Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Motif Kehadiran Golkar di Apel Siaga Nasdem

17 Juli 2023   09:08 Diperbarui: 17 Juli 2023   09:13 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, peluang Golkar mendapat posisi agar bisa ikut bertarung pada pilpres 2024, sebenarnya terbuka lebar kalau merapat ke PDIP. Dengan catatan tidak maksa ambil jabatan capres. Dan ini realistis. Fakta bahwa posisi Golkar di pemilu 2019 ada di bawah PDIP, tak terlalu menyakitkan. Andai menjadikan Ketum Golkar Airlangga Hartarto sebagai bakal cawapres Ganjar.

Komposisi demikian sekaligus sebagai penegasan bagi Golkar, agar tak berpikir untuk merapat ke KKIR. Mengapa, karena baik posisi capres maupun cawapres di koalisi ini, sudah ada yang memboking. Capresnya Prabowo Subianto Ketum Gerindra. Sementara nama cawapres telah diserahkan kepada Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Jika Golkar maksa tetap ingin salah satu posisi diantara keduanya, ya harus mampu melunakkan hati Prabowo dan Cak Imin.

Pilpres 2024 makin mendekati hari H. Ada partai politik yang sudah mantap berlabuh di satu koalisi atau poros. Contohnya Gerindra PKB di KKIR. Lalu PPP bersama PDIP. Tapi ada pula yang masih goyang. Siapa lagi kalau bukan yang ada di KPP, terutama Demokrat dan PKS. Kalau Nasdem sebagai penggerak awal berdirinya KPP tak pandai merayu kedua parpol ini, mungkin Demokrat dan PKS akan hengkang dari KPP dan meninggalkan Nasdem sendirian.

Maka dapat dilihat, hadirnya Golkar ke acara Apel Siaga Perubahan Nasdem, bisa ditangkap juga sebagai upaya jaga-jaga kemungkinan keluarnya Demokrat dan PKS. Jika benar terjadi kelak, Golkar tak gamang lagi mendekati Nasdem. Dengan alasan yang realistis, karena Nasdem butuh kawan untuk daftar pilpres 2024 ke KPU. Dan faktanya, gabungan suara keduanya memang cukup. Berjumlah total 21.36 persen. Hasil dari penjumlahan 12.31 milik Golkar dengan 9.05 Nasdem.

Hanya saja, kalau faktual pasti terjadi kocok ulang komposisi. Tentunya, Golkar akan menyodorkan nama Airlangga Hartarto sebagai capres. Dengan alasan karena memiliki suara terbanyak di parlemen. Akankah Nasdem yang sudah mencapreskan Anies Baswedan bersedia menerima tawaran Golkar..? Tergantung kondisi saya kira. Menilik persepsi masyarakat diatas tentang "tak ada kawan dan lawan abadi kecuali kepentingan abadi", Nasdem kayaknya bersedia.

Lha gimana lagi. Kadung koar-koar membawa nama Anies kesana-kemari, lalu karena faktor KPP bubar akibat tak bisa mengakomodir keinginan Demokrat dan PKS, hingga menyebabkan Nasdem sendirian dan tak bisa bisa ikut pilpres 2024, ya mending terima tawaran Golkar, walaupun cuma dapat cawapres. Lumayan juga. Dapat efek ekor jas buat menaikkan suara pada pemilu 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun