Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketegangan PKB-PBNU dan Dukungan Masyayikh Buat Cak Imin

25 Februari 2023   10:02 Diperbarui: 25 Februari 2023   10:04 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagaimana dimaklumi, sedari awal Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB telah memutuskan Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar atau Cak Imin untuk dimajukan sebagai kontestan pada pilpres 2024. Secara struktur, memang tak ada figur lain. Demikian pula dari segi senioritas dan nilai perjuangan. Lepas dari perseteruan dengan Gusdurian atau pendukung Gus Dur, Cak Imin-lah yang berjibaku membawa PKB hingga eksis cukup besar sampai saat ini.

Pun demikian dengan keputusan Ijtimak Ulama yang diadakan oleh Dewan Syuro DPP PKB. Cak Imin dianggap sebagai satu-satunya tokoh PKB yang layak diusung meneruskan pemerintahan Jokowi. Tentu ada pertimbangan lain. Misal, merupakan kader NU tulen, tergolong keluarga besar para Masyayikh, memahami kultur dan karakter warga Nahdliyin serta sarat pengalaman di bidang politik.

Masalahnya sekarang, kondisi hubungan PKB dan PBNU kelihatan kurang baik-baik saja. Secara tersirat maupun tersurat nampak “berseteru”. Antar elit bahkan saling sindir di media. Ini jelas sangat berpengaruh terhadap kelanjutan cita-cita PKB dan Ijtimak Ulama untuk memajukan Cak Imin sebagai kandidat. Minimal tersendat. Yang lebih parah, Cak Imin bisa gagal maju.

Pengaruh hubungan tak baik PKB PBNU terhadap kelanjutan mengusung Cak Imin dapat terjadi pada dua hal. Pertama, munculnya persepsi negatif dari calon pasangan. Entah sebagai capres maupun cawapres. Ambil contoh misalnya kandidat Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang dari semula memang digadang-gadang bersama Cak Imin.

Jika masalah PKB PBNU tak selesai hingga berlarut-larut, Prabowo Gerindra akan berpikir dua kali untuk menggandeng Cak Imin. Lha bagaimana hendak diteruskan, jika bermasalah dengan PBNU yang punya massa hingga puluhan juta. Padahal, tujuan utama menggandeng kader NU macam Cak Imin, ya antara lain untuk menyedot pemilih dari kaum Nahdliyin.

Yang kedua pengaruh terhadap perolehan suara. Meskipun kelak Cak Imin mendapatkan teman duet, sekali lagi kita coba gandeng dengan Prabowo, tak cukup ada keyakinan bisa mendapat suara sangat signifikan dari kaum santri atau islam tradisional. Lha iya, jaringan kultural PBNU yang hingga menjangkau ke tingkat terbawah, sedikit banyak akan merasakan perseteruan juga, sebagaimana pucuk “pimpinan” diatasnya.

Andai kondisi hubungan PKB PBNU masih seperti jaman KH. Said Aqil Siraj menjadi Ketua Umum, saya tebak pencalonan Cak Imin tidak akan seruwet sekarang ini. Jaman Kyai Said, PKB PBNU sangat-sangat mesra. Bahkan ada kesan, PBNU ketika itu sengaja mempromosikan PKB. Bisa dikatakan, PKB merupakan anak emas PBNU.

Tapi kini ceritanya jadi beda. Sejak Ketua Umum dijabat oleh KH. Yahya Cholil Tsaquf atau Gus Yahya, PBNU langsung mengambil jarak dengan PKB. Sebutan “mengambil jarak” ini sebenarnya bahasa lain dari fakta “PBNU menggeser PKB agak ke pinggir”. Tidak lagi ada dalam “pelukan” PBNU. Dampaknya, posisi PKB sama dibanding partai-partai politik lain. Macam Gerindra, Golkar, PDIP, PAN, PPP dan sebagainya.

Dari segi periode, Gus Yahya dan Cak Imin sebenarnya merupakan satu generasi. Yaitu ada di bawah Gus Dur. Sekaligus hasil didikan beliau, hingga keduanya jadi tokoh terkenal. Bisa dikatakan, mereka adalah “teman sepermainan”. Bahasa kerennya selevel gitulah. Untuk ini, pada akun twitternya @cakiminNOW, Ketum PKB itu pernah unggah foto saat masih muda bersama Ketum PBNU. Diberi keterangan : 1. Adhi Massardie. 2. Gue. 3. Yahya Cholil Staquf.

Makanya, ada sebagian kalangan dilingkungan NU yang mempertanyakan soal ketegangan PKB PBNU. Apakah itu sebenarnya merupakan perseteruan pribadi Cak Imin VS Gus Yahya, atau memang senyatanya antara PKB lawan PBNU secara organisasi..? Untuk masalah ini, terus terang saya tak berani memprediksi. Biarlah para ulama NU yang menjawabnya.

Hanya saja, belakangan ini di berbagai group WA terutama lingkungan PKB dan NU, dimana penulis kebetulan masuk sebagai anggota, viral beredar luas video dukungan kepada Cak Imin oleh para masyayikh Pondok Pesantren berpengaruh. Tak main-main, salah satunya dilakukan oleh Pengasuh Ponpes Sidogiri Pasuruan Jawa Timur. Ingat, Sidogiri adalah ponpes tua dan terkenal sudah melahirkan banyak ulama NU.

Dalam video jelas terucap dukungan yang disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Sidogiri KH. Ahmad Nur Hasan. Bukan hanya secara pribadi, Kyai Nur Hasan juga menghimbau kepada para masyayikh pondok pesantren dan seluruh warga Nahdliyin agar supaya bulat mendukung Cak Imin. Sebuah pernyataan yang To The Point. Tanpa tedeng aling-aling langsung menyebut nama Cak Imin.

Tak kurang, KH. Muhammad Abdurrahman Al Kautsar atau lebih terkenal dengan sebutan Gus Kautsar juga menyatakan dukungannya buat Cak Imin. Gus yang beken di youtube, terkenal di medsos, berasal dari Ponpes Al Falah Ploso Kediri dan terhitung masih ada hubungan famili dengan KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus baha, bahkan hingga menggunakan istilah “tabrak”.

Saya kutip pernyataan rinci Gus Kautsar demikian : “Bismillah langsung budhal (bahasa Jawa yang artinya “berangkat”). Kita ini kan santri. Hanya mengikuti apa kata masyayikh. Kalau kata masyayikh budhal, ya budhal. Kalau kata masyayikh tabrak ya tabrak”. Jeddeeeerrrr… Gimana para pembaca sekalian. Cukup menghentak dan heroik bukan bentuk dukungan Gus Kautsar kepada Cak imin..? Mengerikan….

Pertanyaannya sekarang, siapa yang meragukan ke-NU-an Kyai Nur Hasan dan Gus Kautsar..? Ataukah diantara para pembaca ada yang berani mengklaim, bahwa beliau berdua telah keluar dari NU semata hanya karena mendukung Cak Imin, sementara pada sisi lain PKB dan PBNU lagi bersitegang..?. Saya yakin, anggota nahdliyin tulen tak akan ada yang berani. Karena takut kualat..Heheeeee…..

Langgam yang di bawa oleh Ketua Umum PBNU Gus Yahya tentang larangan kooptasi NU oleh Parpol macam PKB memang benar adanya. Karena NU sudah khittah. Tak boleh masuk keranah politik praktis. Tapi adanya ukiran sejarah, bahwa PKB dilahirkan oleh PBNU juga merupakan fakta yang tidak akan bisa di bantah oleh siapapun. Termasuk oleh jajaran elit PBNU.

Terakhir, kita yang tergolong warga Nahdliyin tak perlu pusing dan galau melihat kondisi PKB PBNU saat ini. Perbedaaan dilingkungan para masyayikh adalah hal yang biasa. Jangankan hanya soal politik praktis yang “kecil” itu. Dalam hal fiqh-pun, tak sedikit yang berbeda. Maka untuk urusan politik gampang. Pilih saja yang sudah terbukti merawat NU. Beres dah….

*Sumber YouTube pertama Lebah TV

*Sumber YouTube kedua Nuha Channel 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun