Ya benar. Mencari nomor dan nama caleg pasti lebih gampang, kalau pandangan kita langsung konsentrasi ke daftar caleg paling atas atau paling bawah. Jika ada ditengah, masih butuh upaya ekstra memplototi kertas suara.
Proses demikian, terlebih bagi para pemilih yang masuk kategori “ada kelemahan”. Yaitu para sesepuh yang pandangannya sudah berkurang. Apalagi yang buta huruf. Mencari nomor urut dan nama ditengah-tengah, adalah sebuah perjuangan berat.
Buat yang masuk ketegori pemilih cerdas, nomor urut bukan masalah. Tapi tetap saja, mencari nomor dan nama caleg yang ada di urut paling atas atau bawah sekalian, pasti lebih mudah ketimbang yang ada di tengah.
Sekarang bagaimana dengan kontestasi pemilu yang jumlah pesertanya tergolong kecil..? Yang masuk kriteria ini adalah pemilu kada, pilpres dan pilkades yang di ikuti oleh maksimal cuma tiga kandidat. Kalau sampai empat atau lebih, sudah tergolong jumlah peserta banyak.
Sebagai ilustrasi, mari kita ambil contoh pilpres 2024 yang bakal digelar sekitar dua bulan lagi. Dimana pesertanya terdiri dari Anies-Muhaimin atau Amin nomor urut 1, Prabowo-Gibran disingkat PSG 2 dan Ganjar-Mahfud alias Gama 3.
Diantara ketiganya, siapakah kandidat yang punya nomor urut paling strategis..? Dalam pandangan saya, semuanya strategis. Dengan nomor urut masing-masing, sama-sama memiliki kesempatan untuk menang.
Masalahnya cuma di taktik. Siapa yang lebih cerdik dan mampu memaksimalkan peluang, maka dialah yang akan jadi pemenang. Untuk kemudian dilantik sebagai pengganti pasangan Jokowi-Makruf.
Mengapa nomor urut pasangan-pasangan tersebut saya simpulkan sama-sama bernilai strategis..? Ya karena dalam kondisi cuma tiga kandidat. Dimana setiap nomor urut baik 1, 2 dan 3, sangat mudah untuk dicari.
Jurkan atau Tim Sukses yang melakukan branding ketika lampanye, tinggal mengarahkan pemilih sesuai nomor yang dimiliki masing-masing. Yang dari Amin cukup bilang, coblos “Paling Kiri”, PSG “Tengah-tengah” dan Gama “Paling Kanan”.
Model kampanya demikian, juga tak akan membawa kesulitan buat para pemilih yang masuk kategori “ada kelemahan”. Sebaliknya, malah lebih mudah bagi mereka. Sebab pedoman mencoblosnya semata melihat posisi di kertas suara.
Akan lebih mudah lagi, terutama bagi para pemilih yang tergolong cerdas. Untuk yang ini, jangankan cuma dua atau tiga peserta. Berjumlah belasanpun, bukan sebuah halangan memberikan suara terhadap kandidat incaran.