Mulai hari Sabtu 5 Agustus s/d Minggu 6 Agustus 2023 hari ini, capres Nasdem Anies Rasyid Baswedan ada agenda safari politik. Yang menarik, Anies akan ditemani oleh Ketua Umum Partai Demokrat, yang sekaligus bakal cawapres Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Kebersamaan demikian tak pelak menimbulkan duga-duga. Apakah keduanya sudah resmi menyandang “gelar” capres cawapres..?
Jawaban pastinya tentu harus tunggu perkembangan lebih lanjut. Tapi kalau melihat kebersamaan keduanya, para elit pengurus Demokrat patut menaikkan harapan.
Bagaimana tidak, safari Anies dan AHY yang berlangsung di Bandung itu menampakkan aura positif, di tengah munculnya perdebatan tentang sulitnya mencari kandidat cawapres yang pas di “kantong” Anies.
Maka tak heran, seorang elit Demokrat yang menjabat sebagai Deputi Balitbang DPP bernama Syahrial Nasution sampai kasih penegasan. Bahwa kegiatan safari Anies-AHY di Bandung bukan cuma menunjukkan chemistry yang makin kuat di antara mereka.
Lebih dari itu juga sebagai jawaban terhadap keraguan publik atas soliditas Nasdem-Demokrat-PKS yang sudah bergabung di Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP itu.
Anda tahu kan, kalau selama ini KPP memang disorot tak punya soliditas mumpuni seperti pertemanan PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo. Alasannya, para anggota KPP didera masalah rebutan cawapres.
Apalagi sudah ada contoh koalisi yang bubar gara-gara tak ada kata sepakat soal posisi macam begitu, yakni KIB atau Koalisi Indonesia Bersatu bentukan Golkar, PPP, PAN. Maka kebersamaan Anies-AHY di Bandung pantas membuat Demokrat pede menatap pilpres 2024.
Apakah kegiatan safari tersebut merupakan sebuah jaminan atas suksesnya strategi pemilu 2024, ya tentu saja tidak. Tapi kalau melihat “ngebetnya” Demokrat mendorong AHY ada di posisi cawapres Anies, sedikit banyak membuat elit partai ini sumringah. Mengapa, karena kompaknya Anies-AHY bisa menggeser posisi bakal cawapres Ahmad Heryawan yang juga disodorkan oleh PKS.
Namun dalam penilaian Adi Prayitno, seorang pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya sarikan dari tayangan Kompas 5 Agustus 2023, safari Anies-AHY di Bandung tak lalu jadi linier dengan pendapat para elit Demokrat tersebut.
Pandangan Mas Adi malah sejalan dengan persepsi yang selama ini sudah berkembang ditengah-tengah masyarakat. Bahwa ikatan di KPP memang belum jelas betul.
Yang lebih menyakitkan lagi, jika dihubungkan dengan harapan partai Demokrat agar AHY menjadi cawapres Anies, adalah tanggapan Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Nasdem Hermawi Taslim tentang kedekatan Anies-AHY.
Menurut Taslim, bahwa naiknya intesitas pertemuan Anies-AHY tidak bisa serta merta diartikan Anies akan pilih AHY sebagai bakal cawapres.
Tapi sudahlah. Kita biarkan saja silang pendapat diantara mereka menjadi bahan kajian bagi KPP dalam menentukan pendamping Anies. Ada baiknya, agar lebih jernih melihat kedekatan Anies-AHY, kita tengok dan analisis saja sajian data yang dieksplorasi oleh Litbang Kompas tentang kemungkinan besaran suara yang akan didapat jika Anies-AHY benar-benar jadi pasangan.
Sebelumnya perlu disampaikan, Litbang Kompas pernah mengajukan pertanyaan kepada masyarakat. Bunyinya demikian: Apabila Anies Baswedan dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono pada pencalonan presiden dan wakil presiden, apakah Anda berminat untuk memilihnya? Bagi saya pertanyaan ini relevan, jika dijadikan dasar melakukan analisis terhadap kedekatan Anies-AHY.
Terlebih, pertanyaan tersebut secara spesifik menyasar konstituen dari partai Nasdem, Demokrat, dan PKS. Meskipun juga tak lupa dijaring jawaban dari partai lain.
Kemudian dalam hal jawaban, Litbang Kompas menguncinya kepada lima kategori. Yaitu: Sangat Berminat, Berminat, Tidak Berminat, Sangat Tidak Berminat, dan terakhir Tidak Tahu/Tidak Jawab.
Lalu apa jawabannya..?
Untuk kepentingan lebih ringkas, jawaban dari dari lima kategori tersebut saya peras menjadi tiga saja. Alasannya, karena dengan tiga kategori saja sudah cukup mewakili posisi masyarakat terhadap kemungkinan perolehan suara jika Anies-AHY jadi berpasangan.
Maka dari kelimanya, hanya menjadi “Sangat Berminat dan Berminat” sebagai yang pertama. Yang kedua “Tidak Berminat dan Sangat Tidak Berminat”. Serta yang ketiga adalah jawaban “Tidak Tahu/Tidak Jawab”.
Jawaban pertama. Konstituen dari Partai Demokrat yang menyatakan Sangat Berminat sebanyak 9.3 persen, Berminat 48,6. Jumlah total sama dengan 57.9 persen. Dari Partai Nasdem Sangat Berminat 6.3, Berminat 31.3. Jumlah total 37.6 persen. Dari Partai Keadilan Sejahtera atau PKS Sangat Berminat 9.2, Berminat saja 47.7. Jumlah total sebesar 56.9 persen. Dari Partai lain Sangat Berminat hanya 1.8 dan Berminat 29.8. Jumlah total 31.6 persen
Jawaban kedua. Konstituen dari Partai Demokrat yang menyatakan Tidak Berminat sebesar 31.4 persen, Sangat Tidak Berminat 2.2 persen. Jumlah total 33.6. Dari partai Nasdem Tidak Berminat sebesar 37.5 persen, Sangat Tidak Berminat 4.1. Total jadi 41.6. Dari Partai Keadilan Sejahtera Tidak Berminat sebesar 29.2, Sangat Tidak Berminat 3.1 persen. Total 32.3. Dari Partai lain Tidak Berminat 40.4, Sangat Tidak Berminat 4.2. Jumlah Total 44.6 persen.
Jawaban ketiga. Konstituen dari Partai Demokrat yang menyatakan Tidak tahu/Tidak jawab sebesar 8.5 persen. Dari partai Nasdem 20.9 persen. Dari Partai Keadilan Sejahtera 10.8 persen. Dari Partai lain 23.8 persen. Jumlah total dari keempat golongan ini adalah sebanyak 64 persen. Kalau diteliti secara mendalam, 64 persen yang menjawab Tidak tahu/Tidak jawab bisa dianggap sebagai suara mengambang.
Maka berdasar data-data di atas, saya berpendapat sebenarnya tidak terlalu spektakuler juga sambutan konstituen partai Demokrat terhadap rencana pasangan capres-cawapres Anies-AHY.
Buktinya, ketika ditanya oleh Litbang Kompas hanya ada sekitar 57.9 persen konstituen partai ini yang memberi jawaban pada kategori pertama, serta hingga 33.6 persen jawaban kategori kedua.
Kalau cita-cita menduetkan Anies-AHY di istilahkan hingga ngebet atau sangat berharap, jawaban kategori pertama mestinya sampai pada angka di atas 75 persen. Sementara jawaban kategori kedua maksimal cuma 25 persen.
Ini berarti, ada yang kurang sinkron antara cita-cita elit pengurus Demokrat dibanding keinginan konstituen. Elit pengurus amat sangat berharap. Sementara konstituen kelihatannya biasa-biasa saja.
Apalagi di kelompok Partai Nasdem. Melihat jawaban konstituennya di kategori pertama yang hanya 37.6 persen, dan dikategori kedua yang hingga mencapai 37.5, nampaknya jauh dari harapan elit Demokrat.
Adanya selisih jawaban kategori pertama dan kedua yang cuma 0.1 persen, menunjukkan bahwa konstituen Partai Nasdem agak sulit menerima duet Anies-AHY.
Akan halnya konstituen Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, kelihatannya sama dengan sikap elit pengurusnya. Hendak main aman. Relatif tinggi di jawaban kategori pertama sebanyak 47.7 dan rendah di jawaban kedua yang hanya 32.3 persen, cukup menjadi alasan terhadap munculnya penilaian saya itu.
Ya mungkin PKS berpikiran simple. Tak masalah meski tak dapat cawapres, yang penting diberi jatah berlebih saat menyusun kabinet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H