Demi apa..? Apalagi kalau bukan untuk kepentingan menjaga image. Kita sudah maklum. Bahwa bagi para politisi, membentuk sekaligus menjaga citra merupakan hal utama. Bahkan harus dikedepankan. Maka tak heran, jika ada politisi yang kebetulan tertimpa aib atau musibah, sebisa mungkin disembunyikan. Jangan sampai keluar jadi konsumsi publik. Agar tak menjatuhkan nama baik. Karena ada pengaruh terhadap stabilitas suara.
Hanya saja, tinggal bagaimana pandai-pandainya mencari kemasan. Perlu digunakan bungkus yang sangat-sangat rapi. Sehingga, apa yang diungkap ke publik jadi samar. Kalau perlu tertutup sama sekali. Sesungguhnya pencitraan. Namun orang melihatnya sebagai perbuatan apa adanya. Nataural. Maka disinilah perlu kepiawaian diplomasi seorang politisi. Makin cerdas memilih kata dan menyusun kalimat, tambah bagus buat menjaga kesan.
Bagi sekelompok orang, pernyataan Pak Anies di atas mungkin kelihatan apa adanya. Tapi maaf. Bagi setidaknya saya pribadi, jika dikaitkan dengan diplomasi politik, kelihatan terlalu kasar. Jadinya, mudah ditebak arah dan tujuan sesungguhnya. Kemana itu..? Untuk menunjukkan pesan politik. Bahwa para peserta Jalan Santai Partai Nasdem merupakan pendukung setia Pak Anies yang benar-benar ikhlas memberikan support. Bukan demi yang lain. Apalagi cuma hadiah undian.
Andai pilih kata dan susun kalimat lebih halus lagi, akan lebih bagus buat menunjukkan kesan bukan pencitraan. Misal, sampaikan saja kalau sedang mengikuti acara Jalan Santai Partai Nasdem. Tak perlu ada tekanan pada kalimat para peserta datang dengan sukarela. Apalagi hingga disebut sebagai para pejuang. Sebuah sosok yang teramat mulia sekali.
Apalagi faktanya, memang ada iming-iming hadiah. Agak sulit, untuk tidak mengatakan mustahil, mengklaim kehadiran para peserta termotivasi bukan karena itu. Bisa dapat sepeda motor dan mobil serta pergi umrah, hanya pakai modal kaki. Siapapun orangnya, pasti tertarik. Lepas dari kelompok mana yang mengadakan event. Capres atau bukan, tak perlu jadi pertimbangan. Yang penting dapat undian.
Diplomasi pencitraan yang terlalu kasar, dapat memunculkan kesan terbalik. Awalnya ingin di persepsikan bagus, malah jadinya negatif. Kontra produktif dibanding tujuan sebenarnya. Tak bermaksud menggurui, Tim Kreatif Pak Anies, utamanya yang mengelola media sosial khususnya Twitter, perlu lebih dalam lagi menyelami psikologi persepsi pemilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H