Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karena Luwes, NU Mampu Mempertahankan Budaya dan Mengikuti Perkembangan

7 Februari 2023   11:44 Diperbarui: 7 Februari 2023   11:50 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh kongkrit hal diatas adalah soal busana. Dulu ketika masih dimasa perjuangan, ulama NU mengharamkan para santri memakai celana panjang. Alasannya, karena meyerupai pakaian para penjajah. Tapi kini, hampir di semua pesantren NU, celana panjang  justru merupakan kewajiban saat mengikuti pendidikan sekolah formal. Adapun sarung, tetap di kenakan sebagai pakaian sehari-hari di pondok. Jadi, saat ini celana panjang bukan lagi persoalan seperti dulu.

Salah satu tantangan kedepan yang harus dihadapi adalah masuknya ideologi transnasional. Sebuah prinsip yang enggan mengkui budaya lokal dan cenderung meniadakan sekat-sekat kebangsaan. Oleh ideologi ini, berbagai kelompok manusia hendak dijadikan satu. Dalam semua hal. Satu budayanya, satu agamanya dan satu negaranya.

Padahal, hal tersebut jelas-jelas sangat bertentangan dengan sunnah keberadaan manusia. Yang oleh Allah SWT memang di ciptakan secara berbeda. Karena itu, tak salah ungkapan berbahasa arab KH. Mustofa Bisri saat Resepsi 1 Abad NU di Sidoarjo hari ini. Yang di terjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Ning Yenny Wahid. Inti maksud yang disampaikan beliau berdua, untuk menghadapi perkembangan dunia, dibutuhkan lahirnya bentuk fiqih baru.

Di bidang politik, pilihan NU mengambil sikap khittah sudah sangat tepat. Agar NU tak terperangkap oleh satu kepentingan pragmatis yang semata bertujuan mencari kekuasaan. Khittah membuat NU punya kiprah lebih luas. Namun sekaligus tetap bisa memainkan peran dalam hal memperjuangkan dan meneguhkan tujuan utama politik NU. Yaitu kebangsaan.

Dibidang pendidikan, eksistensi pondok pesantren wajib untuk tetap di lestarikan. Sambil terus melakukan inovasi dan penyesuaian kurikulum pendidikan formal. Mengapa dilestarikan, sebab disinilah akar NU punya pondasi kuat. Tanpa pesantren, NU ibarat tak memiliki pijakan. Maka benar ungkapan Almarhum KH Hasyim Muzadi mantan Ketua Umum PBNU. Bahwa pondok pesantren adalah NU kecil. Sementara NU adalah pesantren besar.

Alasan lain mengapa harus tetap dipertahankan, pada masa kini pondok pesantren sudah mampu melahirkan beberapa tokoh  besar. Baik yang punya kiprah di negeri sendiri. Maupun yang ada peran di luar negeri. Pondok Pesantren telah terbukti sebagai lembaga pendidikan unggul. Yang karena memiliki prinsip sama dengan NU, keberadaannya tak kan lekang oleh panas dan tak kan lapuk oleh hujan.

Agar bisa berkembang meluas secara internasional, saya kira NU perlu mengoptimalkan Pengurus Cabang Internasional atau PCI. Berdasar data hingga Januari 2022, saat ini sudah ada 34 PCI yang tersebar di berbagai negara. Dirasa sangat perlu bagi NU untuk menambah pembentukan PCI-PCI baru. Agar prinsip-prinsip NU makin dikenal. Dan kalau bisa turut di praktekkan oleh dunia luar. Demi terciptanya perdamaian dunia.. Amiinnn..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun