Padahal, dengan parpol lain hal itu terjadi. Para pembaca masih ingat pertemuan Puan dengan Surya Paloh Nasdem, Prabowo Subianto Gerindra dan Muhaimin Iskandar PKB..? Semuanya menghasilkan kata sepakat bahwa ada kemungkinan menjalin koalisi. Ini yang saya sebut sebagai pertemuan yang kongkrit dan mendasar. Ya meskipun kedepan belum tahu jadi atau tidak, tapi setidaknya sudah menunjukkan kalau diantara mereka ada kecocokan.
Kalau dengan PAN dan Golkar, meski pertemuan Puan dengan kedua partai itu masih pada tahap di rencanakan, tapi tak perlu ditanya lebih jauh. Bahkan keduanya masuk jadi teman koalisi di pemerintahan Jokowi, yang dimaklumi merupakan representasi PDIP. Ingat, Ketum Golkar dan PAN menjadi anggota Kabinet Indonesia Maju.
Sampai kapan ego PDIP terhadap Demokrat dan PKS akan hilang..? Menurut saya agak sulit. Kecuali, Megawati dan SBY mau menutup “permusuhan abadi”. Lalu PKS bersedia merubah ideologi partai menjadi selaras dengan platform PDIP. Kalau tidak, selamanya akan ada. Tetap bagai minyak dan air.
Terlebih, setelah ada pernyataan Ketua Dewan Pembina Demokrat Pak SBY tentang kemungkinan pemilu bisa tidak jujur dan tidak adil. Secara tidak langsung, ini terarah pada pihak-pihak yang terlibat pada pilpres 2024. Tak terkecuali pemerintahan Jokowi yang merupakan anggota PDIP. Begitu pernyataan SBY tersebut viral, Ego PDIP makin menguat ke Demokrat. Buktinya, elit politik kedua partai saling sindir, debat dimedia dan perang pernyataan.
Melihat beberapa uraian diatas, punya angan-angan ada kerjasama politik antara PDIP dengan Demokrat dan PKS rasanya hanya sebuah mimpi. Cuma bisa dibayangkan, didengar dan hanya sebuah wacana. Tak akan menjadi sesuatu yang faktual. Tapi semoga saja pada perkembangan selanjutnya bisa berubah lebih baik. Sebab meskipun beda ideologi, baik PDIP, Demokrat dan PKS adalah bagian dari proses berjalannya pemerintahan Jokowi.
Dan kalau itu betul-betul terjadi, dampaknya sangat bagus. Persaingan antar parpol dalam merebut suara rakyat, tak terkesan sebagai adu kekuatan ego masing-masing. Namun dijadikan sebagai alat menawarkan saluran aspirasi. Puncaknya, saat menentukan pilihan hati rakyat bisa tenang. Tak ada rasa khawatir pilihannya akan jadi pemicu perseteruan antar partai politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H