Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ada Apa PSI Mengundang Partai Gerindra?

4 Agustus 2023   09:47 Diperbarui: 4 Agustus 2023   09:49 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin ada berita aktual yang sangat menarik untuk di ulas. Menarik, karena muncul fenomena yang tak biasanya terjadi kepada sebuah partai politik yang dicap punya idealisme kuat. Beritanya adalah tentang pertemuan antara para petinggi Gerindra dengan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI. Tak tanggung-tanggung, Gerindra bahkan di kawal sendiri oleh Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum, yang sekaligus bakal capres lawan terberat Ganjar Pranowo dari PDIP.

Gerindra adalah partai besar. Menempati urutan kedua dibawah PDIP. Sedang PSI, jangankan masuk ranking. Satu kursipun tak punya di DPR RI. Makanya, perjumpaan keduanya layak disamakan dengan drama Korea berjudul Princess Hours. Itu lho kisah cinta antara Putra Mahkota Kerajaan dengan gadis dari keluarga biasa saja. Awalnya tidak suka. Tapi pada akhirnya saling jatuh cinta.

Sebelumnya, sudah maklum kan kalau PSI dukung Ganjar capres. Malah merupakan parpol yang paling awal melakukan deklarasi, jauh mendahului PDIP yang tak lain “rumah” Ganjar sendiri. Sebaliknya, terhadap Prabowo Subianto PSI rajin menyampaikan kritik. Terlebih, saat pilpres 2019 lalu PSI sempat kasih penghargaan minor kepada Prabowo. Namanya “Kebohongan Award”.

Kini “perseteruan” tersebut hilang. Diganti saling puji satu sama lain. Disarikan dari berbagai sumber, pasca kunjungannya ke markas PSI, Prabowo mengaku cocok dengan Partai Solidaritas Indonesia. Sementara elit PSI Grace Natalie mengucapkan terima kasih. Juga merasa terhormat. Karena sebagai partai besar Gerindra berkenan memenuhi undangan partai kecil macam PSI.

Pada kesempatan tersebut, saya yakin Prabowo bertemu Giring sebagai Ketua PSI. Juga beberapa jajaran pengurus lain. Kalau antar elit dua partai ketemu, apalagi mendekati momentum pemilu dan pilpres 2024, pastinya ada pembicaraan serius, meskipun di kemas dalam suasana santai. Tebakan saya, membahas soal posisi. Atau jangan-jangan keduanya sudah mencapai kata sepakat, alias saling mengisi. Wallahu’aklam.

Ya tak apalah. Namanya juga hidup di dunia politik. Mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan adalah hal yang biasa. Dan partai manapun, jika di bukakan peluang pasti akan melakukannya. Namun dari sisi eksistensi, kunjungan Gerinda ke Markas PSI menyiratkan penilaian yang bersifat degradatif. Atau men-downgrade kualitas salah satu parpol. Terutama PSI.

Sebagaimana disampaikan Grace, Gerindra datang ke Markas PSI oleh sebab di undang. Artinya, yang aktif dalam hal ini adalah PSI, bukan Gerindra. Bisa diartikan pula, bahwa yang butuh ya PSI. Sementara Gerindra, sekedar memberi respon. Bisa jadi, datang memenuhi undangan karena tak enak hati. Meskipun tentu saja bergembira. Karena membuka peluang adanya dukungan kekuatan baru.

Mengapa PSI sampai bela-belain tiba-tiba mendatangkan Gerindra..? Naah ini yang patut di telisik. Berhubung antara kedua partai ini sebelumnya ada di garis demarkasi yang berbeda. Terutama soal dukungan kandidat capres. PSI ke Ganjar Pranowo. Sementara Prabowo Subianto bukanlah idola PSI. Sebelum ketemu, Prabowo dan PSI belum pernah “akur”.

Sekedar tahu, dari segi idealisme dukungan terhadap kandidat capres merupakan pilihan yang bersifat prinsip. PSI tentu sadar betul akan hal ini. Maka saya yakin, dulu sebelum mendeklarasikan Ganjar yang waktu itu di tandemkan dengan Ning Yenny Wahid sebagai cawapres, PSI pasti sudah melakukan kalkulasi sangat mendalam. Dan saya yakin pula, keputusan ini didasarkan pada kemampuan Ganjar. Yang oleh PSI pasti dianggap figur berkualitas.

Ingat ya, dari awal figur Prabowo Subianto sebagai bakal capres sudah muncul ke permukaan. Bahkan kadar kepastiannya untuk maju ke pilpres 2024 jauh lebih terbuka dibanding Ganjar. Lalu mengapa waktu itu justru yang di capreskan oleh PSI bukan Prabowo melainkan Ganjar Pranowo..? Padahal ketika itu Gubernur Jateng ini masih belum di putuskan secara resmi oleh PDIP.

Tebakan saya dan mungkin juga para pembaca sekalian adalah, karena PSI menilai kualitas Ganjar lebih baik di banding Prabowo. Lalu kalau sekarang ini PSI “main mata” ketemu Prabowo dengan cara mengundang Gerindra datang ke markas, tentu dapat di tebak ada yang tidak beres diantara PSI dengan Ganjar secara personal. Serta dengan PDIP secara kelembagaan. Lantas dimana letak ketidak beresannya..?

Anda ingat tidak, bahwa dulu ketika PSI deklarasi Ganjar sebagai capres kurang mendapatkan respon positif dari PDIP. PSI malah dinilai tidak tahu etika politik dan kurang cakap memainkan komunikasi. Kemudian pada Pelatihan Juru Kampanye untuk Ganjar yang baru saja berlangsung beberapa waktu lalu, tidak ada satupun daftar peserta yang berasal dari PSI. Kasarnya, PSI di lepeh atau tidak dihargai oleh PDIP

Atas sikap PDIP yang melepeh PSI, seorang tokoh yang juga simpatisan PSI bernama Ade Armando memberi komentar menohok. Kata Ade yang disiarkan oleh Channel Youtube Cokro TV, PDIP sombong. Karena di depan media Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dengan sengaja tidak menyebut PSI sebagai salah satu partai pendukung Ganjar. Padahal, sekali lagi, PSI-lah yang pertama kali mencapreskan Ganjar.

Apakah saat ini PSI sudah merubah rencananya, berbelok mendukung Prabowo Subianto karena ketidak beresan sebagaimana dinilai oleh Ade Armando..? Jawaban pastinya mari kita tunggu saat pendaftaran pilpres 2024 ke KPU nanti. Tapi saya menebak memang begitu. Kalau benar, inilah yang saya sebut di atas tadi sebagai fenomena yang tak biasanya.

Memang benar, alih posisi dan belok di tikungan akhir dalam soal dukungan sudah lumrah dilakukan oleh beberapa partai politik. Namun bagi saya tidak untuk PSI. Hal ini saya dasarkan pada rekam jejak partai ini. Sejak awal berdiri hingga sekarang, sebelum ketemu Gerindra, saya lihat tak ada satupun sikap PSI yang terkesan “menelan kembali ludah yang sudah dibuang ke tanah”.

Artinya, sebelum ini perjalanan PSI teguh dan kuat memegang prinsip. Apalagi yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak macam pemilihan pejabat politik seperti pilkada dan pilpres. Kalau sekarang ini kemudian ada indikasi main mata dengan Partai Gerindra, jangan salahkan kalau ada yang menilai PSI sudah mulai berubah.

Sekarang PSI mungkin sudah realistis melihat target pemilu 2024 untuk masuk gedung senayan, setelah sebelumnya mengalami kegagalan. Bahwa pengalaman yang lalu menunjukkan fakta tidak selamanya idealisme dapat dijadikan senjata meraup suara pemilih. Terkadang, pada satu waktu perlu juga yang namanya menuver politik. Karenanya, sedikit menurunkan marwah bisa di toleransi.

Itu juga sekaligus sebagai penegasan. Bahwa PSI mulai melakukan reformasi terhadap strategi pemilu 2024. Dengan cara undang Prabowo ke markas PSI sebagaimana diatas. Apakah reformasi yang demikian ini lalu dianggap sebagai gejala kalau PSI sudah terkontaminasi oleh arus kepentingan yang biasa terjadi secara transaksional di dunia politik..? Silahkan para pembaca kasih penilaian. Kalau saya, cukup tersenyum saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun