Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Ketika Sedang Berpolemik, ke Mana Golkar Pilih Koalisi?

3 Agustus 2023   12:08 Diperbarui: 4 Agustus 2023   08:15 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Bendera Partai Golkar terpasang di jalan. (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Pemilu 2019 menempatkan 16 partai politik yang bertarung rebutan suara. Secara persentase hasilnya demikian. PDIP 19.33, Golkar 12.31, Gerindra 12.57, Nasdem 9.05, PKB 9.69, Demokrat 7.77, PKS 8.21, PAN 6.84, PPP 4.25, Berkarya 2.09, PSI 1.85, Hanura 1.54, PBB 0.79, Perindo 2.07, PKPI 0.22 dan Garuda 0.5 persen.

Berdasar fakta tersebut, pertanyaan yang harus diajukan adalah, pada pilpres 2024 nanti Golkar hendak menjadi pencipta poros atau hanya sekedar menemukan labuhan..? 

Jika menjadi pencipta, maka eksistensi PDIP, PPP, Hanura, Perindo, Gerindra, PKB, Nasdem, Demokrat dan PKS kita keluarkan dari list sebagai parpol yang bisa di tarik oleh Golkar. Mengapa, karena semuanya sudah ada didalam poros masing-masing.

Dulu, Golkar memang sempat eksis, setelah sukses membentuk Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB bersama PPP dan PAN. Berhubung KIB sudah bubar, maka pilihan bagi Golkar sekarang ini adalah sekedar mendapat labuhan. 

Jika demikian, kapan saja Golkar bisa memilih salah satu diantara tiga poros diatas. Mau gabung ke poros PDIP-PPP-Hanura-Perindo, atau ke Gerindra-PKB.

Poros Nasdem-Demokrat-PKS saya kira membuka tangan kalau Golkar ingin masuk. Cuma ya itu tadi, tak bisa minta posisi seenaknya, meski punya suara lebih tinggi. 

Diberi jatah apapun, harus diterima. Lalu apakah para elit rela Golkar hanya menjadi pengikut pada pilpres 2024, sementara kawan-kawanya di KIB macam PPP dan PAN sudah punya sikap sendiri..? Nampaknya tidak.

Saya lihat, keinginan elit Golkar untuk bisa memajukan capres atau minimal cawapres masih kuat mengemuka. 

Andai memang cita-cita ini yang di inginkan, maka mau tak mau Golkar harus mampu membongkar poros PDIP dkk, Gerindra-PKB serta Nasdem-Demokrat-PKS. Untuk kemudian menarik salah satu atau salah dua dari mereka gabung dengan Golkar mendirikan koalisi baru.

Manakala upaya tersebut gagal, alamat kritis bagi Golkar. Mengapa, karena partai-partai yang tersisa tinggal Berkarya yang dapat 2.09 persen, PSI 1.85, PKPI 0.22 dan Garuda 0.5 persen. 

Ironisnya, gabungan hasil suara keempat partai gurem ini tak memenuhi syarat untuk mendongkrak suara Golkar. Jumlah total suara Golkar plus keempatnya cuma dapat 15.97 persen. Sementara ambang batas presidential threshold 20 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun