Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menakar Paket Capres-cawapres Puan-Ganjar

22 November 2022   07:38 Diperbarui: 22 November 2022   07:44 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Foto Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO-RODERICK ADRIAN)

Senin kemarin tanggal 21 November 2022, HIPMI atau Himpunan Pengusaha Muda Indonesia adakan Munas (Musyawarah Nasional). Tempatnya di Kota Solo Jawa Tengah. Selain Presiden Joko Widodo, banyak pejabat dan tokoh nasional yang hadir. Ada Ketua MPR RI, Ketua DPD RI, Menteri BUMN, Gubernur Sumatra Utara, Wali Kota Medan dan tentu saja Wali Kota Solo Mas Gibran selaku Tuan Rumah.

Selain itu, ada pula Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Inilah yang menarik. Apalagi jika dihubungkan dengan sambutan Ketua HIPMI yang juga sekaligus Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Memang disampaikan sambil bercanda. Namun menyiratkan keinginan penuh makna. Terlebih, baik Puan maupun Ganjar sama-sama masuk radar capres.

Disarikan dari Kompas.com 21/11/2022, Bahlil menilai Puan sebagai tokoh politik wanita yang punya potensi lengkap. Pernah jadi anggota legislatif lalu kini Ketua DPR RI. Sebelumnya menjabat Menko PMK. Dan yang tak bisa dipandang sebelah mata, punya partai politik. Karena itu, Mbak Puan dianggap oleh Bahlil merupakan satu-satunya capres yang sudah mengantongi tiket.

Bahlil juga menyinggung Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Yang duduk dalam satu barisan dengan Mbak puan. Kata Pak Bahlil, “Hari ini Bapak Presiden, saya gemetar. Ada dua soalnya (capres), Mbak Puan sama Pak ganjar. Saya lihat Mbak Puan dan Mas Ganjar jalan bareng. Kalau tidak salah satu mobil. Saya bilang kemesraan ini janganlah cepat berlalu”.

Imajinasi saya, Bahlil bermaksud kasih sinyal. Sama-sama digadang-gadang sebagai capres, satu naungan di PDIP lagi, mbok yo jangan rebutan. Mbak Puan dan Mas Ganjar bisa saling melengkapi. Meski hasil survei tak mendukung, tapi Mbak Puan punya partai. Sebaliknya Mas Ganjar. Survei moncer tapi posisinya cuma sebagai anggota. Bukan elit parpol yang memiliki otoritas kuat menentukan kebijakan.

Naah, jika keduanya kolaborasi sebagai kandidat capres-cawapres, sangat bagus. Minimnya suara Puan dari segi elektabilitas, akan didongkrak oleh Ganjar. Sementara kekurangan Ganjar dari segi tiket, bisa difasilitasi oleh Puan. Maka jadilah paket Puan-Ganjar. Yang nanti akan disodorkan oleh PDIP daftar pilpres ke KPU. Demikian mungkin maksud Pak Bahlil.

Kalau benar demikian, bisa jadi solusi jalan tengah bagi PDIP khususnya Bu Megawati. Disatu sisi tetap bisa memajukan Puan tarung pada pilpres 2024. Meski banyak ditentang orang karena elektabilitas rendah. Sementara pada sisi lain, tak menafikkan dukungan kuat kepada Ganjar. Yang karena kekurangannya, tak punya tiket untuk daftar ke KPU.

Cuma, untuk bisa sampai pada tingkatan menang rebutan vox pop, nanti dulu. Setidaknya, perlu dilihat dukungan dari tiga kelompok. Pertama, dikalangan konstituen internal PDIP golongan lawas. Yang saya maksud adalah, para anggota PDIP yang terikat karena faktor ideologi. Bagi mereka, ikut PDIP sudah bagai “agama”. Tak bisa ditukar dengan apapun. Apalagi cuma materi.

