Hari Natal tanggal 25 Desember 2022 telah berlalu. Tentu merupakan kesan tersendiri bagi umat Kristiani. Buat para Kompasianer yang merayakan, saya doakan semoga makin menambah makna perjalanan hidup. Bagi yang tak merayakan, mari kita ikut bergembira. Ditengah suasana hingar-bingar politik mendekati pilpres, pilihan bergembira tentu lebih baik. Dibanding pasang muka cemberut misalnya.
Naah, dalam rangka bergembira itulah, saya ajak para Kompasianer intip ucapan selamat Natal yang disampaikan para calon kandidat. Utamanya capres yang selalu nangkring di posisi tiga teratas hasil survei beberapa lembaga kredibel. Mereka adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Sumbernya saya ambil dari twitter masing-masing. Bentuknya foto screenshot
Pertama Ganjar Pranowo. Ucapan Selamat Natal capres versi rakyat ini simple. To The Point langsung fokus pada tujuan. Juga disertai kalimat cinta menghibur. “I Love You Full” tulisnya. Berikut tangkapan layar ucapan selamat Natal Pak Ganjar.
Banyak tanggapan netizen atas cuitan Pak Ganjar. Tapi pada umumnya berisi apresiasi dan ucapan terima kasih. Misalnya dari akun bernama Lucky dan april.eh berikut ini..:
Kedua capres Gerindra Prabowo Subianto. Ucapan Selamat Natal Pak Prabowo sama dengan punya Pak Ganjar. Cukup simple dan fokus. Disertai harapan damai dan kasih. Selain itu, di cuitan beliau disertai pula foto kepala burung garuda lambang Partai Gerindra. Berikut cuitan beliau..:
Sebagaimana terjadi pada Pak Ganjar, cuitan Pak Prabowo juga di banjiri tanggapan. Selain apresiasi dan ucapan Amin atas harapan, netizen juga sampaikan Selamat Natal bagi keluarga besar Pak Prabowo dan Partai Gerindra yang merayakan. Berikut penyampaian akun Be the Apple of God’s eye dan DUX MJL..:
Ketiga capres Partai Nasdem Anies Baswedan. Beda dibanding Pak Ganjar dan Pak Prabowo, cuitan Pak Anies lebih panjang. Berisi harapan damai, bahagia dan keteduhan bagi umat Kristiani. Juga ada foto nuansa hiasan lampu dominan warna merah. Berikut hasil screenshot saya di twitter Pak Anies..:
Ragam tanggapan netizen muncul atas cuitan Pak Anies. Isinya variatif. Yang menarik untuk diungkap, ada netizen yang kasih apresiasi. Dan ada pula yang pakai kalimat bertanya. Berikut yang apresiasi..:
Dan berikut yang kalimat bertanya..:
Lepas dari itu, masalah ucapan Selamat Natal di kalangan umat islam memang kontroversi. Sudah terjadi dari dulu hingga kini. Menjadi bahan diskusi tak berkesudahan menjelang tanggal 25 Desember setiap tahun. Saya identifikasi, ada tiga kelompok yang berpendapat soal ucapan Natal. Yaitu membolehkan dengan syarat, membolehkan saja dan tegas melarang.
Bukan hanya di Indonesia, kontroversi ucapan Selamat Natal juga terjadi dikalangan ulama Internasional. Disarikan dari uraian ulama muda Dr. H. Arrazy Hasyim, Lc, S.Fil.I.I., MA.Hum atau akrab dipanggil Buya Arrazy, saat hadir di podcast Deddy Corbuzier berpendapat, ada dua arus ulama besar yang punya fatwa berbeda tentang ucapan Selamat Natal.
Dari Mesir, salah satu pimpinan Al Azhar membolehkan. Nama beliau dikenal dengan panggilan Grand Syekh Ahmad Tayeb. Alasannya, karena masuk wilayah muamalah. Bukan akidah. Sebaliknya, masih menurut Buya Arrazy, terdapat fatwa dari ulama Saudi yang mengharamkan ucapan Selamat Natal. Sebab dianggap ranah aqidah. Bukan muamalah.
Ulama terkenal Habib Umar bin Hafidz dari Hadramaut Yaman berpendapat. Bahwa ucapan Selamat Natal di bolehkan. Dengan syarat tidak diikuti ikrar atau pengakuan yang bertentangan dengan akidah Islam. Sebagaimana kita maklum, ada beda pendapat tentang sosok “Isa”. Keyakinan umat Kristiani, “Isa” adalah Anak Allah. Sedang bagi kaum muslimin, merupakan seorang Nabi.
Ahli Tafsir Al Qur’an dari Indonesia, Prof Quraish Shihab punya pendapat yang sama dengan Habib Umar bin Hafidz. Menurut Prof Quraish yang juga seorang Habib tapi enggan diberi gelar demikian, seorang muslim boleh ucapkan Selamat Natal untuk umat Kristiani. Dengan syarat harus bisa menjaga tetapnya akidah.
Pada podcast diatas, Deddy Corbuzier sempat tanya kepada Buya Arrazy. Apakah Buya mengucapkan Selamat Natal..? Jawab Buya Arrazy, tak ada alasan bagi beliau untuk mengucap itu. Karena bukan seorang pejabat, pimpinan organisasi tertentu atau seorang bos direktur perusahaan. Bagi Buya, tidak ada hajat pada diri beliau untuk mengucapkan selamat natal.
Sementara itu, tokoh islam Indonesia yang tegas menyatakan boleh diantaranya Emha Ainun Najib atau Cak Nun dan Gus Miftah. Bagi Cak Nun, ucapan Selamat tak serta merta merubah keyakinan seorang. Dari berbagai sumber, Cak Nun kasih contoh kocak begini : Apa jika ucapkan Selamat Natal lalu jadi Kristen.? Sebaliknya, apa orang Kristen yang ucapkan Selamat Idul Fitri lalu otomatis Islam.?
Gus Miftah, seorang ulama muda ahli dakwah di berbagai tempat hiburan malam bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman, juga tegas menyatakan boleh. Bahkan beliau mengucapkan Selamat Natal kepada para tetangga disekitar yang beragama Katolik. Sebaliknya, tetangga beliaupun rutin ucapkan Selamat Lebaran. Jadi hal tersebut tak masalah bagi Gus Miftah.
Lain halnya bagi Ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat dan Khalid Basalamah. Ketiga tokoh islam ini tegas menyatakan haram. Bagi mereka bertiga, seorang muslim dilarang menyampaikan ucapan Selamat Hari Natal kepada umat Kristiani. Alasan Ustad Abdul Somad, ucapan tersebut sama dengan pengakuan bahwa Isa adalah anak Tuhan.
Alasan serupa juga dijadikan dasar pelarangan oleh Ustadz Adi Hidayat dan Khalid Basalamah. Kata Adi Hidayat, dilarang karena mengandung unsur pengakuan bahwa ada agama selain Islam. Selamat Natal bukan sekedar mengucapkan selamat. Tapi mengandung unsur pengakuan Allah punya anak. Demikaian tegas Khalid Basalamah.
Demikian para Kompasianer gambaran saya tentang hasil intip-mengintip twitter Pak Ganjar, Pak Prabowo dan Pak Anies. Juga soal pendapat berbagai tokoh islam. Saya sendiri termasuk yang ikut Habib Umar bin Hafidz, Prof Quraish Shihab, Cak Nun dan Gus Miftah. Kepada teman-teman yang merayakan Natal, saya ucapkan selamat.
Para Kompasianer tentu boleh sepakat dan juga berbeda dengan saya. Yang penting tak saling menghujat dan menyalahkan satu sama lain. Sebab, baik yang membolehkan maupun yang melarang, sama-sama punya dasar kuat. Lalu seperti apa yang tidak boleh..? Yakni yang karena beda pendapat, sampai harus menghukumi kafir dan masuk neraka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H