Ketumnya Erlangga Hartarto didorong jadi capres sama dengan Anies. Sementara perolehan suaranya, jauh diatas Nasdem. Maukah Golkar jadi “orang” kedua..? Saya kira tak kan mau. Masak partai tiga besar turun pangkat ada dibawah partai menengah. Gengsi dong.
Selanjutnya, mari kita lirik PKS, Demokrat, PAN dan PPP. Sekedar diketahui, jika Nasdem hendak pilih salah satu diantara keempatnya untuk menarik vox pop lebih besar, tidak bisa kalau hanya satu partai. Karena suaranya tak cukup memenuhi syarat presidential threshold.
Buktinya, gabungan suara Nasdem dengan PKS hanya dapat 17.76%. Demokrat 16.82%. PAN 15.89%. Dan gabungan suara dengan PPP lebih kecil lagi, cuma sebesar 13.57%. Semuanya tak memenuhi syarat.
Baru bisa masuk kalau keempatnya “diambil” dua parpol. Saya hitung, gabungan Nasdem dengan dua parpol diantara keempatnya, siapapun itu, dapat memenuhi syarat presidential threshold. Yang sudah pernah “dicoba” adalah gabungan Nasdem, Demokrat dan PKS. Cuma sebagaimana kita tahu bersama, rencana ketiganya nampaknya kandas. Kabar yang beredar, katanya sich karena ada ketidak cocokan soal kandidat cawapres.
Naah, sekarang tinggal kemungkinan gabungan Nasdem dengan PAN dan PPP. Dimaklumi, partai “punya” Zulkifli Hasan dan pemilik baru Pak Mardiono tersebut sudah ada di Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB.
Persoalannya, jika PAN dan PPP tetap di KIB, sulit bagi Nasdem masuk lalu menyodorkan nama Anies sebagai capres. Mengapa, karena disitu ada Golkar. Ini situasi yang tak jauh beda dengan usaha Nasdem untuk menarik Golkar seperti gambaran diatas tadi.
Maka kalau ingin PAN dan PPP bergabung, Nasdem harus bisa meyakinkan keduanya untuk keluar dari KIB. Pertanyaanya, bisakah itu terjadi..? Jawabnya, bisa ya bisa pula tidak. Kalau iya, maka Nasdem tentu harus punya tawaran sangat menarik. Utamanya soal kompensasi cawapres, dana operasional dan porsi menteri dikabinet atau yang lainnya sesuai kesepakatan diantara mereka.
Lalu sekarang, kira-kira siapa diantara PAN dan PPP yang mau dengan tawaran salah satu, salah dua atau malah maunya salah tiga..? Kondisi ini yang sangat dilematis.
Jangan-jangan, baik PAN maupun PPP sama-sama ingin cawapres. Atau kalau tidak, bisa ajukan dana kompensasi yang cukup menggiurkan. Untuk tawaran porsi kabinet, menurut saya kurang begitu menarik. Karena kadar kepastiannya masih fifty-fifty. Ya kalau menang. Kalau kalah, kan bisa “tak dapat” apa-apa.
Seumpama dapat cawapres dan kompensasi dana di awal, tentu lebih menguntungkan. Naik jadi cawapres Anies berakibat elektoral terdongkrak. Dapat dana operasional diawal, lumayan bisa tak kesulitan finansial untuk kepentingan konsolidasi partai kedepan.
Jika sesuai permintaan, saya tebak tentu jumlahnya bikin melongo kita-kita yang ada dibawah, masih bisa diterima dengan senang hati. Meskipun nantinya kalah saat bertarung di pilpres 2024.