Penayangan iklan merupakan salah satu strategi pemasaran yang umum digunakan di masyarakat, terutama dalam dunia bisnis untuk mempromosikan produk. Iklan bisa diartikan sebagai berita pesanan yang fokus membujuk dan mendorong orang agar memiliki ketertarikan terhadap suatu produk barang atau jasa yang ditawarkan. Iklan dapat ditemukan diberbagai situs media online maupun offline, seperti televisi, radio, internet, media cetak, dan media sosial.Â
Tujuan adanya tayangan iklan yaitu, untuk memberikan kesadaran masyarakat, meningkatkan hasil penjualan, dan membangun citra positif pada produk atau merek. Dalam dunia periklanan tentunya mereka mampu memberikan keunggulan seperti menjapai audiens yang luas. Dalam menampilkan iklan di media, perusahaan akan cepat untuk mendapatkan jutaan penghasilan dalam sekejap.
Perkembangan teknologi, dunia iklan semakin berkembang pada iklan digital. Iklan yang dipublish secara online dapat disesuaikan berdasarkan minat pengguna online, dengan strategi online pengguna mampu memberikan masukan atau request yang diminati sehingga yang nantinya akan di siapkan dengan produk lainnya dengan kualitas yang sesuai. Banyakya iklan-iklan komersial yang perkembangnyaa pesat yaitu periklanan di Indonesia, dengan media melalui televisi.Â
Iklan televisi menjadi tujuan utama dalam perusahaan untuk mempromosikan produk kepada konsumen. Hal ini didukung oleh stasiun televisi lokal maupun nasional yang mencapai 394 stasiun  di Indonesia pada tahun 2015 (KlikBekasi, 2015). Dalam media elektronik, penggunaan televisi menjadi sumber media yang mengutamakan dalam perbelanjaan melalui iklan, media online, media cetak, dan penggunaan radio.
Dalam kreativitas pembuatan iklan tidak dapat dihindari, karena dengan iklan kreatif dan menarik dapat menarik perhatian para konsumen dan meningkatkan data keteratikan tinggi untuk memiliki merek atau produk tersebut. Pesan iklan yang jelas, visual yang menarik, dan narasi yang kuat dapat membentuk persepsi positif terhadap produk. Namun, tayangan iklan juga dapat menimbulkan beberapa kontroversi, terutama jika tidak sesuai dengan norma masyarakat atau jika memanipulasi informasi. Oleh karena itu, etika dalam periklanan juga menjadi perhatian penting.
Pendekatan Iklan Menurut Teori Posmodernisme
Analisis iklan dilakukan pendekatan Posmodernisme menggunakan estetik dekontruksi. Posmodernisme dekontruksi diperkenalkan oleh Jacques Derrida sebagai prinsip Strukturalisme Saussure. Posmodernisme merupakan pemikiran yang timbul sebagai respon ideologi dan nilai modernisme. Dalam iklan komersial, posmodernisme merupakan potensi pendekatan secara kreatif yang menciriman di era modern. Salah satu ciri utama dalam iklan posmodernisme yaitu, penolakan terhadap kebenaran objectif, mereka cenderung menyajikan pesan jelas dan bersifat otoritatif. Sedangkan iklan posmodernisme memberikan garis-garis kebenaran dan membiarkan interpretasi menjadi subjektif.
Iklan posmodernisme memberikan beberapa keberagaman dan menghargai  masyarakat diberbagai kalangan. Mereka menampilkan gaya hidup, kebudayaan, dan nilai-nilai sosial. Hal ini saling bertentangan dengan modernisme yang cenderung satu jenis dan berfokus norma kaku. Periklanan postmodern juga sering mengeksplorasi konsep hiperrealitas, dimana batas antara realitas dan representasi menjadi kabur. Penggunaan teknologi canggih, grafik yang diperbarui, dan pemrosesan gambar menciptakan dunia yang mengaburkan batas antara kenyataan dan fantasi.Â
Dalam periklanan postmodernisme, penonton diajak  mempertanyakan realitas yang dihadirkan dalam iklan dan memikirkan makna dari simbol-simbol yang digunakan.Iklan postmodern juga bercirikan humor dan ironi. Iklan yang menggunakan humor sering kali menantang ekspektasi dan menciptakan kontras yang menarik, sedangkan ironi memungkinkan iklan  menyampaikan pesan secara tidak langsung dan sering kali memuat referensi terhadap norma-norma yang ada. Karena itu, periklanan postmodern menciptakan pengalaman yang lebih kompleks dan terbuka terhadap interpretasi yang berbeda. Hal ini mencerminkan perubahan dalam cara kita memahami dunia, merespons keberagaman, dan menghadapi kompleksitas  budaya modern.
Dekontruksi Cerita Rakyat Indonesia Dalam Iklan Sirup Marjan
   Indonesia kaya akan cerita rakyatnya yang melegenda, ada berbagai bentuk cerita rakyat di tiap-tiap daerah dari Sabang sampai Merauke. Cerita rakyatnya memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing yang menjadikannya unik dan layak untuk dilestarikan. Tantangan untuk mempertahankan kelestarian cerita rakyat Indonesia semakin besar akibat munculnya budaya luar yang terbawa karena arus globalisasi, sehingga memunculkan kemungkinan kurangnya minat dan pembudayaan cerita rakyat pada generasi muda. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memperkenalkan cerita rakyat Indonesia dengan cara yang lebih menarik, seperti yang dilakukan oleh PT Laselfood Indonesia pada salah satu produk mereka yaitu sirup Marjan.
Iklan sirup Marjan dihadirkan dengan membawa tema cerita rakyat Indonesia yang dikemas lebih menarik. Setiap tahunnya khusunya pada bulan puasa, iklan sirup Marjan selalu membawakan cerita rakyat Indonesia dari berbagai daerah dan sangat banyak digemari oleh seluruh kalangan. Cara mereka menayangkan iklan sangatlah menarik, setiap iklan dibuat menjadi beberapa episode dengan tema yang sama. Salah satu cerita rakyat yang dihadirkan dalam iklan sirup Marjan adalah cerita tentang Purbasari dan Lutung Kasarung. Menggunakan cerita rakyat sebagai dekonstruksi dalam iklan produk, menunjukkan sebuah kreativitas sirup Marjan dalam upaya meningkatkan brand awerness kepada khalayak. Membuat sebuah iklan yang menarik agar bisa diterima oleh konsumen bukanlah suatu hal yang mudah. Perlu adanya kreativitas agar iklan yang ditampilkan dapat menarik minat audiens.
Hal ini berhubungan dengan teori postmodernisme dalam bidang kajian studi Cultural Studies. Salah satu tokoh dalam postmodernisme yaitu Jacques Derrida memplopori sebuah pemikiran mengenai Dekonstruksi. Dekonstruksi yang dimiliki oleh Derrida merupakan sebuah bentuk protes terhadap prinsip strukturalisme. Dekonstruksi membiarkan makna bersifat ambigu dan menentang segala kemungkinan makna karena yang diinginkan dekonstruksi adalah menghidupkan kekuatan-kekuatan tersembunyi yang turut membangun teks. (Gunawan, et al., 2020).
Secara garis besar, cerita Purbasari dan Lutung Kasarung versi iklan sirup Marjan di tayangkan dalam tiga episode berbentuk cerita bersambung. Di episode pertamanya, diceritakan tentang kehidupan Purbasari yang tinggal di hutan belantara karena terkena suatu kutukan, namun di hutan itu dia tidak sendiri tapi ada seorang manusia kera bernama Lutung Kasarung yang dibuang. Episode kedua, menjelaskan tentang kehidupan masa lalu dari Purbasari sebelum terkena kutukan. Episode ketiga, menjelaskan tentang bagaimana Purbasari dan Lutung Kasarung melawan penyihir jahat untuk mengembalikan kejayaan kerajaan dari kutukan. Dalam tiga episode inilah terlihat adanya dekonstruksi yang berkaitan dengan kemunculan produk sirup Marjan.
 Dalam iklan tersebut kemunculan sirup Marjan selalu dihadirkan dalam setiap momen kebaikan yang bersifat kebersamaan, keakraban, atau perayaan. Bahkan, pada potongan adegan yang menunjukkan ketegangan, sirup Marjan dihadirkan sebagai simbol ketenangan dan kesenangan. Sirup Marjan sangat cerdas dalam menunjukkan keunggulan produknya tanpa mengurangi ke khasan suatu cerita rakyat yang disuguhkan. Hal ini membuat audiens sangat tertarik untuk menonton setiap episodenya.
Kesimpulan
   Dalam dunia pemasaran, penayangan iklan merupakan strategi yang umum digunakan untuk mempromosikan produk, layanan, atau merek kepada masyarakat. Iklan dapat ditemukan di berbagai media, mulai dari televisi, radio, internet, media cetak, hingga media sosial. Tujuan utama dari tayangan iklan adalah untuk menciptakan kesadaran, meningkatkan penjualan, dan membangun citra positif terhadap produk atau merek tertentu. Perkembangan teknologi, khususnya iklan digital, telah memungkinkan personalisasi yang lebih spesifik berdasarkan perilaku online pengguna. Iklan online dapat disesuaikan dengan minat dan preferensi pengguna, menciptakan pengalaman yang lebih relevan dan terarah. Meskipun iklan digital semakin dominan, iklan televisi tetap menjadi fokus utama perusahaan untuk mempromosikan produk kepada konsumen, terutama di Indonesia dengan sejumlah besar stasiun televisi yang mencapai 394 pada tahun 2015.
  Kreativitas dalam pembuatan iklan menjadi kunci penting dalam menarik perhatian konsumen. Pesan iklan yang jelas, visual menarik, dan narasi yang kuat dapat membentuk persepsi positif terhadap produk atau merek. Namun, perlu diingat bahwa iklan juga dapat membulkan kontroversi jika tidak sesuai dengan norma masyarakat atau memanipulasi informasi, sehingga etika dalam periklanan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Dalam konteks teori posmodernisme, iklan komersial mengadopsi pendekatan yang menolak kebenaran objektif, merayakan keberagaman, dan mengeksplorasi konsep hiperrealitas. Iklan posmodernisme juga memanfaatkan humor, ironi, dan dekonstruksi untuk menciptakan pengalaman yang kompleks dan terbuka terhadap interpretasi yang beragam.
   Sebagai contoh konkret, iklan sirup Marjan menunjukkan kreativitas dalam menggabungkan cerita rakyat Indonesia dengan dekonstruksi cerita yang menghadirkan produk mereka secara menarik. Ini mencerminkan upaya untuk mempertahankan kelestarian cerita rakyat Indonesia dan meningkatkan brand awareness melalui pendekatan postmodern yang cerdas dan menghibur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H