Membangun setiap lekuk indah desanya. Sadari bahwa pembangunan nasional juga bertitik pada lingkup pedesaan, banyak potensi yang bisa kita bangun untuk masa depan. Namun sekali lagi inilah pilihan hidup, kita tidak bisa memaksakan kehendak seseorang untuk menjadi sukses dalam versi nya sendiri.
     Bisa dikatakan pembangunan fisik masih merajai pemikiran para pemegang kekuasaan di desa sampai saat ini. Pola ini terjadi karena selama ini memang itulah yang berjalan di desa persih pemberdayaan masyarakat hanya mendapat bagian yang sangat sedikit. Akibatnya, pembangunan fisik pula yang selalu menjadi program utama desa. Alasan lain bagi mereka, bangunan fisik bakal mudah dijadikan bukti bagi pemerintah desa bahwa sudah menjalankan pembangunan bagi warga desa. Masalah lainnya, pemberdayaan masyarakat mengandung tantangan pemikiran yang jauh lebih kompleks dibanding pembangunan jalan atau gedung-gedung tertentu. Program pemberdayaan juga sangat rentan konflik karena tidak bisa berlaku adil untuk semua warga. Pemberdayaan ekonomi berupa pelatihan menjahit dan pemikiran alat jahit misalnya, tidak mungkin tidak semua warga mendapatkan fasilitas ini. Berbeda dengan jembatan yang bisa dilewati semua orang
     Peranan pemudi-pemuda pun masih sangat minim. Pemuda masih sangat rajin melakukan hal-hal yang kontra produktif namun sangat ahli dalam mengomentari suatu kemunduran desanya sendiri. Perasaan bahwa hal itu merupakan tanggung jawab bersama seolah-olah tidak ada lagi di dalam hati mereka. Tingkat kepercayaan terhadap pemerintah desa pun sangat kecil. Dana desa yang semakin membesar malah memperkecil kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desanya. Wadah untuk pemuda berkreasi pun masih terlalu sedikit. Kesenjangan inilah yang sangat mengusik hati saya ketika saya tiba kembali pulang ke kampung halaman.
   Banyak sarjana yang telah lulus, dari mulai sarjana pendidikan, sarjana pertanian sarjana ekonomi, dan sarjana lain yang jika berperan aktif di desanya yang Akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan desa. Harapannya sarjana-sarjana ini bisa menjadi fasilitator masyarakat. Apa yang belum diketahui masyarakat bisa disampaikan sedikit demi sedikit, menjadi wadah bagi masyarakat untuk bertanya hal-hal yang baru yang mungkin belum sampai ke telinga mereka. Menyampaikan dan menggerakkan segala bentuk ide dan gagasan baru dari segi teknologi dan lain sebagainya yang mampu memberikan manfaat lebih bagi masyarakat pedesaan. Pemuda yang telah mengenyam pendidikan dengan ingin kembali ke desanya masing-masing
   Pertama, menjadi Agent of Change bagi desanya sendiri. Nasehat yang sangat berat jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Agen perubahan adalah seorang individu atau kelompok yang mempengaruhi orang lain atau organisasi dalam mengambil inovasi agar sesuai dengan yang diharapkan oleh agen perubahan itu sendiri. Agen perubahan biasanya mengadopsi sebuah ide baru, tetapi dia juga dapat memperlambat proses difusi dia mencegah suatu adopsi dari inovasi dengan efek dengan efek yang tidak diharapkan. Pemuda sarjana juga dituntut untuk menjadi pemicu adanya perubahan namun juga dikhawatirkan oleh kegagalan dalam proses perubahan itu sendiri.
   Berdasarkan nasehat teman-teman yang telah terjun lebih dulu ke desanya masing-masing. Tiga kesalahan yang sering dilakukan oleh pemuda-pemudi yang baru terjun dan ingin menjadi agen perubahan adalah;
- Salah Memprioritaskan