Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenal Siswono Yudo Husodo yang Mundur dari Nasdem

27 Desember 2022   08:55 Diperbarui: 27 Desember 2022   17:54 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah fix ya. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem, Siswono Yudo Husodo resmi mundur. Sebelumnya, hanya berupa kabar burung. Ketika itu di isukan keluar dari Nasdem bersama Enggartiasto Lukito. Tapi kini sudah final. Kata Siswono tegas, “Ya, saya telah mengundurkan diri” (CNN Indonesia, 26/12/2022). Dugaan kuat, karena soal pencapresan Anies Baswedan oleh Surya Paloh.

Siapakah Siswono Yudo Husodo..? Dikutip dari berbagai sumber, beliau tokoh yang cukup mumpuni. Asli keturunan Jawa, tapi lahir di Long Iram, Kabupaten Kutai Barat Kalimantan pada tanggal 4 Juli 1943. Siswono merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara. Dari kecil sering hidup berpindah-pindah tempat. Ikut Sang Ayah yang punya profesi seorang dokter.

Siswono sudah senang organisasi sejak masih kuliah di ITB. Di kampus merupakan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Barisan Soekarno. Dalam bergorganisasi dikenal berani. Ketika itu aktif menyuarakan kecaman atas pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Akibat keberaniannya, Siswono sempat diskors dari studi selama empat tahun. Tapi pada 1968, skorsingnya di cabut.

Lingkup aktifitas Siswono tak jauh dari dunia usaha dan politik. Hingga mampu membawanya menduduki berbagai jabatan yang cukup strategis. Walau demikian, beliau juga sempat terjun menangani pendidikan. Meskipun tak se intens dua bidang diatas. Dilingkup pendidikan, pernah menjadi Ketua Yayasan Universitas Pancasila.

Untuk usaha, Siswono tercatat aktif di dua bidang. Yakni konstruksi dan pertanian. Diusaha konstruksi, bersama beberapa kawan mendirikan CV Bangun Tjipta Sarana. Karena berkembang, kemudian menjadi PT Bangun Tjipta Sarana. Pengalaman menangani konstruksi, menjadikan Siswono diangkat sebagai Menteri Perumahan Rakyat oleh Soeharto pada tahun 1988.

Namun demikian, Siswono lebih ahli pertanian. Lulusan ITB tahun 1968 ini punya ilmu mendalam tentang cara mengawinkan serta pilih bibit domba. Juga tanam tembakau dan sayuran. Piawai menangani pertanian, membuat Siswono diberi amanat sebagai Ketua Umum HKTI. Tahun1999 dan 2004, diangkat menjadi anggota MPR RI mewakili Kelompok Pengusaha.

Selain di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau HKTI, Siswono pernah pegang jabatan strategis di beberapa organisasi usaha lain. Misal Ketua Umum di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia periode tahun 1973 sampai 1977. Ketua Umum Persatuan Pengusaha Real Estat Indonesia periode tahun 1983 sampai 1986. Dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia periode tahun 1985 sampai 1988.

Sebelum masuk ke Nasdem, secara politik Siswono berkarir di Partai Golkar. Tercatat, menjabat Ketua Departemen Koperasi dan Wiraswasta 1983-1988 dan Dewan Pembina 1988-1998. Lebih lanjut, di pemilu 2009 terpilih sebagai anggota legislatif Fraksi Golkar. Beliau masuk parlemen mewakili rakyat Dapil Jawa Tengah-I. Di DPR RI duduk di Komisi-4 dan merupakan Wakil Ketua Badan Kehormatan Dewan.

Sebelumnya, pada 2004 Siswono ikut pilpres. Menjadi pasangan tokoh PAN Amin Rais. Siswono didapuk menjadi Calon Wakil Presiden. Sayang, meski ketika itu didukung enam partai politik, pasangan Amies-Siswono kalah. Bahkan tak mampu masuk putaran kedua. Karena ada di urutan empat. Amien-Siswono hanya dapat suara sebesar 14,66 persen.

Mungkin karena ingin cari suasana baru, tahun 2017 Siswono pindah haluan ke Partai Nasdem. Oleh Surya Paloh langsung diberi posisi mentereng. Menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Partai. Berdasar Surat Keputusan (SK) bernomor DPP Partai NasDem 069/DPP/Nasdem/III/2017 tanggal 22 Maret 2017. SK ini sekaligus mencabut  SK nomor 1369/DPP NasDem 2014.

Kini Siswono bukan lagi bagian dari keluarga besar Partai Nasdem. Menurut saya, fakta tersebut cukup berpengaruh. Bisa jadi membuat sebagian Pengurus teras partai galau. Dan Surya Paloh jadi pusing. Bagaimana tidak, keluarnya Siswono menambah daftar hengkangnya para kader potensial beberapa waktu lalu. Pasca Nasdem putuskan Anies Baswedan sebagai capres.

Ada pengaruh, karena Siswono merupakan politisi senior. Sudah sering bersentuhan dengan beberapa fakta politik selama bertahun-tahun. Keluarnya beliau, membuat ilmu dan pengalaman yang dimiliki tak bisa lagi dijadikan sumbangan pemikiran bagi Nasdem. Padahal itu sangat-sangat penting. Demi perjalanan Partai Nasdem pada masa-masa mendatang.

Secara kolektifitas massa, mungkin ada yang menganggap biasa-biasa saja. Tak akan berdampak terhadap turun naiknya suara Nasdem. Meskipun, munculnya kenyataan pernah menjabat sebagai ketua HKTI sebenarnya tak dapat dipandang remeh. Komunikasi dan kontribusi yang sudah pernah diberikan sebelumnya, sedikit banyak tentu masih melekat kuat dikalangan tokoh dan para petani.

Tapi secara imej, keluarnya Siswono menimbulkan dampak psykologis sangat besar. Yang menyebabkan munculnya pergeseran brand Nasdem. Dari yang awalnya di persepsi oleh konstituen berjalan normal, tak ada masalah mendasar, menjadi partai yang di jauhi ramai-ramai oleh tokohnya pasca mencapreskan Anies Baswedan.

Ingat, imej bagi partai merupakan hal sangat mendasar. Utamanya dalam rangka menjaring vox pop dari publik. Partai yang punya imej bagus, potensial di pilih oleh rakyat. Sebaliknya yang punya imej buruk. Cenderung dijauhi. Maka tak heran, partai politik jor-joran melakulkan branding. Tak lain untuk mempertahankan dan menaikkan imej.

Saya kira, keluarnya Siswono adalah sinyal lampu kuning bagi Nasdem. Sebelum lampu merah menyala, ada baiknya sekarang mulai berbenah. Terlebih, berdasar hasil survei terkini, pencapresan Anies tak berjalan linier dengan tujuan Nasdem untuk menambah suara. Dalam konteks ini, yang banyak memperoleh manfaat justru calon partai koalisi. Yaitu Demokrat dan PKS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun