Pada lain situasi, PDIP bersemangat sekali teropong Ganjar. Bukan pada persepsi positif. Ganjar diteropong justru secara negatif oleh PDIP. “Komandan” soal teropong-meneropong ini nampaknya “dipercayakan” pada Ketua BPP DPP PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul. Berkali-kali Pak Pacul muncul di media, hanya untuk sekedar kasih komentar terhadap kegiatan Ganjar.
Bersamaan dengan usaha teropong Ganjar, PDIP disibukkan oleh kegiatan program mengangkat elektabilitas nama Puan. Diketahui, hasil survei putri mahkota Megawati ini tak naik-naik juga.
Meskipun segala daya upaya telah dilaksanakan. Mulai dari kunjungi pasar, ikut cocok tanam padi dan terakhir yang masih hangat lempar-lempar kaos hitam sambil bawa muka cemberut.
Ini yang bikin saya agak bingung. Katanya pilpres masih jauh. Tapi PDIP kok ada upaya teropong Ganjar demikian rupa dan aktif jajakan nama puan kemana-mana. Tidakkah ini kontradiktif..? Satu sisi tak mau tengok soal pilpres karena soal waktu. Tapi pada sisi lain, justru terjadi pengkondisian seputar figur capres.
Kini, setelah usaha teropong Ganjar nampak kurang efektif dan usaha branding nama Puan belum juga membawa hasil, PDIP kembali keluarkan teori. Disarikan dari Kompas.com 10/10/2022, kata Sekjennya Hasto Kristanto, PDIP ingin usung pemimpin yang ideologis, yang memiliki kemampuan teokratis, yang memiliki rekam jejak sejarah panjang dan kuat.
Menyimak komentar Hasto dan kegiatan Puan kunjungi beberapa petinggi parpol beberapa waktu lalu, nampaknya calon teman koalisi dan figur capres cawapres dari PDIP kelihatan masih ngambang. Yang disampaikan Hasto baru kriteria. Belum fokus pada nama, baik dari kalangan orang diluar partai atau kader tertentu di lingkaran PDIP.
Hal tersebut sangat berbeda sekali dibanding koalisi Gerindra PKB yang di gagas oleh Prabowo Subianto dan Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Saya lihat, progress koalisi yang diberi nama Koalisi Indonesia Raya atau KIR itu jauh lebih maju dari usaha penantian PDIP akan calon teman koalisi dan figur kandidat.
Lebih maju juga dibanding KIB yang sudah terbentuk sebelum KIR dan usaha Nasdem yang hingga sekarang baru bisa usul nama kandidat tanpa ada teman koalisi. Faktornya mungkin karena hanya gabungan dari dua partai. Jadi tak terlalu sulit menentukan figur capres cawapres. Terlebih, sudah terbangun saling pengertian diantara Gerindra PKB. Siapa yang jadi capres dan siapa pula cawapresnya.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PKB Syaiful Huda, alih-alih tunggu PDIP, PKB Gerindra justru tengah meningkatkan konsolidasi untuk menghadapi Pilpres 2024. Kata Huda lebih lanjut, hampir pasti koalisi kedua parpol mengusung Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Itulah untuk sementara ini perjalanan koalisi beberapa parpol yang lagi sibuk mempersiapkan diri menghadapi pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Anda dan saya selaku pemberi elektoral kepada mereka tinggal lihat finalisasinya.
Mana diantaranya yang punya kecenderungan membawa vox pop lebih kuat dibanding yang lain. Begitu ketemu, kuatkan komitmen. Tentukan parpolnya dan pilih figurnya.