Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sukarela Dukung Capres Anies Atau Hanya Ingin Hadiah?

13 Desember 2022   09:16 Diperbarui: 27 Desember 2022   17:42 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brosur Hadiah Jalan Sehat Partai Nasdem Pangkep, Sumber Foto rakyatsulsel.fajar.co.id

Lagi googling berita. Biasa, apalagi kalau bukan untuk cari-cari info seputar banyak hal. Terutama soal politik. Khususnya terkait pilpres 2024. Tak sengaja, saya temukan laporan media lokal bernama rakyatsulsel.fajar.co.id. Tentang kegiatan Partai Nasdem. Parpol milik Surya Paloh, yang kapan hari sudah putuskan Anies Baswedan sebagai capres.

Beritanya sudah agak lama. Tayang pada 3 Desember 2022. Berjudul “Banjir Hadiah di Jalan Sehat Restorasi Partai Nasdem Pangkep Bareng Anies Baswedan”. Saya cermati, para peserta memang diguyur pemberian beragam cindera mata. Tentu lewat undian. Berturut-turut dari nilai terkecil hingga terbesar adalah : ratusan hadiah hiburan, 5 unit motor, 4 paket umroh dan 1 unit mobil.

Mencoba gali info lebih medalam, saya sempatkan mampir ke akun Twitter Pak Anies Baswedan. Yakin saya, pasti beliau akan cuitkan soal acara Nasdem di Pangkep itu. Mengapa, karena ada kaitan dengan tindak lanjut keputusan Nasdem. Sebagai kandidat, pastilah beliau tak kan lupa untuk mengabarkan apapun terkait pencapresan. Siapa tahu dapat menambah potensi menang rebutan vox pop.

Di situlah saya lihat sesuatu yang kurang maching. Setidaknya ini menurut pemikiran saya pribadi. Alasannya, karena tidak padu antara fakta pemberian hadiah dengan cuitan Pak Anies. Cuma tentu saja, saya tak bisa paksakan pendapat tersebut dengan persepsi anda para pembaca. Akibat sudut pandang dan posisi yang mungkin berbeda.

Apa isi cuitan Pak Anies..? Saya kutip secara lengkap tulisan beliau. Demikian bunyinya, “Puluhan ribu masyarakat sudah memenuhi lapangan di Kabupaten Pankejene dan Kepulauan (Pangkep) sejak selepas subuh. Kita semua datang secara sukarela, inilah para pejuang perubahan”. Hingga saya tulis artikel ini, cuitan Pak Anies mendapat 700-an komentar, 1000-an retwit dan 7000-an like.

Terdapat dua hal dari pernyataan Pak Anies yang menarik perhatian. Pertama soal kata “datang secara sukarela” dan “inilah para pejuang”. Mengapa menarik, karena ukuran apa yang diungkap Pak Anies bersifat abstrak. Tak bisa dijangkau melalui penglihatan virtual. Terlebih, punya nuansa sungguh ideal. Sangat mulia. Sementara di dunia politik, fakta yang banyak terjadi justru amat pragmatis. Penuh kepentingan jangka pendek.

Anda tahu, selaku makhluk hidup tak ada satupun manusia yang bisa mereka-reka, apalagi mengklaim dengan pasti, bahwa perbuatan seseorang didasarkan pada perasaan sukarela atau justru ada motivasi lain. Mengapa, karena soal demikian berhubungan dengan niat. Kalau sudah berbunyi niat, maka pasti tidaknya terdapat didalam hati. Tak mungkin bisa dibaca oleh mata telanjang.

Yang tahu soal niat cuma Tuhan dan manusia yang bersangkutan. Pertanyaannya sekarang, sebagai makhluk hidup penuh keterbatasan, bisakah Pak Anies menentukan niat para peserta acara Jalan Sehat Nasdem di Pangkep..? Murni didasarkan pada perasaan sukarela mendukung dirinya sebagai capres..? Atau justru sebaliknya, hanya ingin dapat hadiah lewat undian..?

Seterusnya, dari gambaran tersebut maka tak bisa pula dikatakan para peserta merupakan kelompok “pejuang”. Kecuali dinisbatkan hanya pada persepsi Pak Anies pribadi demi kepentingan capres. Namun, jika yang dimaksud adalah pejuang sesungguhnya, yang bekerja penuh ikhlas tanpa pamrih, ya tidak bisa. Apalagi yang berhubungan dengan dunia politik sebagaimana saya singgung diatas.

Pada beberapa tulisan terdahulu, berkali-kali saya tunjukkan soal pernyataan para politisi yang sering tak sesuai antara pembicaraan dengan fakta. Satu peristiwa dikabarkan sebagai positif. Padahal sebenarnya negatif. Di katakan baik. Padahal realitanya buruk. Faktanya buruk, tapi dikatakan baik. Demikian seterusnya dilakukan berulang-ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun