Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anekdot Anak Perempuan Seorang Pejabat Lolos Caleg

21 Februari 2024   11:51 Diperbarui: 21 Februari 2024   12:03 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pelantikan Anggota Parlemen. Sumber Foto dpr.go.id/Jaka/Man

Di satu daerah, ada anak perempuan seorang Kepala Dinas menang kontestasi Pileg 2024. Lalu dilantik jadi anggota DPRD Kabupaten.

Anak dan bapak yang masih tinggal satu rumah itu tentu senang. Kini, keduanya sama-sama bisa mengabdikan diri buat masyarakat.

Alhasil, pimpinan partai menempatkan si anak di Komisi yang merupakan mitra kerja Dinas dimana si bapak menjadi kepala.

Artinya, saat rapat gabungan legislatif dan eksekutif, dipastikan anak dan bapak akan bertemu di satu forum.

Suatu ketika berlangsung rapat pembahasan APBD. Rapat berjalan sengit dan alot.

Si anak yang tak mau reputasinya turun sebagai wakil rakyat bersikap profesional. Meski yang dihadapi bapak, pertanyaan yang di ajukan pada Kepala Dinas tetap tajam.

Si bapak tak mau kalah. Khawatir di lengeserkan oleh Bupati karena dianggap gagal menggolkan rencana program anggulan, Si Bapak meladeni pertanyaan tajam si anak.

Adu argumen antara anak vs bapak mewarnai rapat. Bahkan berkepanjangan tak putus-putus.

Akhirnya, karena waktu sudah tidak memungkinkan, pimpinan komisi menunda sidang esok hari. Semua sepakat.

Aneh bin ajaib. Saat berlangsung rapat lanjutan hari kedua, si anak bungkam seribu bahasa. Tak lagi garang macam kemarin. Mendadak si anak tak bersuara sedikitpun.

Sebaliknya, justru si bapak yang banyak bicara. Bahkan sambil senyam-senyum penuh arti. Dan saat bicara didepan sidang, berkali-kali melirik si anak. 

Intinya, pada rapat kedua ini si bapak tidak banyak mendapat sanggahan dari si anak.

Usut punya usut, ternyata setelah tiba dirumah paska rapat pertama yang diwarnai debat sengit itu si anak di ancam oleh bapak.

Ancamannya, si anak bakal dikeluarkan dari daftar warisan, kalau dalam rapat berani menyanggah penjelasan bapak.

Tak terima atas kondisi itu, si anak berpikir keras cari strategi guna menaklukkan si bapak.

Terlebih, dirinya sudah dipercaya oleh rakyat buat memperjuangkan aspirasi. Masak saat sidang cuma jadi penonton alias bungkam.

Alhamdulilah ide datang dan langsung di terapkan. Hasilnya cespleng. Terbukti, pada sidang hari ketiga, kondisi berbalik. 

Saat si anak mengkritisi program si bapak satu demi satu, si bapak cuma manggut-manggut tanda setuju. Tidak menolak seperti kemarin. Semua peserta sidang jadi heran.

Usut punya usut juga, ternyata si anak mengadukan ancaman dicabut dari daftar warisan kepada si ibu.

Mendapati demikian, pastinya si ibu membela si anak. Sebelum hadir pada sidang ketiga, si ibu balik ancam si bapak.

Kata ibu pada bapak, pokok dalam sidang ketiga bapak harus setuju terhadap apapun yang disampaikan si anak.

Tidak boleh tidak. Kalau ngeyel, bapak akan di usir tidur di musholla.

Pembaca sekalian, mana ada bapak-bapak yang tahan terhadap ancaman jenis itu...Heheee....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun