Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalan Mulus Puan Untuk Nyapres

23 September 2022   07:12 Diperbarui: 23 September 2022   07:14 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puan Maharani, Foto Dok. Humas DPR RI, Via Kompas.com

Dalam urusan pilpres 2024, sejak sekarang lupakan nama Ganjar Pranowo di PDIP. Puan Maharani nampak makin kuat. Langkahnya tak mungkin bisa dibendung oleh siapapun untuk maju sebagai capres. Kecuali PDIP menjadikan fenomena “pembuangan” Ganjar itu sebagai strategi. Di koyo-koyo dulu agar makin kuat simpati rakyat, lalu pada detik-detik akhir naikkan sebagai capres. Kayak SBY tahun 2004 dulu.

Tapi rasanya kok bukan strategi. Melihat polarisasi yang terjadi antara kelompok Puan dan Ganjar, juga dukungan di internal PDIP, itu memang yang sesungguhnya. Makanya, mulai sekarang sebaiknya ada sikap realistis. Bagaimana melupakan Pak Ganjar dan beralih pada upaya pencapresan Puan.

Secara internal, Puan mendapat dukungan lengkap di PDIP. Baik dari Ibu Megawati sendiri, maupun para kader. Tak bisa disangkal, ini modal besar. Dukungan Mega adalah jalan mendapat tiket karena dialah yang diberi mandat penuh oleh kongres untuk memutuskan capres-cawapres. Sementara dari para kader, sebagai modal meraup suara.

Baca juga: Puan Ketemu Prabowo

Dukungan kader bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, yang ada diluar parlemen. Kedua para anggota legislatif  Fraksi PDIP yang tersebar di seluruh Indonesia. Baik yang ada di DPR RI Jakarta, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten. Jika dikonversi ke jumlah suara, jumlah electoral yang bisa dihasilkan oleh kader non parlemen memang tak bisa dihitung dengan kongkrit. Tapi pastinya itu besar sekali.

Sebaliknya, jumlah elektoral yang berpotensi dihasilkan oleh para anggota Fraksi PDIP dapat dihitung secara matematis. Pada pemilu 2019 lalu, secara nasional PDIP mampu meraup suara sebanyak 27.503.961. Ini setara dengan 128 kursi anggota DPR RI. Atau jika di prosentase, ketemu angka 19,33 %. Cukup besar bukan.

Jika potensi elektoral itu bisa dimaksimalkan oleh Tim PDIP dalam membawa Puan, bukan tak mungkin tingkat keterpilihan Putri Bu Mega tersebut akan berangsur naik. Dari yang semula hanya 2.4 % berdasar hasil penelitian terbaru Charta Politika, menjadi belasan atau hingga puluhan prosen ketika makin mendekati pilpres 2024.

Apalagi, jika mandat khusus Bu Mega kepada Putrinya itu untuk konsolidasi turun ke berbagai daerah juga sukses dimaksimalkan. Tentu akan lebih baik lagi. Ingat, para pemilih PDIP adalah konstituen yang sangat loyal pada keluarga Bung Karno. Sementara fakta bahwa Mbak Puan adalah cucu Proklamator RI, tak bisa di nafikkan.

Itu kalau pencapresan Puan dihitung secara matematis. Cuma di politik, hitungan matematika sering tak berlaku. Makanya, ada sebagian pendapat yang mengatakan, bahwa pencapresan Puan mengandung resiko bagi PDIP. Kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, “Cukup beresiko bagi PDIP kalau memaksakan Puan Maju ditengah elektabilitasnya yang tidak naik” (Kompas.com, 22/09/2022).

Melihat beberapa fakta diatas, Bu Mega nampaknya dalam posisi terjepit. Antara keinginan menjadikan putrinya sebagai presiden, agar trah keluarga Soekarno tetap eksis di PDIP atau melihat vox pop yang berkembang di masyarakat. Yang pertama mendapat dukungan penuh dari kader. Sementara yang kedua tidak.

Kalau melihat suara rakyat, pastilah ke Ganjar. Mengacu pada hasil survei terbaru Charta Politika diatas, yang dirilis pada Kamis, 22/09/2022, elektabilitas Ganjar Pranowo menempati posisi pertama memperoleh 31.1 %. Disusul Prabowo Subianto 24.4 % dan ketiga Anies Baswedan 20.6 %. Disitu juga menghasilkan data, bahwa elektabilitas Ganjar cenderung naik.

Sementara itu, dukungan para kader anggota Fraksi PDIP DPR RI ditunjukkan dengan cara membentuk Dewan Kolonel. Tujuan Dewan ini, kata Trimedya Panjaitan meminjam istilah Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul sebagaimana tayangan Kompas.com, 20/09/2022, adalah bagaimana ‘mewangikan’ Mbak Puan di dapil masing-masing anggota Fraksi.

Meski dilaporkan Mbak Mega sempat kaget atas pembentukan Dewan Kolonel dan Sekjen PDIP Hasto Kristanto menganggap hanya sebagai guyonan politik, tapi saya yakin secara pergerakan Dewan Kolonel akan tetap jalan. Walaupun nantinya tanpa identitas. Apalah arti sebuah nama. Toh yang dibutuhkan dalam politik itu adahal hasil akhir. Bukan sebutan jenis upayanya.

Cuma yang jadi pertanyaan saya, benarkah dukungan suara dan upaya para kader itu berangkat dari hati nurani rakyat..? Jangan-jangan hanya karena faktor solidaritas pertemanan sesama anggota partai dan takut pada Bu Mega. Jika landasannya betul demikian, maka sinyalemen Adi Prayitno diatas hanya tinggal tunggu waktu untuk terjadi.

Hakikatnya kita tak tahu apa yang ada dibenak Ibu Mega. Berkaca pada pencalonan Pak Jokowi 2014 silam yang terjadi pada detik-detik akhir, bisa jadi ada perubahan, meskipun harapan itu sangat kecil. Kalau benar berubah, maka prediksi sebagian masyarakat bahwa disingkirkannya Pak Ganjar belakangan ini hanyalah sebuah strategi belaka, akan terjadi.

Membicarakan perkembangan politik dari waktu ke waktu memang sangat menarik. Meski penampakannya bisa dihitung secara matematis, tapi realitanya kadang meleset. Mengapa demikian, karena meskipun kemenangan sebuah parpol dalam pemilu ditentukan oleh jumlah elektoral, tapi prosesnya melewati interaksi sosial antar sekelompok masyarakat.

Anda tahu, dalam hitungan matematika 4 + 4 = 8. Hasil ini jangan di debat dan anda wajib setuju. Sebab kalau tidak, akan menyebabkan anda dikatakan sebagai anak bodoh. Tak bisa menjumlah soal matematika, yang anak SD kelas satupun sangat mudah mengerjakannya. Meski begitu, dalam politik 4+4 jumlahnya bisa 2,4,8,100 bahkan bisa pula 0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun