Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tragedi Kanjuruhan, Saatnya Politisi dan Parpol Ambil Peran

3 Oktober 2022   08:45 Diperbarui: 3 Oktober 2022   09:00 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tragedi Kanjuruhan, Foto Dok. Topik Pilihan Kompasiana

Atas tragedi Kanjuruhan Malang, bangsa Indonesia layak berduka. Jumlah korban yang tewas tak main-main. Data terakhir hingga artikel ini dibuat sudah menyentuh 130 orang. Semoga keluarga yang tertimpa musibah bisa tabah. Bagi supporter yang meninggal, keluarganya diberi kekuatan hati. Sedang yang masih dirawat secepatnya sembuh kembali. Amiinn.

Terus terang, itu sungguh peristiwa yang sangat mengerikan. Jangankan yang langsung merasakan seperti ceritera para supporter selamat dan kini dapat perawatan. Saya saja, yang hanya tahu lewat berita di internet dan televisi, tak mampu membayangkan kengerian ketika tragedi berlangsung. Entah anda-anda sekalian.

Siapa yang bersalah..? Jika hasil investigasi tuntas, akan ketahuan pihak yang paling bertanggung jawab. Cuma dalam masalah ini, kita tak pantas untuk menuding satu atau dua orang. Meskipun nanti yang terbukti lalai pasti kena sanksi, namun selayaknya semua harus merasa ikut terbebani. Baik pemerintah, utamanya Kepolisian dan Kemenpora, panitia pelaksana dilapangan, supporter sebagai penonton, PT Liga sebagai penyelenggara serta PSSI sebagai organisasi.

Bagaimana dengan para politisi dan partai politik..? Bagi saya, ini dia pihak yang semestinya paling merasa bersalah. Bagaimana tidak, golongan yang punya kuasa itu seakan-akan hanya memanfaatkan sepak bola untuk kepentingan pragmatis. Dibelai dan dirayu-rayu ketika ada hajat. Kalau perlu, apapun bisa diberikan. Namun ditinggal saat kepentingan sudah beres.

Ada yang nyangkal. Bahwa parpol dan politisi tidak senaif itu. Buktinya, suplai kaos seragam masih rutin diberikan. Sangu bagi supporter bola tetap ada. Kegiatan PSSI dan PT Liga senantiasa mendapat dukungan. Dan program pembangunan stadion selalu direncanakan dalam penyusunan anggaran. Kan sudah banyak bantuan diterima. Lalu masih butuh apalagi..?

Masbrow, dunia olahraga khususnya sepak bola tak hanya butuh gerakan yang bersifat fisik, parsial dan insidentil. Masbrow tahu, yang macam itu sungguh sangat sempit dan terlalu kecil, jika dibanding dampak olahraga yang bisa membawa nama harum bangsa Indonesia ke seantero jagat. Jangan samakan nama baik bangsa ini dengan sekedar kasih kaos seragam atau sangu supporter. Sangat jauh masbrow. Bagai langit dan bumi.

Yang dibutuhkan dari para Masbrow sebagai politisi adalah tindakan komprehensif dan dukungan partai politik. Kalau sebelumnya sudah membantu secara fisik, maka saatnya kini memperluas jangkauan ke arah yang lebih substansial. Yaitu terbentuknya kebijakan dalam bentuk regulasi tentang apapun yang ada kaitan dengan olahraga beserta cabang-cabangnya sekalian. Ini saya kira lebih penting dibanding kaos dan sangu tadi.

Mengapa harus sampai pada tingkat regulasi..? Karena hanya dengan cara ini, berbagai masalah dari hulu hingga ke hilir yang bisa terjadi di dunia olah raga tanah air, mampu diatasi.

Ingat, dunia olah raga berkaitan dengan sikap dan tindakan penyelenggara. Carut marut yang sering terjadi, tak lain karena ulah tak benar dari mereka. Maka agar mereka tak melenceng, hadapkan pada regulasi.

Banyak persoalan yang terjadi didunia olah raga. Untuk para politisi macam Masbrow sekalian, saya cuma mau kasih dua contoh saja. Kalau dipaparkan semua, tak kan cukup ruangan ini. 

Pertama, tentang kesejahteraan para atlet berprestasi. Kedua, soal supporter utamanya sepak bola. Dua contoh masalah ini penting diungkap. Karena mendominasi problem yang muncul khususnya dinegara kita.

Masbrow masih ingat Ellyas Pical mantan juara tinju dunia..? Prihatin sekali. Untuk sekedar bisa makan, Elly pernah jadi Office Boy di Kemenpora. Lalu ada Amin Ikhsan mantan pesenam yang pernah jadi gelandangan, gara-gara rumah yang ditinggali selama puluhan tahun digusur. Padahal, dia ini merupakan peringkat ke-7 atlit Asia terbaik pada ajang Suzuki World Cup di Jepang tahun 2000.

Masih banyak yang lain. Tapi sekedar contoh, cukuplah mereka sebagai perwakilan. Yang menggambarkan betapa kesejahteraan hidup atlit kurang diperhatikan. Tak sebanding dengan prestasi mentereng yang pernah meraka raih dengan bersusah payah. Hingga mampu mengharumnkan nama bangsa dan negara. Ironis bukan.

Sekarang memang ada sedikit perbaikan. Tiap kali muncul atlit berprestasi, langsung diguyur hadiah berupa uang ratusan bahkan milyard-tan rupiah. Nominal yang cukup besar. 

Cuma menurut saya, lagi-lagi itu bersifat fisik, parsial dan insidentil. Kalau atlit tak bisa mengelola dana, dan umumnya ya memang begitu karena fokus mereka hanya di olahraga dan tak sempat belajar menejemen keuangan, bisa habis itu hadiah tanpa sempat dinikmati hingga akhir hayat, seperti dialami Elly Pical dan Amin Ikhsan.

Lalu apa yang dibutuhkan seorang atlit dari para politisi..? Tak lain dan tak bukan adalah regulasi yang mengatur tentang Jaminan Hidup atlit berprestasi dalam waktu jangka panjang hingga akhir hayat. 

Contoh regulasi itu misalnya, setelah pensiun jadi atlit secara otomatis diangkat jadi PNS. Atau kalau tidak, mendapat pensiun sebagaimana fasilitas yang diterima oleh PNS setelah berhenti kerja.

Kalau pejabat negara macam anggota DPR RI saja bisa dapat pensiun, lalu mengapa untuk para atlit tidak bisa. Padahal, kalau diukur dari segi prestasi dunia, apa sich yang bisa dibanggakan dari seorang anggota legslatif dibanding para atlit. Kecuali peran dan kuasanya dalam mengelola negara.

Lalu soal sepak bola khususnya supporter. Tragedi Kanjuruhan seyogyanya menjadi perhatian serius para politisi untuk tak hanya berucap prihatin. Tapi segera menindak lanjutinya dengan cara menerbitkan peraturan tentang seluk beluk supporter hingga sedetail mungkin. Bahkan kalau perlu sampai ketingkat tekhnis terkecil sekalipun.

Misal adanya kewajiban organisasi supporter bagi tiap klub yang teregistrasi secara formal. Kalau perlu pakai akte. Tekhnis penjualan tiket yang harus menggunakan pola berjenjang agar mudah dipantau. Lalu model penempatan kursi penonton yang tak hanya sekedar dipisah berdasar pedoman sebagai tim tuan rumah atau tim tamu. Tapi juga didasarkan pada tingkat kedisiplinan para supporter. Termasuk juga ketika hendak masuk dan mau keluar stadion.

Memang benar, sebagian hal-hal diatas sudah diatur. Tapi lingkupnya terbatas hanya ditingkat lokal, berlaku setempat dan sifatnya kondisional. Ini yang lebih penting, baik tentang kesejahteraan atlit maupun soal supporter, adalah regulasi yang berlaku secara nasional. Sehingga, berbagai persoalan yang muncul bisa ditangani secara komprehensif dan tidak parsial.

Jika beberapa regulasi tentang dunia ke-olahraga-an tanah air disusun, harapannya partai politik yang eksis di parlemen dapat memberikan dukungan secara penuh. Beri instruksi kepada kader yang duduk di Fraksi untuk mencermati dan menyetujui jika sudah sempurna. 

Percuma disusun, jika partai politik menolak. Ingat Masbrow, vox pop suara rakyat bukan hanya ada dilingkup jabatan politik atau kekuasaan di pemerintahan. Didunia olah raga juga ada.

Masih banyak sebenarnya uraian tentang regulasi yang ada kaitan dengan perbaikan dunia olah raga khususnya sepak bola yang perlu diangkat. Cuma tak bisa diruangan ini, karena dibutuhkan forum yang lebih luas macam seminar, symposium atau sejenisnya. 

Agar tumbuh ide dan konsep yang lebih mewakili kepentingan para pelaku atau penikmat adu kuat dan keterampilan olah tubuh ini. Semoga saja bisa terwujud. Amiinn..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun