Dulu, PDIP dan Nasdem sangat mesra sekali. Sekarang berhadapan secara diametral. Masing-masing ada ditempat bersebelahan. Tidak lagi berdampingan.Â
Demikian pula dalam soal capres. Pada momentum pilres 2024, PDIP akan usung calon sendiri. Demikian pula Nasdem, yang malah mendahului putuskan Anies Baswedan. Sementara PDIP, hingga kini belum ada tanda-tanda menyusul Nasdem.
Padahal tanpa ada teman koalisi, PDIP mampu melakukan itu. Sedang Nasdem sebaliknya. Harus ada tambahan satu atau beberapa partai.Â
Agar suaranya cukup dibuat syarat daftar capres ke KPU. Rencananya, Nasdem akan gandeng Demokrat dan PKS. Dua partai politik, yang saat Nasdem lagi mesra dengan PDIP, merupakan "musuh" bersama.
Menilik perjalanan, ada kesamaan dan perbedaan yang bisa dijadikan tolok ukur akan seperti apa nasib Nasdem dan PDIP kedepan. Baik ditinjau dari segi kelembagan maupun situasi yang saat ini sedang dihadapi.Â
Dari segi kelembagaan, ada hubungan dengan perolehan electoral pada pemilu tahun 2019. Dari segi situasi, terkait dampak dari proses pencapresan.
Sudah dimaklumi, bahwa secara kelembagaan dua partai tersebut berada di kasta yang berbeda. Bukan perbedaan abal-abal bahkan. PDIP adalah partai besar yang mendapat suara hingga 19.33 persen.Â
Komparasi 128 di DPR RI. Nasdem sendiri cuma dapat 9.05 dan komparasi kursi hanya 59. Di klasemen, PDIP merupakan pemuncak. Sedang Nasdem tergolong partai tengah.
Meski beda posisi, tapi dari segi pencapresan keduanya ada kesamaan. Baik Nasdem maupun PDIP lagi didera konflik internal. Muncul pertentangan dua atau beberapa keinginan sekaligus.Â
Sebuah persoalan yang sangat merepotkan. Bahkan dalam situasi tertentu, kelihatan ribut antar teman sendiri. Satunya ingin begini. Yang lain maunya begitu.