Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasdem Anies dan PDIP Puan dalam Pusaran Ego

21 Oktober 2022   07:11 Diperbarui: 21 Oktober 2022   07:16 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks tersebut, Nasdem dan Anies terikat oleh keberadaan Demokrat PKS. Disinilah menangnya kedua parpol ini atas Nasdem. Kalau sebelumnya merasa kedahuluan oleh Nasdem yang tiba-tiba putuskan Anies sebagai capres, kini Demokrat PKS justru malah jadi penentu. Tanpa mereka berdua, Nasdem dan Anies bisa melongo tak ikut pilpres 2024. Dan ironisnya, Demokrat PKS sama-sama ingin cawapres.

Tentu saja itu sesuatu yang sangat-sangat tak mungkin. Karena bertentangan dengan regulasi. Mana bisa satu capres macam Anies didampingi oleh dua cawapres sekaligus seperti AHY dan AH. Ya tak mungkin lah. Kecuali ada amandemen terhadap regulasi. Kalaupun jadi ada amandemen, ya lucu juga. Selama ini, yang namanya wakil presiden ya cuma satu. Kalau kemudian ada dua, pasti ditertawai warga dunia.

Kembali ke soal Nasdem, membawa Anies ke istana negara bagi Nasdem masih butuh tambahan empat komponen lagi. Utamanya soal pemenuhan syarat suara 20 persen. Kalau dibanding PDIP, perjalanan Nasdem tertinggal jauh. Partai ini baru sampai pada tahap jadi pengusung. Sementara PDIP, jika Mega sudah keluarkan rekom, tinggal menyisakan tiga komponen lagi.

Dan itu sesuatu yang sangat mudah. PDIP tinggal melakukan pendaftaran paket pasangan ke KPU saja. Untuk kemudian bertarung. Lalu menang. Selanjutnya, PDIP tunggu keputusan KPU menuju pelantikan capres-cawapres. Juga proses lobby di parlemen agar punya kekuatan signifikan dalam pemerintahan. Bersamaan dengan upaya lobby, bisa segera di susun nama-nama anggota kabinet.

Tapi apakah semudah itu? Tentu tidak. Jalan sangat panjang dan berliku wajib dilalui oleh PDIP. Contohnya, ya pada kondisi yang terjadi sekarang ini. PDIP masih berkutat pada keangkuhan proses penentuan nama kandidat capres. Hendak paksakan Puan Maharani maju jadi calon. Padahal, faktanya sungguh tak memungkinkan. Masyarakat bawah ingin Ganjar Pranowo yang maju.

Itulah dilema pelik yang lagi menggelayut di Nasdem dan PDIP. Keduanya sedang bertarung justru bukan lawan dari luar. Tapi dari dapur sendiri. Menang pertarungan, akan membawa kesempatan bagi Nasdem dan PDIP menguasai istana. Sebaliknya, kalah pertarungan, dalam arti tetap bersikeras pegang ego tak mau capres AHY atau AH bagi Nasdem, dan paksakan Puan bagi PDIP, berakibat keduanya bakal gigit jari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun