Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diplomasi Mangrove Ala Jokowi

17 November 2022   08:20 Diperbarui: 17 November 2022   10:32 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Saat Presiden Jokowi Ajak Jalan-jalan Pemimpin G20 di Hutan Mangrove, Foto Dok. YouTube Sekretariat Presiden, Via RadioWebindo.com

Alhamdulilah, kita sebagai rakyat Indonesia patut bersyukur dan bangga. Pelaksanaan Presidensi G20 di Bali sukses besar. Salah satu yang dihasilkan adalah Leaders Declaration atau Deklarasi Pimpinan. Biasa juga disebut dengan istilah Komunike. Hasil lainnya, berupa Concrete Deliverable. Yang berisi daftar berbagai proyek kerjasama negara anggota G20 dan para undangan.

Apa isi detail Komunike dan daftar berbagai proyek, tak tahulah saya. Karena saya bukan peserta. Saya hanya seorang “penglihat”. Biarlah soal itu jadi urusan para pejabat pemerintah dan pelbagai pihak yang turut diundang. Cuma yang menarik dari amatan saya adalah, upaya Presiden Jokowi ajak pemimpin negara-negara anggota G20 untuk jalan-jalan ke hutan mangrove.

Kompas.com tayangan edisi 16/11/2022 meneropong jalan-jalan tersebut dengan judul “Diplomasi Mangrove ala Jokowi pada Hari Kedua KTT G20”. Ketemu kata “diplomasi”, saya jadi teringat Diplomasi Sebatang Rokok Presiden Soekarno. Terjadi saat berkunjung ke negara Kuba ketemu Presiden Fidel Castro, pada bulan Mei tahun 1960.

Sigit Aris Prasetyo, dalam bukunya berjudul “Dunia Dalam Genggaman Bung Karno”, menulis bahwa Castro menawarkan cerutu khas Kuba kepada Bung Karno. Namun presiden pertama kita itu justru mengeluarkan jenis rokok lain. Hasil produksi perusahaan Inggris. Sebuah negara eropa, yang kala itu merupakan musuh bersama negara berkembang, termasuk Kuba. Karena dianggap sebagai penjajah atau imperialis.

Tentu saja Castro kaget. Dikiranya bangsa Indonesia telah “berdamai” dengan negara musuh. Lalu tanya, “mengapa anda hisap rokok buatan negara imperialis..?”. Bung Karno menjawab singkat namun penuh canda. Kata beliau, “kaum imperialis dan kapitalis itu kan harus dihisap jadi asap dan debu”. Lalu kedua presiden-pun tertawa.

Dalam telaah saya, apa yang disampaikan Bung Karno pada Castro bukan asal jawab. Anda tahu, Bung Karno merupakan tokoh politik yang sangat cerdas. Kemampuan membaca situasi, memilih kata atau kalimat, untuk kemudian dijadikan bahan diplomasi, begitu piawai. Maka tak heran, jika beliau sungguh dikenal oleh negara-negara dunia ketiga. Dan disegani negara adikuasa macam Amerika dan Soviet ketika itu.

Jawaban Bung Karno atas pertanyaan Castro, pastilah menyiratkan satu maksud. Mengandung ajaran filosofi politik luar negeri sangat mendalam. Apa itu..? Bahwa keberadaan kaum penjajah dimuka bumi harus dihapuskan. Demi keamanan dan perdamaian dunia. Castro sebagai presiden Kuba, yang tentu saja punya feeling kuat menangkap sindiran diplomasi, paham maksud Bung Karno. Makanya langsung ketawa tanda setuju.

Naahh, pesan serupa demikian yang ingin disampaikan oleh Jokowi lewat “Diplomasi Mangrove”. Maksud sebenarnya, Presiden hendak memberitahu tentang keamanan negara. Nampaknya, untuk menunjukkan betapa kondusifnya negara Indonesia, Jokowi adopsi strategi diplomasi Bung Karno. Bukan lagi pakai retorika, tapi langsung praktek. Bung Karno sulut rokok buatan Inggris. Pak Jokowi ajak pemimpin negara G20 keliling ditengah hutan mangrove. Tanpa ada rasa khawatir sedikitpun.

Padahal, dari segi keamanan sangat riskan sekali. Sungguh berbahaya dan penuh resiko. Bayangkan, beberapa kepala negara berpengaruh didunia, jalan bersama ditengah hutan mangrove. Tanpa pengawalan melekat lagi. Masih bisa enjoy dan tenang-tenang menikmati suasana. Jangankan menemukan halangan sebuah teror. Bahkan, “seekor” nyamukpun tak mampu menyentuh rombongan tersebut.

Kalau terjadi dinegara yang tak memiliki pasukan pengamanan sangat kuat macam Indonesia, mustahil bisa berlangsung itu acara. Yang pasti, membaca sodoran agenda acara yang diterima sebelumnya, bahwa ada kegiatan mengunjungi hutan mangrove demikian rupa, pasti sudah ditolak mentah-mentah oleh pihak protokoler masing-masing negara G20. Terutama oleh Amerika yang terkenal ketat dan bawel soal keamanan saat presidennya lawatan kenegara asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun