Asik juga mengikuti perkembangan soal koalisi parpol menjelang pilpres 2024. Bagai prediksi cuaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Sering akurat, tapi kadang meleset. Koalisi politik demikian pula. Suatu ketika sudah dianggap pakem. Namun pada saat yang lain, belok kiri kanan berubah arah. Ya begitulah. Namanya juga memperjuangkan kepentingan.
Saat ini, yang relatif tidak ada gonjang ganjing adalah Koalisi Indonesia Raya atau KIR. Perkawanan yang dibentuk oleh Gerindra PKB ini kelihatan punya soliditas kuat. Mungkin karena tak terlalu ribet bicara soal paket. Karena cuma ada dua partai. Jadi tak sulit menentukan sikap.
Untuk PDIP harus dikecualikan. Sebab partai yang katanya membela wong cilik ini, bisa berangkat sendiri. Mau ngajak partai mana terserah. Kita tinggal lihat, siapa nanti yang akan di usung sebagai paket. Keyakinan banyak orang, PDIP pilih kader sendiri. Sangat kuat Puan Maharani. Kecuali pada detik-detik akhir, Megawati punya pikiran realistis tentang vox pop masyarakat.
Naah, ini yang sekarang lagi terindikasi mau cair lagi adalah Koalisi Indonesia Hebat atau KIB hasil racikan PPP Golkar PAN. Cairnya dalam situasi hendak nambah anggota baru, atau salah satu diantaranya mau hengkang gabung pada kelompok lain..? Jika melihat statemen Waketum PAN Viva Yoga Mauladi beberapa waktu lalu, nampaknya akan nambah PKS.
Tapi kalau tengok pertemuan Prabowo dengan Ketum Golkar di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian dan rencana Puan Maharani jumpa Airlangga Hartarto, nampaknya harus ada satu pertanyaan. Apakah Golkar mau nyebrang ke KIR...? Ingat, Gerindra PKB kelihatan tak mudah dipecah. Jadi agak sulit menarik KIR ke KIB atau pada salah satu anggotanya. Kecuali Cak Imin mau ngalah. Yang agak realistis, Golkar gabung bersama Gerindra PKB.
Demikian pula soal rencana Airlangga Hartarto mau jumpa Puan Maharani pekan depan. Sama dengan yang tadi, apakah Golkar hendak satu gerbong dengan PDIP..? Kalau benar, relatif lebih gampang bagi partai warna kuning ini. Sama dengan KIR, paket capres cawapres mudah di tentukan. Karena cuma ada dua parpol. Tinggal tunggu, siapa nama yang akan dimunculkan.
Kalau prediksi diatas terjadi, maka KIB bisa kocar-kacir. Para anggotanya tentu akan mencari labuhan baru. Atau melakukan penggantian partai yang keluar. Kalau tidak, bakal ketinggalan kereta. Tak bisa ikut bersaing mengusung paket capres cawapres. Dan kondisi ini pastilah sangat merugikan dari segi elektoral. Suaranya tak bakalan terdongkrak karena faktor efek ekor jas.
Yang lebih tak pasti lagi adalah rencana koalisi Demokrat PKS Nasdem yang hingga kini belum ada tanda-tanda mau diresmikan. Bukan hanya nampak sedang mencair, bahkan calon anggotanya terindikasi hendak belok kanan kiri. PKS, sebagaimana kata Viva Yoga, ada rencana bergabung ke KIB. Kalau betul, bisa jadi pengganti Golkar jika partai ini benar-benar keluar. Meskipun jumlah gabungan suaranya mepet, yaitu 19.57 persen.
Lalu Nasdem. Sejak Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Pak SBY mengeluarkan statemen bahwa ada tanda-tanda pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil, Nasdem kelihatan mulai jaga jarak. Yang awalnya terbuka soal koalisi, ditandai ketemunya SBY dan AHY dengan Surya Paloh, kini nampak sedikit tertutup.
Disarikan dari tayangan Kompas.com 28 September 2022, salah seorang Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya serta Sahroni Bendahara Umum partai ini menyebut, Nasdem akan mengumumkan soal koalisi pada bulan November. Padahal sebelumnya, dilingkungan Nasdem sempat mencuat nama paket Anies-AHY. Yang artinya, Nasdem tak keberatan berkoalisi dengan Demokrat PKS.