Di kelompok tersebut, paket Puan-Ganjar pasti mendapat dukungan sangat kuat. Apalagi, Puan Maharani merupakan cucu proklamator Bung Karno sebagai tokoh sentral PDIP. Yang posisinya tak dapat digantikan. Bahkan mungkin hingga kiamat sekalipun. Maka apapun jenis dan bentuk keputusan partai, termasuk soal paket capres-cawapres, pasti diterima tanpa banyak cincong.

Kedua, dikalangan konstituen PDIP kelompok modern. Disini, dukungan terhadap paket Puan-Ganjar masih ngambang. Mengapa, karena mereka punya sikap realistis. Memang betul, untuk pilih partai di pemilu legislatif masih mungkin. Karena caleg yang disodorkan oleh PDIP, banyak ragam dan kemampuan. Kelompok modern ini bisa pilih yang sesuai dengan kriteria mereka.

Tapi untuk pilpres tunggu dulu. Pilihannya sangatlah terbatas. KPU membolehkan satu partai hanya satu paket. Tidak boleh lebih. Termasuk bagi PDIP. Disini, faktor kemampuan dan elektabilitas tentu jadi pertimbangan pokok. Maka yang masuk kriteria realistis adalah Ganjar. Bukan Puan. Tapi ada halangan. Jika paket itu menang, posisi Ganjar cuma wakil.

Anda paham kan. Kekuasaan wakil mana kuat. Pastinya ada dibawah bayang-bayang Puan. Meski usulan kebijakan yang disampaikan wakil berkualitas, jika presiden tak berkenan tetap bisa di veto. Maka kalau ini yang jadi pertimbangan, kelompok modern di PDIP bisa golput. Tak mau pilih capres. Baik paket Puan-Ganjar dari partai sendiri. Terlebih pasangan yang disodorkan oleh parpol lain..

Penyebabnya, karena tak satupun dari beberapa paket tersebut masuk kriteria. Paket Puan-Ganjar tak selera karena Ganjar cuma orang kedua. Lalu pasangan partai lain juga tak selera. Karena yang menyodorkan bukan PDIP. Bagi kelompok ini, meski punya sendiri tak cocok, bukan berarti secara politik lalu mau pilih pasangan milik parpol lain.

Sekarang dikelompok terakhir atau yang ketiga. Siapa mereka ini..? Adalah orang “diluaran” sana. Yang punya pilihan bebas. Tak terikat oleh satupun partai politik. Baik yang tarung di legislatif maupun pilpres. Bagi mereka ini, soal waktu pilihan bukan pada saat ini. Tapi nanti ketika dekat-dekat pemilu. Mengapa, karena mereka butuh perenungan untuk menentukan sikap.

Darimana sikap dihasilkan..? Dari proses bergulirnya pemilu sejak awal hingga sampai pada waktu coblosan. Sama dengan kelompok modern di PDIP, mereka ini punya sikap realistis. Mengedepankan potensi dan kemampuan. Maka sebelum menjatuhkan pilihan, para calon di telisik sangat dalam. Baik tentang visi misi, program, kebijakan dan terutama siapa figur yang punya kuasa jika nanti terpilih.

Melihat pertimbangan demikian, saya ragu paket pasangan Puan-Ganjar masuk dalam nominasi mereka. Alasannya karena faktor Puan, bukan Ganjar. Sudah tak punya elektabilitas, kemampuannya masih diragukan lagi. Jadinya, kelompok ini akan melirik pasangan capres-cawapres dari parpol lain. Yang punya peluang tentu lawan Puan-Ganjar. Kemungkinan ke capres Gerindra Prabowo Subianto.

So, Puan-Ganjar memang cukup solutif buat meredam gejolak soal kandidat di PDIP. Cuma, ya itu tadi, tak perlu terlalu optimis bicara kemenangan. Butuh kerja sangat-sangat keras agar paket tersebut leading. Terutama tentang bagaimana mengelola kelompok modern. Yang ada di internal PDIP harus dipertahankan. Sementara diluar PDIP butuh diyakinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun