Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kata Kapolri dan Anies Baswedan Soal Politik Identitas

2 Oktober 2022   09:17 Diperbarui: 2 Oktober 2022   09:25 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Anies Paling Kiri Dan Kapolri Paling Kanan Saat Peresmian Gedung Pemuda Pancasila, Foto Dok. Liputan6.com/Winda Nelfira

Soal politik identitas terdapat unsur emosi. Jika calon yang bertarung adalah laki perempuan, maka isu gender yang muncul. Jika orang Jawa atau Sunda, maka isu etnis yang ditampilkan. Dan jika beda agama, maka isu agama yang keluar.

Selanjutnya, masih kata Anies diacara itu, ada sandingan aspek program. Jadi perlu ada dorongan agar makin hari kita perlu melihat satu rekam jejak dari siapapun yang berada di lapangan pertandingan pemilu. Sebab dimasa kampanye, masing-masing pihak akan menonjolkan kekuatan serta memberi cap, label dan membangun opini negatif terhadap lawan.

Kalau tidak salah persepsi, Pak Anies hendak memberi pemahaman. Bahwa yang namanya politik identitas merupakan unsur dari emosi manusia. Dalam hal ini tentu emosi para pemilih. 

Jika benar demikian, maka munculnya politik identitas adalah sesuatu yang tak terelakkan. Akan selalu ada pada tiap kontestasi pemilu seiring dengan jati diri yang melekat pada calon. Apakah dari segi jenis kelamin, asal daerah dan agama yang dianut.

Perlu dimaklumi, emosi adalah pemberian Tuhan yang bersifat sunnatullah. Artinya, pasti ada dalam diri tiap manusia. Jika benar merupakan unsur dari emosi sebagaimana kata Pak Anies tadi, maka munculnya politik identitas juga merupakan sesuatu yang tak bisa dihindari. Para pemilih dipastikan mengalami hal ini. Maka solusinya adalah, bagaimana mengelola politik identitas agar tidak merusak.

Masalahnya sekarang, yang terjadi dilapangan menunjukkan fakta berbeda. Politik identitas seringkali memicu terjadinya destruksi sosial politik. Mengancam ketentraman, terjadi adu domba, redupnya pluralisme, ada polarisasi ditengah masyarakat, muncul perselisihan, merusak tatanan persaudaraan, menggerus toleransi dan mengikis rasa kebangsaan. 

Jika hal ini dibiarkan terus membesar tak diatasi, menyebabkan chaosnya sebuah negara. Tentu kita tak mau hal ini terjadi dinegara kita Indonesia.

Sebenarnya, memakai politik identitas sebagai alat menggaet suara menunjukkan ketidak mampuan calon atau tim dalam menyusun strategi. Juga tak punya ide untuk menumbuhkan kreasi dan program baru untuk diadu dengan lawan. Maka agar secepatnya bisa bergerak tanpa perlu berpikir keras, ya pilih saja yang instan. Yakni politik identitas tadi. Dan ternyata, dalam beberapa situasi ampuh juga memenangkan pertarungan. 

Tapi ketika sudah menang, mengaca pada strategi yang pernah dipakai dalam pencalonan, saat menjalankan amanat sebagai pejabat, kebiasaan mencari yang instan-instan itu kadang terbawa juga. Minim kreatifitas dan tak punya program baru. Jadinya, yang ada hanya tiru-tiru, rubah nama sesuatu yang sudah jadi dan tak mau pakai istilah serupa. 

Padahal, apa yang dilakukan hakikatnya tak beda jauh. Atau bahkan sama persis dengan apa yang dirintis pendahulunya. Cuma istilahnya saja yang beda.

Jika demikian yang terjadi, maka politik identitas yang merupakan unsur dari emosi itu ternyata tak baik untuk dijadikan salah satu instrument menggaet vox pop. Karena disamping dapat menganggu hingga merusak eksistensi sebuah negara, pada situasi lain dapat menjadikan seorang politisi  minim ide serta rendah inovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun