Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Implikasi Kaesang Pangarep Jadi Ketua Umum PSI

26 September 2023   10:01 Diperbarui: 27 September 2023   11:08 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaesang Pangarep, putra Presiden RI Joko Widodo, resmi diangkat menjadi Ketua Umum PSI. Foto: KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA 

Pertanyaanya adalah, akankah secara jangka panjang Kaesang terus bertahan hingga kelak PSI ada di posisi rival berat bagi PDIP..? Lalu bagaimana dengan posisi Sang kakak bernama Gibran yang saat ini justru merupakan kader PDIP..?

Itu yang menarik untuk dibicarakan. Dengan asumsi bahwa nanti eksistensi PSI merupakan partai yang diperhitungkan meski tak sekuat PDIP, jelas merupakan kesulitan bagi keluarga Pak Jokowi, terutama Gibran.

Satu sisi, Gibran adalah tokoh yang digadang-gadang oleh PDIP untuk duduk di kursi eksekutif, baik Kepala Daerah maupun Presiden misalnya. Sedang pada sisi lain, ada Kaesang di PSI yang juga punya kekuatan, kharisma dan potensi yang sama dengan Gibran.

Sementara itu, berhubung sosok Pak Jokowi melegenda, tetap harum namanya karena sukses memimpin Indonesia, para pemilih bisa jadi punya idealisme, bahwa tiap anak keturunan Jokowi dianggap sebagai pewaris kemampuan beliau.

Maka ada kemungkinan besar, Gibran dan Kaesang kelak berhadap-hadapan sebagai lawan politik. Gibran di majukan oleh PDIP, dan Kaesang oleh PSI. Kalau benar-benar terwujud, wah sungguh amat menarik.

Dengan di dampingi oleh partai politik dan koalisinya masing-masing, kakak beradik itu akan terlibat rebutan suara. Saling ambil dan caplok sumber daya yang ada di internal keluarga.

Sebagai pembelajaran dan pendewasaan politik, rebutan suara kakak beradik demikian itu bagus. Masyarakat umum bisa belajar demokrasi yang benar. Bahwa meski beda pilihan politik, tak perlu mengarah pada perpecahan. Contohnya, ya keluarga Pak Joowi tersebut.

Namun disamping itu, ada pula kemungkinan kakak-beradik itu malah kolaborasi menjadi teman koalisi. Siapa tahu, namanya juga dunia politik. Mirip PKB yang kemudian justru mendukung pencapresan Anies Baswedan.

Padanannya, kelak PDIP yang kita ketahui sekarang lagi mendapat respon kurang positif dari PSI gara-gara proses pencapresan Ganjar Pranowo, nanti malah lengket dengan PSI.

Kedua parpol lalu menduetkan Gibran dan Kaesang sebagai kandidat pertama dan kedua. Kalau di arena pilkada, Gibran cagub dan Kaesang cawagub. Jika pilpres, Gibran capres dan Kaesang cawapres.

Hanya saja, meski di prediksi bakal menjadi pasangan kuat, fenomena menduetkan Gibran-Kaesang tak elok secara etika. Masak harus segitunya. Dua pucuk pimpinan strategis sama-sama ingin diambil. Apa bukan kemaruk namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun