Pada beberapa tulisan terdahulu di Kompasiana, sejak awal saya tegaskan kalau Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atu KKIR bentukan Gerindra-PKB bakal lebih solid dibanding yang lain. Sebut saja misal Koalisi Perubahan untuk Persatuan/KPP racikan Nasdem, Demokrat dan PKS. Apalagi Koalisi Indonesia Bersatu/KIB, yang lebih awal didirikan oleh Golkar, PPP dan PAN. Saat ini KIB telah tercerai berai. Meskipun ada yang mengatakan belum bubar.
Apa faktor yang membuat KKIR begitu solid meski dalam perjalanannya kadang menemui kerikil tajam..? Pertama karena jumlah anggotanya cuma dua. Jadi tak sulit menentukan figur yang akan di usung dan didaftarkan sebagai capres dan cawapres ke KPU. Di KKIR, soal kandidat minim tarik menarik. Tinggal lihat siapa yang punya suara terbanyak, beres urusan.
Kedua, oleh sebab manuver politik yang dilakukan oleh kedua belah pihak sangat efektif dan kena sasaran. Sehingga memiliki tekanan cukup kuat. Menjadikan Gerindra dan PKB dalam posisi terikat tak bisa lepas. Bahkan saya lihat hingga masuk ke ranah saling membutuhkan. Ibarat kata, dalam konteks pilpres tak bisa jalan Gerindra tanpa PKB. Begitupun sebaliknya. Tak dapat eksis PKB, kecuali bersama Gerindra.
Soal manuver politik, perlu dipahami bahwa hampir semua parpol yang tergabung dalam satu koalisi melakukan itu. Sebelumnya, PPP yang sedari awal ada di KIB terpantau kadang lirak-lirik ke PDIP. Dilalah sekarang malah jadi kawan. Golkar dan PAN yang merasa ditinggal, tak mau kalah juga ambil langkah manuver. Main mata dengan KKIR dan PDIP.
Diantara anggota KPP yang usung Anies Baswedan juga tak mau kalah. Guna memberi tekanan karena proposalnya mendorong Sang Ketum AHY jadi bakal cawapres kurang direspon oleh Nasdem, Demokrat ambil langkah mengejutkan ketemu elit PDIP yang juga putri Megawati Soekarno Putri, yaitu Puan Maharani. Dan nampaknya, manuver Demokrat cukup berhasil.
Begitu pula manuver politik yang dilakukan para elit PKB sebelumnya. Dulu, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sering mengatakan, jika Gerindra tak mengakomodir aspirasi para ulama dan kyai menjadikan dirinya sebagai pendamping Prabowo Subianto, PKB akan mencari komposisi lain. Dan ini disampaikan berkali-kali secara massif oleh petinggi yang lain macam Jazilul Fawaid, Daniel Johan dsb.
Belakangan, saat Cak Imin sedang ibadah haji, orang kepercayaannya lagi-lagi bermanuver. Merancang pertemuan antara Ketum PDIP Megawati dan Cak Imin pasca dari Mekkah. Sontak manuver ini mendapat tanggapan dari Gerindra, wa-bil khusus Prabowo. Begitu Ketum PKB datang dari ibadah haji, Prabowo mendahului. Segera merapat sebelum Cak Imin jumpa Megawati.
Pertemuan Prabowo Cak Imin tersebut berlangsung kemarin lusa. Pada hari Minggu, tanggal 09 Juli 2023 siang, di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan. Kedua Tokoh elit partai ini bicara banyak dalam durasi waktu relatif lama. Kurang lebih tiga jam. Dan sesuatu yang memang sudah di prediksi sebelumnya, terwujud didalam pertemuan tersebut.
Saat kasih keterangan pada wartawan pasca pertemuan, Prabowo Subianto menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan oleh PKB buat Gerindra. Lalu yang paling penting, dan inilah sebenarnya yang selama ini ditunggu-tunggu khususnya oleh Cak Imin dan warga PKB, adalah penegasan Prabowo. Bahwa keputusan tentang bakal cawapres Prabowo diserahkan kepada Muhaimin Iskandar.
Seorang pengamat yang juga Direktur Eksekutif for Democracy and Strategic Affairs bernama Ahmad Khoirul memberi kesimpulan, bahwa upaya Prabowo ketemu Cak Imin adalah dalam rangka menahan manuver PKB agar tak masuk ke PDIP. Gerindra tak rela, jika PKB sampai merapat ke poros lain (Kompas.com, 10 Juli 2023). Kalau istilah saya, ibarat muda mudi tunangan, Prabowo tak mau Cak Imin pindah ke lain hati.