Terlebih kalau menyimak pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tentang kebiasaan Pak Jokowi ketika hendak mengeluarkan sebuah keputusan penting. Misal akan ada reshuffle. Pak Jokowi terlebih dulu bakal ketemu atau mengumpulkan para pimpinan parpol macam Surya Paloh (Kompas.com, 27/01/2023). Dalam konteks ini, makin kuatlah tebakan. Bahwa pertemuan itu bicara soal penggantian tiga menteri dari Nasdem.
Bagaimana hasilnya nanti, biar waktu yang akan menjawab. Kita-kita sebagai penikmat kabar tentang dunia politik tinggal menunggu. Hanya saja, disamping soal capres dan reshuffle, ada juga masalah yang sempat mampir di pikiran saya. Yaitu tentang inisatif. Siapakah kira-kira yang lebih dulu punya kehendak atau mengajukan diri untuk ketemu..? Jokowi atau Paloh…?
Jawab atas pertanyaan itu penting dikemukakan. Meski bersifat rahasia misalnya, wajar-wajar saja publik diberi tahu. Guna jadi bahan kesimpulan, siapa sebenarnya yang paling membutuhkan. Kalau yang punya inisiatif pihak istana, berarti Jokowi yang butuh Surya Paloh. Tapi kalau yang mengajukan ingin ketemu datang dari Partai Nasdem, maka Surya Paloh yang butuh Jokowi.
Tak ada konfirmasi langsung dari kedua belah pihak tentang hal tersebut. Baik pihak Nasdem maupun Istana, sama-sama “tutup mulut”. Termasuk dari PDIP selaku partai yang menjadi beking Jokowi. Mungkin benar pertemuan itu bersifat sangat rahasia. Namun kita bisa menebak siapa yang paling membutuhkan diantara mereka, setidaknya dari dua pemberitaan berikut ini.
Warta Ekonomi edisi 27 Januari 2023 memberi judul pertemuan itu dengan kalimat “Surya Paloh Penuhi Panggilan Jokowi di Tengah Isu Reshuffle..”. Menyimak judul Warta Ekonomi, persepsi awam tentu langsung bisa kasih kesimpulan. Bahwa yang butuh Surya Paloh adalah Jokowi. Bukan sebaliknya. Bagaimana tidak. Lha itu Pak Surya dipanggil loh. Bukan mau ketemu.
Namun kalau menyimak tanggapan Hasto tentang pertemuan yang ditayangkan oleh Kompas.com 27/01/2023, rasa-rasanya kok Surya Paloh yang membutuhkan Pak Jokowi. Dengan kata lain, pihak Nasdem yang mengajukan diri ke pihak istana. Kata Hasto secara rinci, “Pak Jokowi selalu membuka pintu istana, dialog untuk kepentingan bangsa dan negara”.
Naah, secara logika pintu dibuka kan kalau ada tamu yang mengetuk. Jika tak ada tamu, lalu untuk apa tuan rumah boro-boro membuka pintu. Kan sama saja itu cari kerjaan yang tak perlu. Sia-sia lagi. Atau, memang ada ketukan. Lalu ketika dibuka tak ada orang.. Kan hantu atau jin itu namanya. Heheeeeeee
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H