Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Fenomena Pemilu 2024, Sisi Ideologis dan Rasionalis Pilihan Politik

7 November 2023   08:36 Diperbarui: 8 November 2023   07:15 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Suasana Sidang Tahunan MPR yang berlangsung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8/2018). (Foto: Andreas Lukas Altobelli/KOMPAS.com)

Memang benar, sedikit banyak bisa menimbulkan kontroversi. Tapi secara pribadi, saya sangat setuju dan mendukung adanya pergeseran dominasi dari golongan ideologis ke rasionalis. Toh ini hanya urusan politik. Cuma membicarakan soal cara.

Yang paling utama kan dampak positif terhadap seluruh warga negara Indonesia. Terutama yang ada hubungan dengan keadilan, kesejahteraan dan keutuhan NKRI.

Disamping akan menimbulkan kontroversi, berlangsungnya pergeseran dilingkungan masyarakat pemilik elektoral tersebut diatas tak akan semulus bila terjadi ditingkat elit atau kader partai.

Mengapa, karena setiap partai memiliki asas loyalitas. Dimana pertimbangan komitmen adalah ukuran utama. Maka pergeseran sebagaimana berlangsung di kelompok pemilih, justru akan menjadi taruhan kesetiaan di tingkat elit dan kader partai.

Kalau benar-benar terjadi, cap sebagai kutu loncat pasti akan disematkan. Bahkan mungkin akan disebut pengkhianat partai. Sesuatu yang sebenarnya wajib dihindari, meskipun alasan pergeserannya sangat rasional.

Saya kurang paham, mengapa keluarga Pak Jokowi “ramai-ramai” menggeser afiliasi kelompok politik dari PDIP ke Gerindra seperti dilakukan Gibran. Dan ke PSI sebagaimana terjadi pada Kaesang Pangarep adik Gibran

Tapi jika di ukur dari fenomena proses bergesernya golongan ideologis ke rasionalis macam gambaran saya di atas, ada benang merahnya juga. Dan tak bisa disalahkan secara politik.

Kalau demikian, maka pergeseran afiliasi keluarga Jokowi adalah sesuatu yang memang biasa terjadi di dunia politik. Tentu dengan syarat, alasan yang diambil sebagai pertimbangan ada dalam koridor yang bernilai positif.

Lahirnya keputusan Nasdem mencapreskan Anies Baswedan, lalu di ikuti oleh radikalnya langkah PKB mencawapreskan Muhaimin Iskandar meski harus “berteman” dengan PKS, tentu juga harus ditelisik dari alasan yang dijadikan dasar.

Benar-benar untuk kamajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, atau semata ingin rebutan sebagai King Maker bagi Ketua Umum Nasdem Surya Paloh? Serta cuma sekedar agar dapat posisi cawapres bagi Cak Imin?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun