Partai Golkar lagi oleng. Sang Ketua Umum Airlangga Hartarto jadi sorotan. Bahkan hingga ada wacana Munas Luar Biasa atau Munaslub. Adalah anggota Dewan Pakar bernama Ridwan Hisjam yang menjadi motor wacana ini. Penyebabnya terkait Pilpres 2024. Airlangga di anggap kurang cepat. Hingga sampai sekarang belum mampu membuat Golkar eksis sebagai poros seperti Gerindra dan PDIP.
Mungkin merasa prihatin atas kondisi Golkar saat ini, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Generasi Muda Partai Golkar atau GMPG inisiatif mengadakan diskusi di Jakarta. Tema yang diangkat adalah “Selamatkan Partai Golkar Menuju Kemenangan Pileg 2024”. Rencananya akan dihadiri oleh Ridwan Hisjam, Andi Sinulingga, Max Richard Krey, Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno dll.
Tapi diskusi generasi muda partai golkar ricuh. Bahkan saat kericuhan ada wartawan kena pukul oleh orang tak dikenal yang secara tiba-tiba masuk ke dalam area tempat diskusi. Yang kena pukul diantaranya juga ada kameramen Kompas TV, pada saat tengah merekam perdebatan antara orang tak dikenal ini dengan pihak penyelenggara diskusi.
Akhirnya, diskusi generasi muda Golkar batal. Saat ditanya beberapa wartawan soal kasus kericuhan tadi, pasca hadir pada Rapat terbatas di Istana Kepresidenan Rabu 27 Juli 2023 kemarin, Airlangga Hartarto hanya menjawab “belum monitor”. Ketika ditanya lagi tentang kondisi Partai Golkar sekarang ini, lagi-lagi Airlangga tak memberi penjelasan detail. Ia hanya mengatakan “aman terkendali”.
Meski berusaha ditutup-tutupi oleh Airlangga, namun serangkaian peristiwa yang sedang menimpa Golkar belakangan membawa pesan kurang baik di kalangan publik. Bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam parpol peninggalan Orde Baru ini. Hingga muncul wacana Munaslub. Kalau jajaran elit Golkar tak juga mencari solusi, khususnya Airlangga sendiri, kedepan bisa tambah runyam.
Menilik sejarah, Munaslub sebenarnya bukan sesuatu yang asing bagi Golkar. Partai ini dua kali pernah mengalaminya. Yaitu ketika ada pergantian Ketua Umum dari Aburizal Bakrie (2009-2014) ke Agung Laksono (2014-2017), lalu ke Setya Novanto (2016-2017). Saat itu, terjadi gejolak internal imbas ilpres 2014. Di Golkar terjadi kepengurusan ganda. Yang dipegang oleh Aburizal dan Agung Laksono.
Gejolak internal bisa selesai, setelah diadakan Munaslub. Yang kemudian memilih Setya Novanto jadi Ketua Umum. Namun lagi-lagi Munaslub Golkar harus digelar oleh DPP. Karena Setya Novanto terjerat kasus pidana dan ditangkap oleh KPK. Setelah ada putusan tetap dari pengadilan, Munaslub “kedua” akhirnya tergelar juga. Pada momen ini, Golkar sepakat menjadikan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum.
Itu berarti, andaikan wacana Munaslub yang digaungkan oleh Ridwan Hisjam dkk benar-benar terwujud, bisa dianggap mengulangi sejarah yang pernah terjadi sebelumnya. Maka kalau melihat fakta ini, Munaslub adalah sesuatu yang biasa. Tak perlu ditakuti. Sebab merupakan suatu mekanisme yang memang sudah diatur dalam AD ART Partai Golkar.
Apalagi, isu yang dikembangkan sebagai alasan digelarnya Munaslub kelihatan masuk akal. Menyambut perhelatan Pilpres 2024, Golkar belum maksimal menunjukkan eksistensi. Padahal, sebagai partai besar mestinya Golkar sudah leading menjadi poros, sebagaimana yang sudah diraih oleh Gerindra dan PDIP. Faktanya, hingga saat ini Golkar belum mendapatkan labuhan. Kalah sama Nasdem yang sukses menggandeng Demokrat dan PKS.