Mohon tunggu...
Astrid Zulkarnain
Astrid Zulkarnain Mohon Tunggu... -

An ordinary girl with extraordinary thought

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bidadari Bergaun Hijau

12 Februari 2010   18:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita itu berjalan penuh keanggunan menuju diriku. Wajahnya berseri penuh senyum dan bersinar bagaikan ada pantulan matahari di wajahnya. Gaun panjangnya membuat dirinya bagai seorang bidadari yang turun dari langit. Ia menunduk dan menekuk lutut menghormatiku. Aku mengangkat tanganku. Ia tersenyum melihat tanganku dan berjalan mundur mempersilahkan wanita-wanita lain untuk datang menghormati diriku. Aku tak bisa mencegahnya untuk berjalan menjahui tahtaku. Bibirku membeku. Meski semua wanita tercantik dihadirkan dihadapanku, tapi mereke tidak bisa mempesonaku seperti dirinya. Ia sangat sempurna, setidaknya untukku. "BENCONG!!!!!" teriakan itu membangunkanku "Bangun cong!!!" Aku mengusap mataku. Sial!! Ternyata mimpi. "Cong, nih berkas buat meeting ntar" ucap Nisa sambil memberikan setumpuk berkas dihadapanku. Ia berbalik meninggalkan sekat 'ruanganku' Aku menatap punggung wanita bermata empat itu dengan perasan kesal. Aku mengutuk orang yang memberikan jabatan assisten Manager ke dirinya. Seharusnya jabatan itu diberikan kepadaku. "Benny, jangan lupa cuci muka ya! Ada iler tuh di dagu lo" ucap Nisa ringan An****!! Musti ya dia ngomong hal itu dengan toa? Dengan cepat terdengar tawa kikikkan disekitar sekatku. D***!!! Rusak sudah reputasiku sebagai pria ganteng di kantor ini. *** Aku membereskan semua berkasku dan bersiap-siap pulang. Ketika aku berjalan menuju pintu kantor, aku melihat ke ruangan manajer. Masih ada Nisa. Wajahnya terpaku dengan semua berkas dihadapannya. Aku langsung membuang muka. Rasain!!! Mang enak lembur. Belum sempat aku kabur dari kantor tempat ku mengabdi selama 2 tahun, sebuah teriakan menggema. "BENCONG!!!" D***!!! Napa sih wanita itu selalu manggil gw dengan sebutan itu? Pengen rasanya aku memplester mulutnya dan mencucinya pakai penggilasan. Benar-benar menyebalkan. Dengan langkah cepat, aku langsung berlari menuju tangga darurat. Aku muak berurusan dengan wanita mata tebal itu. Untunglah kantorku berada di lantai 3, jadi untuk kabur lewat tangga darurat tidak begitu jauh dari tanah. Aku langsung menuju tempat parkiran motor untuk mengambil tiger kesayanganku. Aku meraba kantong celanaku, S***!!! Kunci motorku ketinggalan. Handphoneku bergetar. Sms dari Nisa. Dengan sedikit malas aku membuka pesannya. From : Nisshit Ketinggalan kunci motor? S*** !!! *** Ia dihadapaku sekarang. Kini aku bisa lebih jelas menatapnya. Kulitnya putih bersih. Rambutnya hitam legam dengan gelombang besar dengan indah menghiasi seperti bingkai untuk wajah cantiknya. Ia sangat cantik. Ia tersenyum menatapku. "Terima kasih tuanku sudah memilihku" "Kamu memang patut untuk dipilih. Tolong mulai saat ini jangan panggil tuanku. Panggil saya Benny" Ia menggeleng dan menunduk "Tuan adalah majikan saya. Tuan adalah pangeran muda sedang saya adalah seorang pembantu. Saya tidak boleh menyebut nama tuan" Aku mendekatinya. Tercium wangi strowberry dari sela-sela rambut hitamnya. Aku mengangkat dagunya agar bisa lebih jelas menatap wajahnya. "Namamu siapa?" "BENCONG!!!!!" Aku tersentak bangun dan menatap wajah wanita dihadapanku, berkacamata dan konde kecil tinggi mengikat rambutnya. Wajah Nisa. "Proyek ini belum kelar dan lo udah tidur? Lo kira lo kerja di kantor bokap lo?" Kepalaku langsung migren *** Hampir empat hari berturut-turut aku memimpikan dirinya. Wajah wanita itu sekarang selalu terbayang-bayang dalam benakku. Aku tak bisa lepas dari bayangan wajahnya. Apakah ini artinya aku jatuh cinta? Jatuh cinta dengan wanita khayalan? Aku tidak sedespert itu! Masih banyak wanita yang mengemis-ngemis cintaku. "Ben, nih ada undangan gala dinner dari Mr. Jay" Nadia, rekan kerjaku memberikan sebuah undangan yang lebih mirip seperti memo. Aku melihat undangan itu sekilas. Yeah great!! Undangan gala dinner di malam minggu. Nasib seorang kuli pekerja ya seperti ini, bahkan malam minggu pun masih harus bekerja. Meski namanya adalah undangan makan-makan di hotel bintang lima, tapi tetap saja harus bekerja mencari klien untuk kemajuan perusahaan tempatku bekerja. "Lo ntar barengan ma Bu Nisa" ucap Nadia dengan senyum penuh makna Aku menatap Nadia kesal. "Thanks for remind me" ucapku sinis Nadia terkikik. "Dia jatuh cinta kali ma lo. Buktinya dia punya panggilan sayang buat lo" Mataku melotot menatap Nadia "Apakah lo ngga punya kerjaan lain selain bergosip?" Nadia tersenyum dan membalikkan tubuhnya kembali ke sekatnya. Sementara beberapa orang di sekitar sekatku yang mendengarkan pembicaraanku dengan Nadia mulai berbisik-bisik. Great!! Sekarang malah digosipin ma Nisa. *** Malam minggu. Malamnya anak muda. Malam dimana seharusnya aku berada bersama teman-temanku, menghabiskan malam sambil bercerita ngalor ngidul, atau bersama dengan calon-calon selingkuhan dan saling menyelingkuhi. Tapi malam minggu ini aku harus pergi ke hotel bintang lima untuk menjilat para klien-klien kaya untuk mau berinvestasi di kantorku. Aku memasuki ruang pertemuan hotel itu yang telah disulap menjadi tempat pesta nan ekslusif dengan beberapa meja bulat di tengah-tengah ruangan. Aku terkejut dengan pemandangan yang sedang kulihat dihadapanku. Aku menemukan wanita itu. Wanita yang ada dalam mimpi-mimpiku. Ia ternyata ada. Aku tidak bisa mempercayai mataku ketika kulihat wajah itu, rambut itu dan gaun hijau itu. Aku seperti mengalami deja-vu. Melihatnya ada secara real di dunia nyata. Aku mendekatinya dengan penuh rasa gugup dan jantung berdebar-debar. Ia tersenyum ramah ketika tahu aku mendekati dirinya. Ia tampak seperti mengenalku. "Hai" sapaku kaku. Ia tidak menjawab dan hanya tersenyum. "Wajahmu sangat familier" ucapku membuka pembicaraan "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Ia tetap tidak menjawab dan terus tersenyum. Aku mulai merasakan adanya keanehan dari diri wanita ini, tapi aku menghiraukannya. "Boleh kenalan?" Ia akhirnya mengangguk pelan dan tetap mempertahankan senyumannya. Aku mengangkat tanganku dan dia pun menjabat tanganku. "Benny" "BENCONG!!!!" Aku menoleh dan menatap wajah yang benar-benar kukenal, Wajah Nisa. Ia menghampiri kami dan langsung menatap marah. "Mau apa kamu sama adek gw?" Nyaliku langsung ciut seketika. *** As_3d

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun