Keempat, menggeser tahapan dan masa pendafatran capres cawapres lebih cepat dan waktu tambah singkat dibanding rencana semula, membuat rakyat bisa sesegera mungkin menentukan pilihan.
Sama seperti yang dialami partai-partai politik ketika sudah ada kepastian, rakyat juga bisa lebih konsentarasi dan fokus. Baik terhadap kandidat yang di incar, maupun juga untuk mengerjakan aktifitas lain.
Terhadap kandidat yang di incar, rakyat tinggal melihat perkembangan ke depan. Kalau hingga masuk tahap pencoblosan masih sesuai dengan harapan yang diketahui saat masa kampanye, maka jadilah ia pilihan utama.
Tapi kalau ternyata ada perubahan yang membuat emosi tidak lagi cocok, segera bisa beralih pada kandidat lain. Tak perlu lagi pusing mereka-reka, langsung “pindah kelain hati”. Karena alternatif sudah tersedia di depan mata.
Kelima, mengurangi fenomena lompat pagar. Artinya, munculnya kecenderungan beberapa partai politik atau kandidat yang sudah merapat atau berlabuh kesatu koalisi lalu tiba-tiba pindah ke kelompok lain dapat dihambat.
Yang terjadi sekarang kan belum ada konsistensi. Iya memang sudah tercipta pengelompokan. Macam Golkar dan PAN yang merapat ke Gerindra contohnya. Tapi sekali lagi, selama belum diikat oleh SK KPU, tiap saat bisa saja koalisi ketiga partai ini bubar.
Demi sebuah kepentingan, walau tak ada pengaruh terhadap PDIP, kita tak akan pernah dapat memastikan juga, apakah PPP, Hanura dan Perindo tetap akan bersatu mendukung pencapresan Ganjar Pranowo.
Demikian pula, tentang Demokrat dan PDIP. Jangan-jangan malah jadi teman dekat. Setelah sebelumnya selalu dipersepsikan sebagai musuh bebuyutan bagai tikus dan kucing. Apalagi setelah kasus penghianatan oleh Nasdem
Wacana memajukan tahapan dan waktu pendaftaran capres cawapres oleh KPU saya pandang merupakan rencana baik. Terlebih jika melihat fenomena sepak terjang para kandidat dan manuver partai politik.
Kecuali bagi tokoh yang memang sudah paham terhadap seluk beluk dunia politik, di mata orang awam dan rakyat kebanyakan sepak terjang dan manuver tersebut kelihatan tak masuk akal. Kalau pinjam istilah Pak SBY, melebihi kepatutan moral dan etika politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H