Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kemana Parpol Pemerintah Pasca Ketemu Jokowi?

3 Mei 2023   09:10 Diperbarui: 3 Mei 2023   09:13 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Ketum Parpol Koalisi Pemerintah Foto Bersama Usai Ketemu Jokowi, Sumber Foto Kompas.com

Tadi malam berlangsung pertemuan antara Presiden Jokowi bersama partai politik pendukung pemerintah. Dimulai pukul 19.00 WIB dan berakhir pada 21.37 WIB. Formasi kehadiran relatif lengkap. Ada Ketum PDIP Megawati, Golkar Airlangga Hartarto, PKB Cak Imin, Gerindra Prabowo Subianto, PPP Muhammad Mardiono dan PAN Zulkifli Hasan.

Tentu minus Surya Paloh dari Nasdem. Mengapa..? Ya bisa di tebak sudah di "lepeh" oleh Jokowi dan tak di "orangkan" oleh parpol pendukung pemerintah. Alasannya, apalagi kalau bukan karena kenekatan Nasdem mencapreskan Anies Baswedan. Meski Ketum Gerindra Prabowo menjelaskan ketidak hadiran Paloh oleh sebab yang bersangkutan ada di luar negeri, namun anggapan faktor Anies itu tak terelakkan.

Kembali pada soal pertemuan. Sebelum berlangsung, ada prediksi dan harapan dari sebagian elit parpol pendukung pemerintah agar terbentuk koalisi besar. Fokusnya pada kandidat yang akan di tarungkan pada pilpres 2024. Yang di inginkan adalah pasangan capres Ganjar Pranowo dan Cawapres Prabowo Subianto.

Misal, seperti di sampaikan oleh Ketua MPP PPP Muhammad Romahurmuzy. Katanya, dikutip dari berbagai sumber, meski dipahami sama-sama di usung sebagai capres oleh partai masing-masing yakni PDIP dan Gerindra, pertemuan antara Presiden Jokowi dengan para Ketua Umum Parpol ada potensi memajukan duet Ganjar-Prabowo.

Tapi ternyata, prediksi dan harapan tersebut tak terwujud. Menurut klaim Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagaimana di tayangkan Kompas.com 2 Mei 2023, tidak ada pembicaraan tentang pembentukan koalisi besar pada pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Para Ketua Umum Parpol di Istana Merdeka pada Selasa malam Rabu kemarin.

Sebenarnya, jauh sebelum itu pandangan tentang duet Capres Ganjar dan Cawapres Prabowo sudah pernah menyeruak ke permukaan. Adalah seorang pengamat politik bernama Ray Rangkuti yang menyampaikannya. Disarikan dari Kompas.com 26/11/2022, menurut Ray, Partai Gerindra akan menyambut gembira kemungkinan pasangan itu. Bahkan, masih menurut Ray, jika Ganjar didampingi Prabowo, akan jadi lawan berat dan mampu melibas Anies Baswedan.

Saya juga pernah mengulas hal yang sama di forum Kompasiana ini. Bahkan hingga dua kali. Tapi beda kalkulasi dibanding Ray. Kalau saya, rasanya Gerindra tak akan setuju duet Ganjar-Prabowo. Maunya Gerindra pasti Prabowo Capres dan Ganjar Cawapres. Kesimpulannya, duet Ganjar-Prabowo sulit terwujud.

Namun ada pertanyaan. Bagaimana jika melihat fakta pasca pilpres 2019..? Dimana Prabowo yang kalah lawan Jokowi dengan rasa ikhlas dan legowo mau bergabung bareng PDIP menjadi Menteri Jokowi..? Apakah fenomena tersebut bisa terulang kembali saat pilpres 2024..? Prabowo menjadi Cawapres Ganjar Pranowo..?

Menurut saya tidak akan. Setidaknya ada beberapa faktor mengapa saya punya kesimpulan demikian. Pertama, keputusan partai. Sudah jamak diketahui, Gerindra mengusung Prabowo adalah sebagai capres, bukan cawapres. Demikian pula posisi Ganjar di PDIP, capres. Dan itu merupakan keputusan final. Yang tidak akan ditarik lagi.

Kedua, situasi politik tahun 2019 yang melingkupi sekitaran Partai Gerindra dan Prabowo sudah jauh berbeda dibanding 2024. Kita maklum, bahwa di tahun 2024 mendatang Pak Jokowi tak mungkin nyapres lagi. Padahal beliau punya basis massa yang besar dan kuat. Bergabungnya Prabowo masuk ke Jokowi, bisa jadi ya untuk kepentingan menggaet massa Jokowi. Buat modal rebutan vox pop pilpres 2024.

Ketiga, tak nyapresnya Jokowi sekaligus menjadikan peluang Prabowo untuk maju dan menang sebagai capres tambah besar dan menguat. Disamping berharap limpahan suara dari massa Jokowi, dukungan suara presidential threshold sudah beres. Dengan adanya PKB di samping Gerindra, Prabowo cukup syarat daftar ke KPU. Lalu survei elektabilitas belakangan ini cenderung naik. Terutama pasca statement kontroversi Ganjar soal Piala Dunia FIFA U-20.

Keempat, faktor senioritas. Meski terkesan agak subyektif, faktor ini saya kira tetap akan di jadikan pertimbangan oleh Gerindra dan Prabowo. Diketahui, secara umur Prabowo lebih "sepuh" dibanding Ganjar. Masak "orang tua" ada di bawah "anak-anak". Pakai "disuruh-suruh" lagi. Ya tentu tidak lah. Kalau saya, gengsi donk..Heheeee...

Makanya, Gerindra akan merasa eman kalau level Prabowo sampai di turunkan jadi cawapres. Prabowo sendiri pastinya juga punya pertimbangan yang sama. Tetap ngotot capres dan menolak bergabung ke PDIP. Serta tak akan menyia-nyiakan kesempatan "terakhir" kalinya untuk jadi presiden menggantikan pendahulunya, Pak Jokowi.

Lalu bagaimana sekarang..? Menurut saya, ada baiknya beberapa parpol pendukung pemerintah yang sudah cukup syarat untuk daftar pilpres, baik karena berkoalisi maupun jalan sendiri, fokus pada jalan politik masing-masing. PDIP, Ganjar dan tentu Pak Jokowi serta elit lain, tak perlulah menarik-narik Prabowo untuk turun level jadi cawapresnya Ganjar.

Ada soal lain yang lebih penting dari itu. Yakni segera mencari cawapres buat Ganjar. Dulu menguat Erick Thohir. Tapi nama ini mungkin akan terpental akibat sengkarut soal Piala Dunia U-20. Pak Erick punya pendapat beda jauh dibanding keputusan PDIP-Ganjar. Kalau memang begitu, terdapat sosok lain yang juga marak di suarakan. Misal Sandiaga Uno.

Rasanya Sandi cocok digandeng Ganjar. Apalagi pasca pamit keluar dari Gerindra, Sandi di tampung oleh PPP. Sebuah partai politik yang sejak dari awal memang melabuhkan diri ke Pak Jokowi dan kini ada niat gabung bersama PDIP. Masih ada kemungkinan PAN juga setuju Sandi. Tentu jika ada arahan dari Jokowi sebagaimana di sampaikan oleh elit PAN beberapa waktu lalu.

Kalau bukan Sandi, ya cari cawapres lain. Silahkan saja. Yang penting tidak menggangu posisi Prabowo sebagai Capres. Apalagi, pasca keputusan PDIP mencapreskan Ganjar. Yang itu berarti tertutup pintu bagi Ganjar untuk jadi cawapresnya Prabowo. Sementara pada situasi yang sama, saya lihat Prabowo kini tambah mesra bersama Cak Imin PKB.

Terakhir tinggal Partai Golkar. Yang diketahui juga mengusung Sang Ketum Pak Airlangga Hartarto sebagai capres. Bagi Golkar ada pilihan banyak. Bisa gabung ke Gerindra PKB. Tapi tentu hanya dapat jatah Menteri. Kalau mau turun level, ya sodorkan nama Airlangga menjadi pendamping Ganjar. Syukur-syukur diterima oleh PDIP. Kalau tidak, bisa juga merapat ke Nasdem atau Demokrat. Siapa tahu. Namanya juga politik....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun