Resmi sudah PSI angkat putra sulung Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, sebagai Ketua Umum atau Ketum. Menggantikan posisi Giring Ganesha yang kemudian pindah “tempat” menjadi anggota Dewan Pembina.
Jatuhnya Ketum PSI ke tangan Kaesang tentu menimbulkan berbagai syak wasangka dan persepsi. Bagaimana tidak, baru sekitar 3 harian mendapat KTA, Kaesang langsung menduduki jabatan puncak elit PSI.
Itu tentu juga menimbulkan keterkejutan. Siapa sangka, Kaesang yang hidup dilingkungan keluarga pendukung berat PDIP, justru memilih saluran politik yang berbeda. Bahkan dibanding Sang Bapak.
Anda tahu sendiri kan, kalau secara politik Pak Joko Widodo dibesarkan oleh PDIP. Maka tak salah kalau kakak Kaesang, yaitu Gibran Rakabuming Raka, memilih PDIP pula buat kendaraan menjabat Wali Kota Solo. Kaesang ini nyeleneh. Milihnya kok malah PSI.
PSI lagi bermanuver sebagai strategi pemilu 2024? Menurut saya iya. Apalagi yang dituju, kalau bukan untuk kepentingan kampanye menambah elektoral. Agar pada pemilu legislatif 2024 mendatang PSI mampu menembus senayan.
Firmansyah, dalam "Mengelola Partai Politik : Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi", Yayasan Obor 2007 menulis, bahwa ada tiga strategi partai politik ketika melakukan kampanye.
Pertama, ialah push political marketing. Yaitu melakukan pemasaran produk politik secara langsung kepada para pemilih. Kedua, pull political marketing. Yaitu pemasaran produk politik lewat media massa.
Ketiga, pass political marketing. Saya sarikan uraiannya, yaitu pemasaran produk politik dengan cara memanfaatkan eksistensi kelompok, tokoh atau organisasi yang memiliki pengaruh luas di masyarakat.
Hampir semua partai politik, baik yang masih baru berdiri maupun yang sudah lama malang melintang ada pengalaman rebutan suara, pasti melakukan ketiga strategi kampanye tersebut.
Turun langsung, atau blusukan kerumah-rumah para pemilih sudah biasa. Promosi dalam berbagai bentuk sponsor, pasti. Serta menggunakan eksistensi tokoh dan golongan tertentu, adalah suatu hal yang tak mungkin dielakkan.