Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mencermati Progres, Manuver dan Sikap Partai Koalisi

2 Februari 2023   08:24 Diperbarui: 2 Februari 2023   08:47 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partai-partai Politik Peserta Pemilu 2019, Sumber Foto Kompas.com

Partai politik merupakan salah satu wadah mengeksplor kekuatan dan potensi. Dikendalikan oleh para elit dan dijalankan oleh pengurus. Yang sering terjadi, warna atau gerakan partai politik hampir selalu identik dengan tingkah laku elit maupun pengurus. Biasanya, makin dekat pemilu, sepak terjang yang ditunjukkan terlihat tambah dominan menguak ke permukaan. Lalu seperti apakah kondisi saat ini..?

Sebelum lanjut perlu ditegaskan. Bahwa semua itu dilakukan tak lain semata untuk mempertahankan posisi, menguatkan eksistensi dan memenangkan kompetisi. Yang sedang berkuasa, tak mau turun. Kecuali di hadang oleh regulasi. Yang lagi menonjol, tak ingin kehilangan power. Dan yang ada dibawah, maunya nyundul ke atas.

Dalam konteks pilpres 2024, saat ini terdapat empat kekuatan besar. Mereka ini adalah Golkar, PPP dan PAN di Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB. Lalu ada Gerindra PKB di koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KIR. Kemudian Nasdem, Demokrat dan PKS yang masih akan mendeklarasikan Koalisi Perubahan atau KP. Terakhir yang maunya jalan sendirian. Yaitu PDIP.

Mencermati sepak terjang partai atau koalisinya yang sudah jadi fakta selama ini, dapat kita lihat setidaknya dari tiga amatan berikut. Pertama progress. Yaitu melihat sudah sejauh mana kemajuan yang didapat dalam rangka mencapai tujuan. Kedua manuver. Adalah menilik gerakan yang dipilih untuk mencari jalan lebih lempang atau paling memungkinkan. Ketiga sikap. Merupakan sebuah kesiapan atau respon terhadap datangnya fenomena atau kejadian yang datang baik dari dalam maupun dari luar.

Mari kita coba lihat satu demi satu. Pertemanan politik yang terbentuk pertama kali adalah KIB. Saya lihat, progress KIB stagnan. Alias jalan di tempat. Tak juga bergerak meskipun hanya satu langkah. Sampai hari ini, Golkar, PPP dan PAN tetap berkutat pada figur. KIB belum juga menemukan tokoh. Siapa yang hendak dicalonkan sebagai presiden maupun wakil presiden. KIB masih alot.

Dibanding KIB, progress KIR jelas lebih baik. Sejak awal berdiri, anggota KIR memang langsung menunjukkan komitmen. Yang ditandai oleh lahirnya kesepakatan bersama atau MoU. Demikian pula, baik Gerindra dan juga PKB tak ada masalah dengan figur. Stok sudah ada. Tinggal menempatkan formasi. Bahkan, KIR sekarang sudah punya Sekretariat Bersama atau Sekber.

Progres KP agak rumit. Pertemanan politik yang pertama kali punya kandidat capres ini justru dilingkupi persoalan internal tak kelar-kelar. Akibatnya, tak juga menunjukkan perkembangan berarti. Kecuali hanya sekedar mengulang kembali hal-hal yang sebenarnya sudah bukan menjadi masalah. Macam deklarasi bersama di Bandara Soeta Tangerang kemarin itu. Partai Nasdem, Demokrat dan PKS sibuk rebutan cawapres.

PDIP. Partai warisan Bung Karno dan sekarang “dimiliki” oleh Megawati ini punya progres berbeda dibanding beberapa koalisi di atas. Penyebabnya karena eksistensi PDIP tak bergantung pada partai lain untuk bisa mencalonkan kandidat. Dalam konteks ini, progres PDIP juga stagnan. Megawati lagi pusing. Hendak pilih Ganjar Pranowo, Puan Maharani atau Diri Sendiri.

