Makin gamblang saja sikap politik Sang Petahana Presiden Jokowi sebut nama soal capres. Terutama yang ada hubungan dengan isu lagi trend “rambut putih”. Saat ada di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, Jokowi urai siapa saja tokoh dimaksud. Kata Presiden, “Banyak yang rambutnya putih, seperti Hatta Rajasa, Ganjar Pranowo, termasuk Pak Prabowo Subianto, rambutnya juga agak putih” (CNN Indonesia, 29/11/2022).
Tak perlu terlalu jauh dianalisa. Dalam konteks pencapresan, orang awam politik-pun dapat menebak siapa yang dimaksud Pak Jokowi. Pastilah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Mengapa bukan Pak Hatta rajasa..? Ya sulit dicari korelasinya. Ibarat lampu listrik. Padam karena kabel putus.
Saat ini Pak Hatta Rajasa kelihatan sudah agak vakum dari hiruk pikuk dunia politik. Juga tidak ada indikasi atau bahkan menyatakan diri sebagai capres atau cawapres. Perkiraan saya, beliau ingin pensiun. Hendak menikmati hidup tenang bareng keluarga dan nimang cucu. Setelah sekian tahun ikut berkecimpung urus negara sebagai politisi PAN.
Sementara itu, masih ada kaitan dengan pencapresan, saat hadir pada acara Bahaupm Bide Bahana Tariu Borneo Bengkule Rajakng di kota yang sama Selasa kemarin, Jokowi ingatkan masyarakat. Disarikan dari Kompas.com, 30/11/2022, beliau minta agar menjaga keberagaman dan stabilitas. Jangan sampai ada gesekan, adu domba atau pecah belah.
Mengingat fakta tak bisa dibantah jika dibanding negara lain, Indonesia terkenal akan keberagaman. Kaya akan budaya. Banyak sekali suku atau golongan masyarakat yang hidup dengan ciri khas masing-masing. Maka perbedaan menjadi sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari. Sehingga rawan terjadi gesekan. Untuk itu, peran berbagai kelompok masyarakat, terutama para kandidat, dalam menjaga stabilitas mutlak dibutuhkan.
Fakta lain, mayoritas warga negara bumi Nusantara merupakan pemeluk agama islam. Masuk tahun politik, rawan dijadikan alat rebutan vox pop. Oleh sebab itu, tak dapat disalahkan juga, ketika beberapa waktu lalu Presiden Jokowi kasih himbauan agar menjauhi politik identitas. Mengingat fakta yang sudah terjadi menunjukkan ada gejala kuat terulang kembali menjelang pilpres mendatang.
Untuk itu, lagi-lagi saya tak bisa menghindar untuk sebut pengalaman saat pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Dimana perhelatan yang sebenarnya merupakan urusan dunia itu, ditarik sedemikian rupa hingga masuk ke soal agama. Contoh kongkrit, jika ada salah satu pendukung calon gubernur meninggal, diancam tak bisa disolatkan di satu masjid, karena merupakan pendukung calon sebelah.
Naahh, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dianggap kredibel mengemban amanat Sang Petahana diatas. Mungkin karena selama kerjasama jalankan pemerintahan, Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Ganjar Gubernur Jawa Tengah, kinerja keduanya cocok dimata Jokowi. Sehingga masuk nominasi. Makanya beliau tak ragu kasih sinyal atau kode dukungan pada tiap kesempatan. Termasuk dalam soal “rambut putih”.
Kecocokan Jokowi sebagai petahana kepada Prabowo dan Ganjar lebih-lebih jika dikaitkan dengan program Ibu Kota Negara atau IKN. Sebagai penggagas, pastilah Jokowi tak ingin IKN gagal. Apalagi jika sampai dibatalkan. Mengingat, secara ideal IKN dijadikan sebagai cikal bakal kemajuan Indonesia dimasa depan. Dan secara pribadi, ada kaitan dengan nama baik mantan presiden.
Bagaimana dengan Puan Maharani yang juga disebut-sebut sebagai capres terutama oleh para elit PDIP..? Saya kurang yakin Mbak Puan ada dihitungan Jokowi. Meski sudah disodor-sodorkan demikian rupa, tak juga muncul sinyal terhadap Putri Mahkota Bu Mega ini. Padahal, pada tiap acara punya kesempatan yang sama dengan Prabowo dan Ganjar. Sering ikut dampingi Jokowi kemana-mana.