Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Memaknai Diplomasi Makan Siang Istana Jokowi

1 November 2023   08:51 Diperbarui: 2 November 2023   02:45 1572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka jelas yang punya kepentingan ialah Presiden Jokowi sendiri. Bukan Ganjar dan Prabowo. Apalagi Anies. Rasanya, nama kandidat terakhir yang saya sebut tak ada minat buat sekadar makan siang di Istana.

Sejak dipecat oleh Jokowi dari posisi Mendikbud bertahun silam, Anies memang ambil posisi di seberang presiden. Bahkan Anies akrab bergaul dengan kelompok penentang pemerintah.

Namanya juga netizen +62. Ada saja peristiwa yang dicocokologi atau dihubung-hubungkan. Hingga posisi duduk saat Jokowi makan siang bersama capres juga dibuat pembenaran atas "permusuhan" Anies lawan presiden.

Coba Anda perhatikan posisi Anies yang tepat berhadap-hadapan di muka Jokowi pada foto di atas. Beredar pendapat yang menyatakan, bahwa posisi itu sudah diatur. Sebagai sinyal bahwa Jokowi tidak mendukung pencapresan Anies.

Kembali ke soal ajakan Jokowi makan siang bersama tiga kandidat. Saya setuju dengan pendapat beberapa pihak. Bahwa Jokowi rupanya ingin membersihkan nama. Terutama dari tudingan meragukan netralitas dalam pilpres.

Langkah tersebut diambil, setelah melihat betapa kuatnya hantaman terhadap keluarga beliau soal dinasti politik. Bukan hanya dari kalangan penentang. Tapi juga dari kelompok sendiri.

Mampukah acara makan siang Istana meredam gejolak pertentangan di bawah? Saya kira kok tidak ya. Gesekan kuat tetap akan terjadi. Terutama antara pendukung Ganjar dan Prabowo.

Mengapa, karena "permusuhan" di antara kedua kelompok ini didasarkan pada persepsi pengkhianatan. Yang dampaknya tentu lebih berat dibanding permusuhan biasa. Merasa dikhianati bagai ditusuk pisau dari belakang.

Ingat, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Jokowi sebelumnya merupakan kolega akrab. Secara kepartaian, Gerindra yang merupakan milik Prabowo adalah teman koalisi PDIP, tempat berlabuh Ganjar plus Jokowi.

Lalu sekarang, ketika poros PDIP mencapreskan Ganjar, Jokowi justru menyetujui Gibran sebagai cawapres Prabowo yang di usung oleh lawan PDIP, yaitu poros Gerindra. Lalu di mana wibawa PDIP dan muka Sang Ketua Umum Ibu Mega mau ditaruh?

Kata beberapa orang, menghadapi musuh yang sedari awal memang sudah ada di kubu seberang, macam perseteruan Anies lawan Jokowi, tidak begitu sulit. Mudah mengatur strategi. Karena posisinya jelas kelihatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun