Nah, soal saling menunggu tersebut yang menarik untuk dibicarakan. Apa sebenarnya yang terjadi di internal tiga poros di atas? Mengapa tidak lebih baik ikut saran Sandiaga saja, agar publik bisa segera tahu formasi capres cawapres yang akan tarung pada pilpres 2024?
Itu sikap saling tunggu merupakan strategi pemilu 2024 atau karena memang belum menemukan figur yang pas buat pendamping capres masing-masing..?
Kalau cuma sebatas strategi, bisa ditebak ketiga poros sebenarnya sudah mengantongi nama figur cawapres ideal yang sesuai dengan kriteria partai-partai pengusung.
Untuk kemudian jika waktunya sudah dirasa pas, bisa segera diumumkan. Atau langsung ambil langkah mendaftarkan bakal calon ke KPU. Dan ikuti proses-proses berikutnya, misal penelitian berkas administrasi, sebelum ditetapkan sebagai capres cawapres yang di SK oleh KPU.
Kalau benar, maka Gerindra yang berpasangan dengan PKB membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR, kemungkinan besar sudah memasukkan nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres. Ini saya dasarkan pada statement Prabowo saat datang ke acara PBB kemarin. Yang secara terang-terangan minta agar Cak Imin “tidak ke mana-mana”.
Kemudian PDIP yang mengusung Ganjar Pranowo juga sama. Ibu Megawati sebagai tokoh yang punya otoritas sangat kuat, sebenarnya telah memutuskan satu nama di antara lima kandidat yang sempat disebut oleh Putrinya Puan Maharani. Yaitu di antara Sandiaga Uno, Andika Perkasa, Cak Imin, Erick Thohir dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Nasdem bersama Demokrat dan PKS yang beberapa waktu lalu mendeklarasikan Koalisi Perubahan untuk Persatuan atau KPP demikian pula adanya. Soal siapa yang akan jadi cawapres Anies sudah final. Tapi saya tidak bisa menebak, apakah di antara yang bersangkutan ada nama Khofifah Indar Parawansa, Mahfudz MD, dan Ning Yenny Wahid.
Mengapa, karena mereka semua menyatakan penolakannya. Yang lebih dekat sebagai tandem Anies adalah AHY dan kader PKS Ahmad Heryawan atau Aher. Hanya saja, untuk sementara ini tak perlu diumumkan ke publik.
Hal tersebut bukan masalah. Tapi bagaimana andai sikap menunda pengumuman nama itu bukan strategi, melainkan karena ketiga poros tadi memang betul-betul belum menemukan figur yang pas untuk dijadikan cawapres?
Sementara pada sisi lain, justru terjadi saling menunggu di antara mereka? Umpama demikian, maka para pemilih dan pendukung harus khawatir. Sebab kalau berlangsung dalam jangka waktu cukup lama, bisa berdampak pada kualitas cawapres.
Ya benar. Akibat tak ada yang mau mengalah, tanpa disadari waktu pendaftaran pilpres 2024 sudah di depan mata atau mau tutup. Akhirnya ambil figur cawapres asal comot saja. Yang penting nutut pendaftaran.