Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gerak-gerik Koalisi Parpol 2024 buat Kepentingan Dinasti Politik Jokowi?

5 Juli 2023   09:38 Diperbarui: 5 Juli 2023   10:07 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambaran Koalisi Parpol 2024, Sumber Foto Topik Pilihan Kompasiana

Gerak-gerik koalisi parpol 2024 mudah ditebak. Arahnya tertuju pada dua kekuatan besar. Yaitu pertarungan antara Jokowi versus Oposisi, bersama pendukung masing-masing. PDIP, Gerindra, PKB, Golkar, PPP dan PAN ada dibelakang Jokowi. Sementara Demokrat dan PKS, juga Nasdem setelah mencapreskan Anies Baswedan, jadi satu kelompok di barisan oposisi.

Memang benar, berdasar hasil survey ada kecenderungan kuat yang bersaing nanti tiga pasang kandidat. Siapa lagi kalau bukan Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Tapi saya yakin, endingnya akan balik pada posisi awal. Jokowi lawan Oposisi sebagaimana tadi. Meskipun kelihatannya lewat jalan dua putaran atau gugur salah satu sebelum masuk tahap rebutan vox pop.

Jika dua putaran, akan diawali pertarungan tiga kelompok. Saat putaran pertama PDIP, PPP dan mungkin PAN berjuang keras demi Ganjar Pranowo. Lalu Gerindra, PKB dan bisa jadi Golkar bakal memenangkan Prabowo Subianto. Serta yang terakhir Nasdem, Demokrat dan PKS berusaha sekuat tenaga cari suara buat Anies Baswedan.

Di putaran kedua, salah satu dari tiga kandidat pasti gugur. Prediksi saya, Anies Baswedan sebagai jagonya oposisi lolos di tahap ini. Sementara salah satu diantara Ganjar atau Prabowo yang keduanya merupakan kandidat dari Jokowi, akan terlempar. Maka saat putaran kedua, susunan koalisi parpol 2024 bisa berubah drastis. PDIP, PPP, PAN, Gerindra, PKB dan Golkar bersatu ikut Jokowi. Nasdem, Demokrat dan PKS tetap di oposisi.

Namun jika melihat perkembangan akhir-akhir ini, dimana Partai Demokrat sedang mengalami rasa galau karena soal cawapres dan digoda agar keluar dari oposisi, hingga pada akhirnya Anies tak cukup syarat buat daftar ke KPU, maka bisa jadi pilpres 2024 hanya di ikuti oleh dua pasang kandidat. Yaitu Prabowo versus Ganjar. Kalau benar, maka pertarungan Jokowi versus oposisi gagal total. Karena baik Prabowo maupun Ganjar, keduanya adalah merupakan jagonya Jokowi.

Tapi bagi saya, yang menarik untuk dibicarakan soal gerak gerik koalisi parpol 2024 sebenarnya bukan masalah pertarungan antara Jokowi lawan Oposisi. Saya justru lebih konsentrasi pada isu munculnya sinyalemen beberapa orang tentang upaya Jokowi untuk membangun dinasti politik. Pertanyaannya kemudian, apakah gerak-gerik koalisi parpol 2024 yang amat kuat mengarah kepada Jokowi dimaksudkan untuk memperkuat bangunan dinasti itu..?

Dengan kata lain, apakah keinginan PDIP, PPP, PAN, Gerindra, PKB dan Golkar mendukung Prabowo atau Ganjar nanti, dimanfaatkan oleh Jokowi kelak buat jalan lempang anak dan menantunya menapaki puncak kekuasaan di negeri ini secara turun-temurun.? Atau barangkali juga untuk tujuan gengsi nama keluarga, bahkan kalau perlu demi kepentingan kapitalisasi materi..?

Menurut saya, tidak. Mengapa, karena kalau di ukur dari proses diperolehnya jabatan politik dan masa waktu berakhirnya kekuasaan, upaya memanfaatkan beberapa parpol oleh Jokowi tersebut tak menemukan korelasi sama sekali. Keyakinan saya, yang jadi keinginan Jokowi cuma satu. Yakni demi kesinambungan pembangunan. Agar kedepan Indonesia menjadi negara maju.

Mari kita cermati satu demi satu. Dimulai dari proses diperolehnya jabatan. Fakta menunjukkan bahwa ada dua anggota keluarga Jokowi yang saat ini pegang jabatan tertinggi tingkat kabupaten kota. Anaknya Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota di Solo dan Bobby Nasution menantunya di Medan. Bahkan akan menjadi tiga kalau anak bungsunya yang bernama Kaesang Pangarep sukses menang pilwali Kota Depok.

Masalahnya adalah, seperti apa proses Gibran atau Bobby, dan kalau jadi nanti Kaesang, mendapatkan kekuasaan itu..? Tak lain tak bukan melalui jalur pertarungan rebutan vox pop. Ya benar. Mereka mendapatkannya lewat upaya sangat keras. Bukan dengan cara leyeh-leyeh lalu sekonyong-konyong di tunjuk sebagai pejabat oleh bapaknya. Ditunjuk sekalipun, tapi rakyat tak suka, jangan harap jadi Wali Kota.

Proses diperolehnya jabatan anak-anak muda itu pastinya sangat berbeda, kalau modelnya di angkat. Misal sebagai Menteri. Atau juga ketua parpol, yang penentuannya berdasar AD/ART bukan dengan cara dipilih. Melainkan ditentukan sepihak oleh seseorang macam Ketua Majelis Tinggi, Ketua Partai Politik atau tokoh tertentu. Jika Gibran, Bobby atau Kaesang mendapat kedudukan melalui proses ini, maka saya setuju Jokowi punya niat kuat mendirikan dinasti politik.

Sekarang dari segi masa berakhirnya kekuasaan Presiden Jokowi. Agar bisa membangun dinasti politik yang kuat, salah satu faktor yang sangat dibutuhkan adalah dalam posisi berkuasa. Potensi inilah yang kemudian dijadikan jembatan untuk menyusun kekuatan. Nahh, disinilah kelemahan Pak Jokowi. Yang justru menjadikan beliau tak leluasa mengendorse keluarganya yang ingin menang pemilu. Terutama untuk jabatan eksekutif.

Harus di ingat, sebentar lagi Jokowi akan berhenti jadi presiden. Ketika masanya tiba, aksesnya pada kekuasaan pasti tercabut. Dan upayanya menyusun kekuatan bisa berkurang sangat banyak. Maka yang mesti dilakukan oleh Jokowi agar anak-anak dan menantunya tetap eksis di dunia politik, adalah mendorong mereka punya prestasi mentereng seperti dirinya. Dengan kata lain, eksistensi Jokowi sebagai penguasa tak bisa lagi diandalkan meraih jabatan. Jadi harus ada modal lain diluar kekuasaan.

Sekali lagi, usaha Jokowi memanfaatkan koalisi PDIP, PPP, PAN, Gerindra, PKB dan Golkar, kalaupun toh benar, buat membangun dinasti politik menemui halangan. Sebab jabatan yang di incar bukan yang bisa didapat dengan cara ditunjuk atau diangkat. Tapi harus melalui pemilihan umum oleh rakyat. Maka disini, yang menentukan adalah prestasi. Bukan koneksi.

Memang benar, pernah kejadian ada satu klan keluarga yang sukses membangun dinasti politik, walaupun jalannya lewat pemilihan sebagaimana dimaksud tadi. Siapa lagi kalau bukan keluarga Besar Mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiah. Diketahui, adiknya Haerul Zaman pernah jadi Wali Kota Serang. Sementara adiknya yang lain bernama Ratu Atut Chasanah, menang pilkada sebagai Wakil Bupati Serang.

Kemudian Heryani, Ibu Tiri Atut, pada 2011 terpilih jadi Wakil Bupati Pandeglang. Di tahun yang sama, Sang adik ipar yang merupakan istri adik Atut Tubagus Chaeri Wardana, menang pilwali Kota Tangerang Selatan. Sementara itu, suami Atut Hikmat Tomet sukses duduk sebagai anggota DPR RI. Anak tirinya Tanto Warbodo anggota DPRD Banten. Saudara ipar Atut DPRD Serang dan saudara Atut Andika Aprilia Hikmat pernah maju jadi anggota DPD RI.

Meski begitu, sukses Atut membangun dinasti politik tak bisa dijadikan ukuran mencermati sinyalemen keinginan Jokowi membangun dinasti yang sama. Mengapa, karena beda cakupan wilayah. Eksistensi Atut dan keluarganya hanya sebatas di wilayah Banten dan sekitarnya. Sementara posisi pak Jokowi dan anak-anaknya yang ingin di endorse menyebar di berbagai wilayah. Mungkin hanya Gibran seorang yang bisa di ukur sama dibanding posisi Atut.

Nah, karena ada di satu wilayah itulah, maka Atut sukses besar membangun dinasti politik. Atut punya ruang cukup besar memobilisir suara. Akibat kesamaan kultur serta budaya warga Banten dan sekitarnya. Tapi tak demikian dengan Pak Jokowi. Area pemilihan yang heterogen, menjadikan upaya mengkapitalisasi suara memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Karena Pak Jokowi tak bisa leluasa menjadikan dirinya patron suara pemilih. Kecuali pilih jalur prestasi. Yang sekaligus merupakan andalan utama dalam meraih vox pop sebanyak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun