Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lagi-lagi Soal Nasdem

24 November 2022   08:13 Diperbarui: 24 November 2022   08:30 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota DPR RI Fraksi Nasdem Robert Rouw, Foto Dok. Kompas.com/Dhias Suwandi

Apa maksud Nasdem ambil sikap mengambang..? Bisa jadi ingin balas dendam terhadap perlakuan Presiden Jokowi terhadap Ketumnya Surya Paloh belakangan ini. Pasca Nasdem putuskan Anies Baswedan sebagai capres untuk ditarungkan berebut vox pop pada pilpres 2024. Masuk akal juga sich. Siapa manusianya, yang tak merasa sakit hati diperlakukan kurang bersahabat. Justru oleh tokoh yang dianggap sangat dekat.

Diberitakan beberapa media, mau peluk presiden saat jumpa di HUT Partai Golkar, niat Surya Paloh tak dapat respon Jokowi. Jika memang begitu, tentu malu tak ketulungan. Lalu pingin dihadiri saat HUT Nasdem, presiden tak muncul. Masih berharap presiden bisa kasih sambutan meski lewat video, juga tak dapat respon. Lalu kemana muka ini hendak ditaruh..?

Nampaknya, partai Nasdem hendak tunjukkan perlawanan dengan cara abstain. Mulai berani bersikap tak menyenangkan bagi pemerintahan Jokowi. Maksudnya, mungkin agar ada perhatian. Meski cuma sedikit. Guna mengembalikan kepercayaan dan mempererat kembali pertemanan. Sebab kalau tidak, “kebahagiaan” Nasdem bisa terancam. Apa itu..? Kader yang ada dikabinet bisa ditendang keluar.

Hanya saja, sikap Nasdem masih nanggung. Tak mampu terang-terangan macam Demokrat dan PKS. Kira-kira, berani tidak ya Nasdem tiru kedua partai ini. Frontal langsung tolak revisi UU IKN. Sekaligus menyatakan pindah haluan. Dari teman koalisi, menjadi lawan yang ada di oposisi. Ayo Nasdem Pak Paloh, coba buktikan. Saya dan sebagian pembaca ingin lihat.

Ataukah sikap abstain demikian cuma test case. Semata mau lihat seberapa jauh reaksi anggota partai koalisi lain melihat perubahan sikap Nasdem, yang awalnya terbiasa ikut tanpa banyak tanya, lalu kini jadi ada filter..? Sebagai tanda, bahwa meski hanya tergolong partai menengah, Nasdem juga punya kekuatan. Sama dengan posisi PDIP, Gerindra dan Golkar yang termasuk partai besar.

Test case pula bagi Presiden Jokowi. Agar tak pandang remeh partai Nasdem dan ketumnya Surya Paloh. Kalau Jokowi masih berani perlakukan secara negatif demikian rupa, jangan salahkan jika Nasdem pada akhirnya akan berontak. Keluar dari barisan Jokowi. Lalu sisa sekitar dua tahun ini akan selalu melakukan kritik keras. Akankah Jokowi takut..? Menurut saya Jokowi tak akan takut oleh menuver Nasdem Paloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun