Terungkap data lain, bahwa hanya seperempat responden yang mengikuti isu tentang politik nasional dan lokal. Lalu ada 4 dari 10 responden muda yang mengakui jarang ikut serta pada perdebatan atau diskusi politik di media sosial.
Yang ironis, adanya daya tarik jomplang antara menonton hiburan dibanding berita. Sebanyak 33.1 % responden muda lebih suka nonton hiburan serta 44.6 % menikmati konten hiburan.
Sebaliknya, masih menurut Kompas, itu merupakan “gambaran bagaimana isu-isu pemberitaan, termasuk terkait politik, tidak memiliki daya tarik dan kemudian menjadi pilihan bagi pemilih-pemilih muda dan mula”.
Anda tahu dampak dari semua itu..? Kaum muda lalu menjadi ogah pula terhadap profesi di bidang politik. Dengan kata lain, enggan menjadi politisi. Akibatnya, jumlah politisi muda sangat minim.
Tapi kalau dianalisis lebih luas, penyebab minimnya jumlah politisi muda bukan cuma karena persepsi dan ketertarikan jenis tontonan sebagaimana digambarkan dalam jajak pendapat Kompas.
Lebih dari itu, juga disebabkan oleh kecilnya ruang atau kesempatan yang diberikan oleh para politisi tua buat kaum muda. Banyak politisi tua tak suka memberi kiprah lebih strategis untuk politisi muda.
Kalaupun toh “terpaksa” diajak, paling ya cuma sebagai “pembantu”, macam Tim Sukses misalnya. Atau jika harus dimasukkan dalam pengurus partai, maksimal dijajaran wakil atau sekedar anggota seksi saja.
Tantangan lain, enggannya kaum tua lengser dari jabatan politik. Mungkin karena keenakan menikmati fasilitas dan kehormatan. Hingga lupa melihat sunnatullah adanya kewajiban regenerasi.
Dalam konteks tersebut, patut diapresiasi keputusan para elit PSI menjadikan Kaesang Pangarep Ketua Umum. Inilah masa yang tepat bagi politisi muda, dalam hal ini diwakili Kaesang, guna membuktikan diri mampu berperan strategis.
Ke depan, jika Kaesang dan PSI sama-sama sukses, bakal dijadikan role model oleh kaum muda yang lain. Untuk tidak lagi takut menjadikan bidang politik sebagai pilihan profesi.
Anda tahu sendiri kan, kalau bidang politik selama ini dipandang sebuah profesi yang bukan hanya kurang, tapi malah dianggap tidak menjanjikan sama sekali. Mungkin karena tantangannya yang lebih besar dibanding profesi lain.