Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surya Paloh Ketemu Jokowi, Apa yang Dibicarakan?

28 Januari 2023   08:08 Diperbarui: 28 Januari 2023   08:16 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup mengejutkan, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ketemu Presiden Jokowi. Mengejutkan, jika mengingat “perseteruan” terselubung yang selama ini terjadi diantara mereka. Pasca Nasdem mencapreskan Anies Baswedan. Lepas ini, Jokowi nampak enggan menunjukkan kemesraan dengan Paloh. Bahkan saat HUT Nasdem, Jokowi absen. Padahal di acara yang sama partai lain, beliau hadir.

Pertemuan Paloh Jokowi dibenarkan oleh perwakilan kedua belah pihak. Disarikan dari berbagai sumber, Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwo mengatakan, benar pada 26 Januari 2023 kemarin Surya Paloh sudah ketemu Presiden Jokowi. Sementara itu, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Mahmudin juga membenarkan hal sama.

Saya amati, pertemuan itu kelihatan sangat tertutup. Biasanya, kalau ada peristiwa penting antar tokoh bangsa, terlebih dibidang politik, media akan tahu atau dikabari lebih dulu. Hingga sebelum acara berlagsung, para wartawan sudah siap nyanggong di lokasi acara. Dan tetap standby menunggu hingga acara kelar. Untuk kemudian diadakan jumpa pers.

Ini tidak. Sudah tak ada jumpa pers, publik di suguhi kabar setelah pertemuan selesai. Seperti tiba-tiba pula. Padahal, waktunya hampir bersamaan dengan kunjungan para petinggi Nasdem ke Sekber koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sebagai markas besar Gerindra PKB. Kompas.com 27 Januari 2023 melaporkan, Nasdem ke Sekber pada siang hari. Sementara Paloh ketemu Jokowi di sore harinya.

Lepas dari ketertutupan itu, spekulasipun akhirnya bertebaran di tengah-tengah publik. Menjadi reka-reka bersama. Kira-kira, apakah gerangan yang dibicarakan oleh Ketua Umum Nasdem dan Presiden.? Yang jawabannya tak mungkin bisa ditemukan secara valid. Kecuali ada keterangan resmi. Baik dari perwakilan Nasdem maupun pihak istana.

Tak perlu ditebak bahwa Paloh Jokowi bicara soal nasib bangsa dan negara ya. Ini sih terlalu idealis dan sangat berlebihan. Seakan-akan pertemuan itu sangat-sangat agung. Hingga sanggup mengalahkan kualitas beberapa momentum lain. Yang sebenarnya lebih layak untuk dibicarakan. Misal suksesnya kelanjutan pembangunan sodetan kali Ciliwung.

Hanya lingkup lokal Jakarta memang. Tapi dampak persepsi yang ditimbulkan menjadi isu nasional. Bahkan bisa membawa nama baik Indonesia di luar negeri. Lha bagaimana tidak. Selesainya sodetan berarti mengurangi banjir yang acapkali terjadi di Jakarta. Sementara Jakarta sendiri merupakan Ibu Kota Negara. Masak Ibu Kota selalu kebanjiran. Kan tak elok dimata dunia.

Jadi sekali lagi, tak perlulah menebak terlalu tinggi tentang materi pembicaraan Paloh Jokowi. Saya kok lebih cenderung to the point. Langsung kepada masalah aktual yang sudah berlangsung selama ini. Apalagi kalau bukan seputar capres pada pilpres 2024 dan kelanjutan nasib para menteri dari kader Nasdem di Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh presiden.

Bicara soal pilpres, pastinya teropong harus difokuskan pada sosok Anies Baswedan. Sebagai kandidat yang dicapreskan oleh Nasdem. Bukan figur lain. Dalam persepsi saya, Anies layak dijadikan materi tebakan. Mengapa, ya karena dialah yang jadi “penyebab” awal mula retaknya hubungan kedua tokoh. Dimata Jokowi, Nasdem dianggap kesusu memilih Anies Baswedan.

Yang layak juga dijadikan bahan tebakan adalah soal reshuffle kabinet. Mengapa, karena sekarang Nasdem di persepsikan ada di kelompok seberang. Menjalin koalisi dengan partai oposisi yang bernama Demokrat dan PKS. Ya wajar saja jadi masalah bagi Jokowi. Masak partai yang kadernya ada di pemerintahan menjadi menteri, berkawannya dengan pihak “lawan”. Kan bertolak belakang itu namanya. Ini untuk tidak mau menyebut bagai “bunglon” ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun