Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menggabung KIB KIR Adalah Wacana Radikal?

13 Februari 2023   08:23 Diperbarui: 13 Februari 2023   08:37 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Sumber Foto Kompas.com

Lagi ramai wacana menyatukan Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB besutan Golkar PPP PAN dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KIR milik Gerindra PKB. Jadi ramai pasca Ketum PKB Muhaimin Iskandar ketemu Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar. Gayung bersambut, Gerindra lewat Ketua Harian Sufmi Dasco menyatakan setuju dan senang.

Kalau benar terwujud, sungguh merupakan kekuatan maha dahsyat. Apalagi jika mesin partai jalan dan konstituen masing-masing parpol komitmen. Ikhtiar memenangkan rebutan vox pop sangat terbuka lebar. Capres cawapres dari PDIP bisa keok. Dan usungan kandidat Nasdem Demokrat PKS di Koalisi Perubahan akan mati kutu. Bayangkan, gabungan suara partai di KIB KIR hingga mencapai jumlah 45.86 persen. Wooww, sangat besar bukan..

Tapi, usaha menyatukan KIB KIR hingga masuk pada tahap pendaftaran pilpres 2024 tak akan semudah beli kacang goreng. Atau membalikkan telapak tangan. Masalah paling krusial ada di penentuan paket pasangan. Berdasar pengalaman, makin banyak jumlah anggota koalisi, tambah ruwet memutuskan nama. Ingat tidak kasus KIB yang kebanyakan stok figur.

Hingga kini, di KIB tak kunjung menemukan kata sepakat tentang bakal capres cawapres yang akan diusung sebagai kandidat. Ingat pula di Koalisi Perubahan atau KP yang beranggotakan Nasdem Demokrat PKS. Yang meski sudah sepakat memutuskan nama Anies sebagai capres, tapi masih juga saling adu kuat soal siapa pasangannya. Nasdem Demokrat PKS masih rebutan cawapres.

Bisa kita bayangkan seperti apa kuatnya tarik-menarik yang akan terjadi di internal gabungan KIB KIR. Sebagaimana kalau terwujud, maka proses menuju kesana tentu juga akan berlangsung dahsyat. Alot yang merupakan masalah pelik di KIB dan saling rebut yang terjadi di KP, akan bercampur jadi satu mix dalam lalu lintas komunikasi atau lobby para petinggi Golkar, PPP, PAN, Gerindra dan PKB.

Apakah itu bisa di atasi..? Menurut saya bisa. Kuncinya ada di Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Akan jadi masalah krusial tak kunjung beres, jika Cak Imin tak mau melepas ekspektasi untuk juga masuk jadi kandidat, sebagai cawapres misalnya. Tapi kalau beliau legowo, rencana penyatuan KIB KIR akan berjalan mulus.

Mengapa demikian..? Ya karena di MoU KIR ada klausul yang menyatakan bahwa penentuan bakal capres cawapres di putuskan hanya berdua oleh Cak Imin dan Prabowo. Bukan oleh yang lain. Pastinya, penyatuan KIB KIR akan berpengaruh terhadap isi klausul MoU. Apakah pemegang otoritas penentu kandidat hendak dikocok ulang dengan cara menambah para ketua umum di KIB atau tidak..?

Jika Cak Imin setuju kocok ulang, berarti masalah klir. Persoalannya adalah, kalau Ketua Umum PKB ini tak mau. Maka peta koalisi yang sudah relatif kelihatan, bisa berubah total. KIR akan bubar. Dan formasi anggota koalisi yang ada di KIB dapat bertambah. Sedang yang ada di KP jadi berbeda. Bahkan PDIP yang rencananya berangkat sendiri, mungkin kedatangan partai yang mengajukan diri menjadi teman.

Akan halnya Cak imin, kalau tetap ngotot ingin cawapres, sulit ke PDIP. Karena Bu Mega sudah mengunci akan usung kader sendiri. Peluang besar PKB ialah bergabung ke KP. Menjadi cawapres Anies setelah ada persetujuan PKS. Konsekwensinya, merusak cita-cita Demokrat. Akibatnya, Demokrat cabut dari KP. Pindah masuk ke KIB atau mengganti posisi PKB berteman dengan Gerindra.

Meski KP ditinggal Demokrat, syarat presidential threshold tetap terpenuhi. Karena ada PKB yang menggantikan Demokrat. Lalu, formasi anggota KP akan berubah. Menjadi Nasdem, PKB dan PKS. Di KIR juga demikian. Menjadi Gerindra Demokrat. Entah namanya, akan ikut berubah atau tidak, kita lihat saja perkembangan berikutnya.

Lalu bagaimana dengan pencapresan Prabowo..? Jika menyimak perjalanan pilpres 2014 dan 2019, Gerindra punya pengalaman berteman dengan para anggota KIB. Rasanya, kalau ada kata sepakat, tak terlalu sulit bagi Prabowo mengulang kembali sejarah masa lalu. Tentu dengan pasangan yang berbeda. Bukan lagi Hatta Rajasa sebagaimana 2014. Atau Sandiaga Uno di 2019.

Flashback kebelakang sejenak. Pada pilpres 2014, Gerindra membentuk pertemanan yang namanya Koalisi Merah Putih. Saat itu, Gerindra berhasil menggandeng PAN, PPP, PKS, PBB dan Golkar. Sedangkan pada pilpres 2019 yang dinamai Koalisi Indonesia Adil Makmur, Gerindra gabung dengan PKS, PAN, Demokrat dan Berkarya. Sementara Golkar dan PPP pindah ke koalisi Jokowi.

Nantinya, selepas ditinggal oleh PKB, Gerindra bersama Demokrat dimungkinkan tetap meneruskan rencana semula. Yaitu melebur ke KIB. Membentuk poros baru dan mencari nama lain. Kalau demikian, siapa kira-kira yang akan di usung menjadi kandidat..? Dua kader partai terbesar tentu yang paling dulu punya peluang kuat. Yaitu dari Gerindra dan Golkar.

Gerindra Prabowo Subianto dan dari Golkar Airlangga Hartarto. Mengingat elektabilitas, pasangan yang akan di usung adalah Prabowo-Airlangga. Para kader PPP dan PAN saya kira akan bersikap realistis. Cukup ada bargaining jatah menteri, bisa jadi urusan selesai. Ketum Demokrat AHY yang meskipun punya kans jadi cawapres, saya kira akan berkaca pada pengalaman saat masih di KP. Demokrat AHY tak lagi main “otot”.

Melihat itu semua, saat perhelatan pilpres 2024 potensial ada tiga pasangan kandidat. Pertama ada Anies-Cak Imin yang diusung oleh Nasdem PKB PKS. Kedua Prabowo-Airlangga oleh Gerindra, Golkar, PPP, PAN dan Demokrat. Ditambah pasangan capres cawapres dari PDIP. Yang entah siapa nanti nama yang akan diputuskan oleh Megawati.

Itu beberapa dampak yang bakal terjadi jika wacana KIB KIR bergabung jadi satu. Tak menutup kemungkinan, ada potensi lain yang berbeda dibanding uraian diatas. Namanya juga dunia politik. Prosesnya penuh ketidak pastian. Tapi yang jelas, rencana menggabung KIB KIR sangat radikal. Dapat membolak-balik pertemanan dan jumlah anggota koalisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun