Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membanding Model Pendekatan Kandidat Pilpres Terhadap Kelompok Islam

20 November 2023   09:17 Diperbarui: 20 November 2023   10:01 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepada Kandidat Siapa Elektoral Akan Diberikan Oleh Pemilik Suara. Sumber Foto Kompas/Hadining

Sepanjang Sabtu, 18 November 2023 kemarin, tiga kandidat yang akan bertarung pada pilpres 2024 terpantau bersafari hadir pada beberapa kegiatan. Seakan ingin meraih suara dari ceruk yang sama, mereka mendekati pemilih kelompok islam.

Mengingat kaum muslimin adalah mayoritas, pastilah sebuah potensi besar yang tak mungkin disia-siakan oleh para kandidat. Mengapa, karena mampu merebut suara kelompok islam, sama artinya menuju kemenangan.

Mari kita tengok kegiatan masing-masing. Capres nomor urut 1 Anies Baswedan datang pada pembukaan Ijtimak Ulama dan Tokoh Nasional Tahun 2023 di Majelis Az-Zikra, Sentul Jawa Barat. Mayoritas tokoh yang hadir adalah kelompok islam oposisi pemerintah.

Lalu Prabowo Subianto, hadir ke acara pengukuhan Guru Besar Kehormatan Ali Masykur Musa di Universitas Islam Malang Jawa Timur. Pada acara yang juga dihadiri oleh Khofifah Indar Parawansa itu, Pak Prabowo sempat memberi sambutan.

Sementara itu, kandidat dari PDIP juga tak mau kalah masuk ke kelompok islam. Namun di wakilkan cawapresnya Pak Mahfud MD. Tokoh yang juga Menkopolhukam ini pulang kampung ke Madura.

Lalu bagaimana pendekatan politis itu kita persepsikan..? Ya bukan masalah. Sepanjang tidak menyeret secara syariat para hadirin. Maksudnya, ketiga kandidat tak sampai menghukumi haram, andai pemegang suara punya pilihan berbeda.

Dalam politik, terlebih menjelang gelaran rebutan elektoral di Indonesia, mendekati satu kelompok yang punya massa kuat merupakan sebuah kewajaran. Bahkan dihukumi harus, meski tak tertulis di buku panduan tentang cara-cara berpolitik.

Maka dalam konteks tersebut, kegiatan safari ketiga kandidat diatas bisa disebut juga sedang menjalankan strategi pemilu 2024. Khususnya pada segmen pilpres. Mereka bertiga lagi sibuk menjalankan cara agar bisa masuk istana kepresidenan.

Namanya juga membuka akses, tentu performance yang ditampakkan saat hadir pada kegiatan kelompok islam sebisa mungkin dapat menimbulkan rasa simpati. Karenanya saya yakin, masing-masing tentu sudah mempersiapkan diri.

Seperti halnya kegiatan lain yang punya tujuan meraih suara, sukses tampil dihadapan kelompok islam sama artinya mendapat dukungan. Hingga sangat menarik untuk melihat model yang mereka bawa ketika tampil di acara itu.

Kita mulai dari Anies Baswedan. Meski di bawa pertama kali oleh partai Nasdem yang awalnya teman koalisi pemerintahan Jokowi, Anies tak lantas melupakan ciri khas sebagai kelompok oposisi.

Maka ketika tampil di Az-Zikra, itu pula yang ditekankan oleh Anies. Terlebih, kesan sebagai oposisi memang melekat kuat pula dikalangan sebagian besar hadirin. Jadinya klop. Capres dan pemilik suara maching.

Sebelumnya, materi yang acapkali dipakai oleh kelompok islam oposisi buat menyerang pemerintahan Jokowi adalah tentang ketimpangan. Khususnya pemerataan kemakmuran dan keadilan.

Tak salah kalau saat memberi sambutan di acara Az-Zikra, Anies memberi janji untuk berupaya sekuat tenaga mewujudkan kemakmuran dan keadilan itu. Sebuah keinginan dari rakyat, yang dipersepsi tak terjadi ketika Jokowi jadi presiden.