Sekarang dari segi manuver. Akibat beberapa gejala di atas, manuver yang dilakukan jadi tak sama pada masing-masing partai. Para anggota KIB misalnya. Karena masih alot soal figur, salah satu diantara ketiga anggotanya cenderung melakukan “survei”. Coba-coba melihat respon pemilik vox pop. Kapan hari PAN eksperimen menyandingkan Ganjar Pranowo dan Erick Thohir. Sementara PPP, coba-coba mengangkat nama Sandiaga Uno. Sementara Golkar pasif dari segi manuver.

KIR punya manuver bersifat perlindungan terhadap kepentingan internal. Yang terlihat menonjol adalah “ancaman” PKB jika Gerindra tak mau menggandeng Muhaimin Iskandar sebagai pasangan. Kata para elitnya ketika itu, PKB akan membuat komposisi baru. Sementara Gerindra, bermanuver mempersoalkan Surat Perjanjian Anies Baswedan saat nyagup 2017 dulu. Tujuannya, tentu melindungi eksistensi Prabowo sebagai capres.

Yang ekstrim adalah manuver calon anggota KP. Saking hebatnya, bahkan main ancam koalisi bisa bubar. Demokrat berkali-kali memperingatkan Nasdem. Agar aspirasinya memajukan Sang Ketum sebagai cawapres diperhatikan. Sementara Nasdem, balik ancam agar Demokrat tak main “pokoknya”. Yang terbaru. Nasdem datang ke markas “musuh”. Elitnya ke Sekber Gerindra PKB. Surya Paloh mengunjungi Kantor Golkar. Untuk PKS, manuvernya lebih soft.

Secara kelembagaan, PDIP tak banyak melakukan manuver. Partai ini lebih kepada pilihan wait and see. Hanya para kader yang masuk nominasi capres saja yang sering menunjukkan aksi. Utamanya Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Tapi itupun dulu-dulunya. Sekarang tak terlihat. Apakah dibalik layar tetap bermanuver tapi tak mau diliput pers untuk menjaga stabilitas internal PDIP, kurang paham saya.

Terakhir dari segi Sikap. Tak banyak respon KIB terhadap serangan dari luar. Mungkin karena jarang mendengungkan permusuhan terhadap lawan politik. KIB hanya fokus pada kepentingan internal mencari dan memutuskan kandidat. Kapan hari memang ada sindiran anggota KIB “mencaplok” kader partai lain. Namun tak mendapat balasan berarti dari anggota KIB. Bisa jadi karena dianggap tak terlalu penting untuk disikapi.

Kalau sikap KIR, selalu senang dan optimis. Mengapa, sebab kecenderungan yang datang menghampiri senantiasa membawa aura positif. Juga tak ada rebutan posisi akibat pengaruh dari luar. Berdasar fakta riil, masing-masing anggotanya sadar diri. Kapan hari bahkan kedatangan tamu salah satu anggota KP. Yang memberi sinyal akan masuk ke KIR kelak. Cukup menggembirakan bukan…

Lain lagi sikap calon anggota KP. Nampak kurang jelas. Utamanya yang ditunjukkan oleh, lagi-lagi, Nasdem dan Demokrat. Apakah hendak merespon kejadian yang datang dari dalam, atau yang berasal dari luar.? Nasdem lebih banyak “ngomongin” teman sendiri. Lalu Demokrat sukanya menyikapi “hantu”. Kata AHY, “Ada yang tidak ingin koalisi perubahan ini terjadi” (Kompas.com, 20/01/2023). Siapa yang dimaksud, AHY tak mengungkap. Makanya saya sebut “hantu”.

Terakhir sikap PDIP. Parpol ini lebih seringnya justru mengamati tindak tanduk partai lain. Tandanya, main sindir-sindiran. Alias enggan menyebut nama secara langsung. Namun sebaliknya, tak mau merespon desakan yang datang dari luar. PDIP cuek-cuek saja ketika ada yang minta segera putuskan nama capres cawapres. Tak mengapa sebenarnya. Toh pendaftarannya masih pada bulan Oktober 2023 mendatang.

Bagaimana para pembaca sekalian melihat progress, manuver dan sikap beberapa partai politik yang saat ini lagi persiapan menuju pilpres 2024. Kelihatan unik dan menarik bukan. Pada situasi tertentu malah agak naif juga ya. Menganggap ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Tapi kadang juga menutup mata terhadap fakta yang sesungguhnya ada di depan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun