Apakah hikmah sholat tarawih malam kedua puluh delapan..? Berdasar dalil, umat muslim yang ada waktu untuk melakukan tarawih nanti malam kedua puluh delapan adalah, Allah akan memberi anugerah di surga berupa naiknya derajat hingga seribu tingkat. Woow, sungguh ganjaran dari Allah yang fantastis. Juga sangat tinggi. Siapapun orangnya, pasti ingin anugerah tersebut.
Dalilnya demikian
Apa itu derajat..? Secara umum derajat di artikan sebagai pangkat, tingkatan atau martabat. Khusus bagi makhluk Allah yang bernama manusia, derajat bisa di dapat saat masih hidup di dunia maupun setelah pindah ke alam akhirat kelak. Seberapa besar tingkatan derajat, bergantung kepada usaha, perbuatan dan amal masing-masing orang.
Biasanya, ketika masih hidup di dunia, parameter derajat di ukur dari materi dan kedudukan. Bisa salah satu, namun bisa pula kedua-duanya. Ada orang yang memiliki materi berlimpah. Hanya saja dia tak punya kedudukan. Materi sedikit, tapi kedudukannya tinggi. Yang lebih beruntung, sudah materinya melimpah, masih punya kedudukan lagi.
Sementara itu, yang di maksud materi adalah kepemilikan harta benda macam rumah, kendaraan, tanah, emas, berlian dan sejenisnya. Sedang yang di maksud kedudukan, berupa pangkat di sebuah organisasi dan strata di lingkungan sosial. Untuk yang di organisasi misalnya Ketua Ormas, Kepala Dinas dan sejenisnya. Sementara yang di strata tertentu macam Kyai, Ajengan, Buya, Raden dan sebagainya.
Saat masih mondok dulu, salah seorang ustad pernah menyampaikan tentang empat hal yang menjadikan seseorang terangkat derajatnya saat masih hidup di dunia. Apa saja itu..? Ialah ilmu pengetahuan, adab atau akhlak, sifat jujur dan amanah. Anda atau keturunan anda yang ingin punya derajat tinggi, pegang teguhlah ke empat-empatnya. Saya yakin, derajat tinggi akan datang menghampiri.
Lalu bagaimana dengan derajat yang di akhirat. Untuk yang ini, pedomannya adalah QS.Al-Hujurat ayat 13. Bunyi teks dan artinya adalah sebagai berikut
takwa. Dimana menurut pandangan islam, takwa merujuk pada sikap iman kepada Allah dan membenarkan segala keputusan yang di keluarkan oleh-Nya. Ibnu Katsir merinci makna takwa sebagai sikap taat atas segala keputusan Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya.
Jelas sekali, bahwa ukuran derajat di akhirat bukan materi dan juga kedudukan. Akan tetapiNampaknya, kalau merujuk pada isi Qur'an tersebut, amat berat untuk bisa meraih derajat di akhirat. Apalagi sampai pada cita-cita ingin di angkat hingga seribu derajat, sebagaimana dalil tarawih kedua puluh delapan. Rasanya di butuhkan takwa yang bersifat paripurna atau sempurna. Tak ada celah kekurangan sedikitpun. Mampukah kita seperti itu..? Agak sulit.
Bisa jadi, iman kepada Allah iya. Tapi belum tentu kita legowo membenarkan keputusan-Nya. Yang sering terjadi, kita selalu gerundel dan tak terima atas apa yang di timpakan oleh Allah kepada kita. Taat atas segala perintah-Nya masih bisa di lakukan, meski ada kalanya lalai. Namun tidak bermaksiat kepada-Nya, rasanya berat sekali.
Pendek kata, mengikuti alur persyaratan takwa sebagaimana maksud QS. Al-Hujurat ayat 13, untuk kemudian mendapat derajat lalu di naikkan hingga seribu tingkatan di surga kelak, tidak mungkin. Hanya para Rosul, Nabi dan insan pilihan yang mampu melakukannya. Lalu bagaimana orang yang tidak sempurna seperti kita..? Cukup kerjakan sholat tarawih nanti malam kedua puluh delapan. Insya Allah….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H