Agar tambah meyakinkan, tak lupa Anies menawarkan solusi. Berupa tawaran kebijakan membagi rata kue pembangunan. Agar tak terjadi lagi pertumbuhan yang cuma terfokus pada satu bidang.

Dalam hal itu, Anies coba mengungkit pembangunan infrastruktur yang memang gencar di jaman Jokowi. Mengkritik akan hal ini, menurut Anies, pembangunan bukan hanya bidang infrastruktur (Kompas, 19/11/2023).

Sekarang Prabowo Subianto. Tiga hal yang saya temukan pada performance beliau. Pertama, menampilkan sikap rendah hati. Disarikan dari berbagai sumber, kata beliau datang ke Malang adalah prioritas, karena beliau masih perlu belajar.

Sikap rendah hati demikian sekaligus sebagai penegasan. Bahwa Pak Prabowo calon presiden yang sederhana dan tidak angkuh. Mungkin ini sekaligus jawaban atas keraguan sebagian orang tentang pembawaan beliau.

Kedua, menyampaikan apresiasi terhadap NU, organisasi islam terbesar di Indonesia. Prabowo menyebut, di samping merupakan penjaga islam moderat, NU-lah yang senantiasa menyuarakan islam yang rahmatan lil alamin.

Ketiga, secara khusus Prabowo juga membawa nama besar Gus Dur. Tokoh NU ini, di kesankan sangat dekat dengan Prabowo. Bahkan, Prabowo hingga mengklaim kalau dirinya adalah tukang pijetnya Gus Dur.

Atas penampilan dan materi yang disampaikan oleh Prabowo saat acara di Malang, yang patut di apresiasi adalah Tim Pemenangan. Para anggotanya jeli melihat situasi dan mahfum terhadap kondisi.

Pembawaan Prabowo yang kadang meledak-ledak, coba diredam dengan pernyataan "perlu belajar". Lalu Jawa Timur khususnya Malang, yang merupakan kandang warga Nahdliyin disentuh lewat apresiasi terhadap NU dan klaim kedekatan dengan Gus Dur.

Kandidat terakhir yang perlu diteropong pada kegiatan safari Sabtu kemarin adalah cawapres Ganjar Pranowo Pak Mahfud MD yang pulang ke Madura. Anda tahu, warga pulau garam mayoritas muslim.

Dan secara aliran, merupakan basis NU yang sangat kuat sekali. Bisa jadi, kepulangan Pak Mahfud kali ini untuk menandingi kekuatan cawapres Muhaimin Iskandar, yang sama-sama mengandalkan suara Warga Nahdliyin.

Yang patut di sorot juga ketika menyampaikan sambutan di salah satu pondok pesantren, Pak Mahfud menggunakan bahasa Daerah Madura. Bahasa Ibu dari Pak Mahfud sendiri. Menurut saya, strategi Pak Mahfud itu semacam pesan buat orang Madura.

Bahwa kali inilah kesempatan besar untuk mengangkat putra daerah di pentas Nasional. Bukan cuma level menteri. Tapi naik menjadi orang nomor dua di Indonesia. Jabatan prestise yang selama ini belum pernah diraih.

Tak lupa, sebagai faktor pendukung dari segi kapabilitas dan kapasitas, saat pidato Pak Mahfud juga menyampaikan komitmennya memerangi ragam penyimpangan. Beliau janji akan bertindak tegas dan tak akan kompromi.

Janji itu jelas sebuah pesan "kampanye". Bahwa jatuhnya pilihan orang Madura terhadap Pak Mahfud bukan semata karena faktor putra daerah. Tapi juga memperhitungkan kualitas dan kemampuan Pak Mahfud.

Akankah saat tiba momen coblosan nanti, para peserta Ijtimak Ulama di Sentul bulat mendukung Anies, kemudian peserta pengukuhan Guru Besar Kehormatan di Malang kokoh ke Prabowo dan warga Madura tak berpaling dari Pak Mahfud..?

Mari kita tunggu tanggal 14 Pebruari 2024 tahun depan. Senyampang menunggu, saya persilahkan anda kasih penilaian terhadap safari ketiga kandidat. Kemudian buat keputusan, siapa yang cocok anda beri suara. Anies, Prabowo atau Mahfud..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun