Dalam rangka bawa Anies Baswedan tarung berebut vox pop pada pilpres 2024, Nasdem akan bentuk perkawanan. Rencananya dinamai Koalisi Perubahan. Mengimbangi beberapa gabungan partai yang sudah terbentuk sebelumnya. Misal Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB yang digagas Golkar, PPP dan PAN. Lalu ada Koalisi Indonesia Raya bentukan Gerindra PKB.
Yang didekati oleh Nasdem adalah Demokrat dan PKS. Komunikasi antar ketiganya sudah jalan. Beberapa kali terlihat ada pertemuan. Baik level pengurus top macam ketua-ketua partai. Maupun lapis kedua di jajaran sekretaris jenderal dan para wakil ketua. Cuma sampai sekarang belum juga rigid. Tak terwujud. Bagai resep makanan, yang meskipun bahannya sudah tersedia, namun tak kunjung jadi panganan untuk disantap.
Belakangan malah muncul pernyataan dari petinggi KIR dan KIB, yang saya tebak membuat Nasdem dan Anies Baswedan pusing. Bahkan bisa jadi, tiap malam tak nyenyak tidur. Ya benar. Kalau disimak secara mendalam, apa yang diungkap oleh KIR KIB mampu membuyarkan mimpi Nasdem untuk punya presiden. Serta memupus habis keinginan Anies Baswedan tinggal di Istana Negara selama 5 tahun.
Disarikan dari CNN Indonesia, 06/22/2022, Ketum Golkar Airlangga Hartarto yang merupakan salah satu penentu KIB menyebut, ada setidaknya dua parpol lagi yang akan gabung ke KIB. Kalau terwujud sesuai rencana, nama KIB akan ditambah. Menjadi KIB Plus-plus. Guna membuat yakin khalayak, Airlangga bahkan menambahkan, deklarasi capres KIB menunggu datangnya kedua parpol tersebut.
Senada, KIR juga menyampaikan statemen serupa. Adalah Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzanni yang menyatakan itu. Katanya, bakal ada partai politik yang saat ini eksis di parlemen, hendak bergabung ke koalisi Gerindra-PKB untuk pilpres 2024. Siapa itu..? “Ya kita jagalah privasi masing-masing partai. Jadi belum bisa kita ungkap”. Demikian Muzanni dikutip dari media Populis, 03/11/2022.
Sebagai gabungan partai yang cukup syarat memajukan capres-cawapres, baik KIR maupun KIB adalah koalisi penarik. Artinya, merupakan kelompok politik yang tidak lagi memerlukan tambahan satu atau beberapa parpol. Selain yang memang sudah masuk. Dengan kata lain, dalam soal pengajuan kandidat sifatnya pasif. Ada yang mau gabung silahkan. Tidak juga bukan masalah. Meskipun jika bergabung, tentu sangat diharap dan lebih menguntungkan.
Sebaliknya, KIR dan KIB bukan kelompok yang tertarik. Artinya, meski terdapat satu atau beberapa partai diluar anggota yang misalnya cuek atau memandang remeh walau faktanya cuma punya suara jauh di bawah 20 persen, ya pasti dibiarkan oleh KIR KIB. Bahasa gampangnya “gak patheken”. KIR KIB tetap bisa jalan. Untuk antarkan capres-cawapres daftar pilpres ke KPU.
Posisi demikian kuat yang dimiliki oleh KIR KIB sama dengan PDIP. Partai milik keluarga Bung Karno yang rupanya tetap ngotot ingin maksa Puan Maharani nyapres ini, dapat mengajukan calon sendiri. Dalam soal tambahan teman koalisi untuk nyapres juga “gak patheken”. Pinjam bahasa Surya Paloh kapan hari, mau koalisi boleh, nggak juga tidak apa-apa. PDIP tak mau di desak-desak.
Melihat fakta tersebut, partai yang kemungkinan masuk gabung ke KIR atau KIB pastilah bukan PDIP. Karena dalam konteks syarat pengajuan capres-cawapres, PDIP punya kekuatan yang sama dengan KIR KIB. Kecuali Golkar, PPP, PAN dan Gerindra PKB siap lakukan kocok ulang formasi capres-cawapres yang mungkin sudah diputuskan sebelumnya. Tapi apakah mereka bersedia..? Ini yang belum pasti.
Maka melihat kemungkinan demikian, yang paling dekat ditunjuk jari terkait pernyataan elit KIR dan KIB adalah Demokrat serta PKS. Bisa salah satu diantaranya. Atau bahkan kedua-duanya. Kalau salah satu, maka baik KIR maupun KIB akan ketambahan anggota baru masing-masing satu parpol. Namun kalau keduanya hendak gabung sekaligus, tambahannya jadi dua.